Tujuan dan Manfaat Pe nelitian

dari sektor primer pertanian ke sektor sekunder industri dan sektor tersier jasa. Menurut Glasson dalam Ghalib 2005 pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan proses pengembangan lima strata ekonomi dengan urutannya sebagai berikut: pertama, yang disebut strata ekonomi subsistence, di mana ke luarga-keluarga berproduksi cukup untuk kehidupan sendiri, investasi dan perdagangan relatif kecil. Penduduk pada umumnya bekerja di sektor pertanian dan berorientasi pada lokasi sumber daya alam, kedua, di mana sektor transportasi sudah berkembang, wilayah dapat mengembangkan perdagangan dan spesialisasi produksi. Pada strata ini perekonomian mengembangkan usaha- usaha ind ustri pedesaan bagi petani. Bahan baku dan tenaga kerja disediakan pedesaan, oleh karena itu strata ini erat hubungannya dengan pengembangan dari strata satu, ketiga, yaitu dengan berkembangnya peringkat kedua meningkatnya perdagangan, diikuti pula oleh meningkatnya permintaan dan produksi sektor pertanian. Sektor pertanian dikembangkan secara ekstensif yaitu mengembangkan usaha- usaha prod uks i biji-bijian, peternaka n, buah-buahan da n sebagainya, keempat, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya pengembalian sektor pertanian, wilayah terpaksa mengalihkan harapan kepada sektor perindustrian. Pengembangan sektor industri meliputi tiga tahap, yaitu 1 mengemba ngka n industri pe ngolahan hasil- hasil pertanian, 2 mengembangkan industri- industri lain yang spesifik, 3 akan menghadapi tekanan penduduk, merosotