6.2. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provins i Bali
Sektor Produksi Nilai
Dasar Orang
Simulasi 1 Simulasi 2
Simulasi 3
Dampak Orang
Persen Pertanian
428,640 53,925
12.58 19,265
4.49 36,595
8.54
Tanaman bahan makanan 85,506
13,881 16.23
6,730 7.87
10,305 12.05
Perkebunan 24,010
2,754 11.47
1,188 4.95
1,971 8.21
Peternakan 212,802
33,185 15.59
9,928 4.67
21,557 10.13
Kehutanan 177
75 42.26
62 34.82
68 38.54
Perikanan 106,145
4,030 3.80
1,358 1.28
2,694 2.54
Pariwisata 424,332
6,355 1.50
19,886 4.69
13,120 3.09
Restoran dan rumah makan 64,997
773 1.19
3,429 5.28
2,101 3.23
Hotel bintang 66,934
86 0.13
1,616 2.41
851 1.27
ndustri makanan, minuman dan tembakau 45,267
3,403 7.52
6,528 14.42
4,965 10.97
ndustri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit 99,979
532 0.53
4,395 4.40
2,464 2.46
ndustri kerajinan dari bahan galian 1,524
66 4.34
132 8.67
99 6.51
ndustri barang perhiasan 2,011
114 5.67
244 12.12
179 8.89
Travel biro 21,596
243 1.13
796 3.69
520 2.41
Atraksi budaya 122,024
1,137 0.93
2,746 2.25
1,942 1.59
Lainnya 1,171,238
10,227 0.87
11,962 1.02
11,095 0.95
Perdagangan 551,406
4,993 0.91
5,275 0.96
5,134 0.93
Pertambangan 21,209
52 0.24
89 0.42
70 0.33
ndustri kayu 48,869
604 1.24
701 1.43
652 1.33
ndustri kertas, barang dari kertas dan karton 3,335
255 7.64
424 12.72
339 10.18
ndustri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik 9,940
257 2.59
262 2.63
259 2.61
Bahan bakar minyak -
- -
- -
- -
ndustri karoseri dan alat angkutan 7,069
479 6.77
819 11.58
649 9.18
Listrik dan Air minus 15,782
250 1.58
461 2.92
355 2.25
Bangunan 106,468
313 0.29
463 0.43
388 0.36
Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya 26,914
541 2.01
579 2.15
560 2.08
Angkutan laut antar pulaunegara 8,655
103 1.19
138 1.59
120 1.39
Angkutan udara 30,496
310 1.02
359 1.18
335 1.10
Komunikasi, pos, giro 9,314
237 2.54
320 3.44
279 2.99
Perbankan 28,575
1,156 4.05
1,416 4.96
1,286 4.50
asa Pemerintahan Umum 303,205
678 0.22
658 0.22
668 0.22
e r: Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 diolah.
Kedua, berdasarkan hasil analisis simulasi 1 dapat dinyatakan bahwa apabila diberikan stimulus ekonomi sebesar 100 miliar rupiah pada sektor pertanian maka sektor yang menyerap
tenaga kerja paling tinggi adalah sektor pertanian, terutama oleh subsektor peternakan yaitu sebesar 33,185 orang 15.59 persen. Subsektor dari sektor pertanian yang juga memperoleh
dampak yang besar dari stimulus tersebut dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah subsektor tanaman bahan makanan sebesar 13,881 orang 16.23 persen dan subsektor perikanan sebesar
4,030 orang 3.80 persen. Dari sektor pariwisata yang tertinggi menyerap tenaga kerja akibat stimulus ekonomi tersebut ada lah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang
dari kulit sebesar 3,403 orang 7.52 persen, diikuti oleh subsektor atraksi budaya sebesar 1,137 orang 0.93 persen dan adalah subsektor restoran da n rumah maka n sebesar 773 orang 1.19
persen. Kedua, berdasarkan hasil simulasi 2, subsektor dari sektor pertanian yang memperoleh
dampak dari stimulus ekonomi pada sektor pariwisata sebesar 100 miliar rupiah dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah subsektor perikanan, yaitu sebesar 1,358 orang 1.28 persen,
diikuti oleh subsektor peternakan sebesar 13,881 orang 16.23 persen dan subsektor tanaman bahan makanan 6,730 orang 7.87 persen. Dari sektor pariwisata yang tertinggi menyerap
tenaga kerja sebagai dampak dari pemberian stimulus ekonomi pada sektor pariwisata sebesar 100 miliar rupiah adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,528
orang 14.42 persen, diikuti oleh subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar 4,395 orang 4.40 persen, dan subsektor restoran dan rumah makan sebesar
3,429 orang 5.28 persen. Ketiga, berdasarkan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi pada sektor pertanian dan
sektor pariwisata masing- masing 50 miliar rupiah simulasi 3 menunjukkan subsektor dari
sektor pertanian yang memperoleh dampak terbesar dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah subsektor peternakan yaitu sebesar 21,557 orang 10.13 persen, diikuti oleh subsektor tanaman
bahan makanan sebesar 10,305 orang 12.05 persen dan subsektor perikanan sebesar 2,694 orang 2.54 persen. Dari sektor pariwisata, subsektor yang tertinggi menyerap tenaga kerja
sebagai dampak dari penerapan stimulus ekonomi tersebut ada lah subsektor industri maka nan, minuman dan tembakau sebesar 4,695 orang 10.97 persen, diikuti oleh subsektor industri
tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar 2,464 orang 2.46 persen, dan subs ektor restoran da n rumah makan sebesar 2,101 orang 3.23 persen.
Berdasarkan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja ini dapat dinyatakan bahwa stimulus ekonomi yang diberikan berdampak terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian lebih besar dari sektor pariwisata. Stimulus ekonomi pada sektor pertanian berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian jauh lebih besar
daripada sektor lainnya. Sementara itu, stimulus ekonomi pada sektor pariwisata berdampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh sektor pariwisata hampir sama besarnya
dengan sektor pertanian. Hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja ini senada dengan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap output perekonomian.
Kedua menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki keunggulan dari aspek pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertanian.
6.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga
Dalam analisis distribusi pendapatan, golongan rumahtangga diklasifikasikan menjadi dua yaitu golongan rumahtangga di desa dan golongan rumahtangga di kota. Golongan
rumahtangga di desa terdiri dari : Buruh Tani, Pengusaha Pertanian, Golongan Rendah di Desa, golongan Penerima Pendapatan di Desa da n golongan Atas di Desa. Seda ngka n
golongan rumahtangga di kota terdiri dari: Golongan Rendah di Kota, Golongan Penerima Pendapatan di Kota dan Golongan Atas di kota.
Analisis simulasi dampak dari stimulus ekonomi kedua sektor potensial, pendapatan golongan rumahtangga di provinsi Bali diperlihatkan pada Tabel 6.3. Pertama, nilai dasar
pendapatan masing- masing golongan rumahtangga yang diperoleh dari pembentukan Social Accounting Matrix Bali tahun 2007, dimana golongan rumahtangga buruh tani menerima
pendapatan paling kecil yaitu sebesar 136,241 juta rupiah dibandingkan dengan golongan rumahtangga yang lain. Kemudian golongan rumahtangga pengusaha pertanian menerima
sebesar 2,617,149 juta rupiah, golongan rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 2,538,527 juta rupiah, golongan rumahtangga penerima pendapatan di desa menerima sebesar
608,004 juta rupiah, golongan rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 2,982,601 juta rupiah. Golongan rumahtangga golongan rendah di ko ta menerima pendapatan sebesar
3,943,127 juta rupiah, golongan rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar 982,426 juta rupiah dan golongan rumahtangga golongan atas di kota menerima pendapatan
sebesar 5,635,812 juta rupiah. Dalam hal ini golongan rumahtangga golongan atas di kota menerima pendapatan paling tinggi dibandingkan golongan rumah tangga yang lainnya, berturut-
turut diikuti oleh rumahtangga golongan rendah di kota, rumahtangga golongan atas di desa, rumahtangga pengusaha pertanian, rumahtangga golongan rendah di desa, rumahtangga
penerima pendapatan di kota, rumahtangga penerima pendapatan di desa, dan golongan rumahtangga buruh tani.
Tabel 6.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali
No. Golongan
Rumahtangga Nilai
Dasar Rp Juta
Simulasi 1 Simulasi 2
Simulasi 3 Dampak
Rp Juta
Persen Dampak
Rp Juta
Persen Dampak
Rp Juta Persen
1 Buruh Tani
136,241 474
0.35 528
0.39 501
0.37 2
Pengusaha Pertanian
2,617,149 11,110
0.42 10,091
0.39 10,600
0.41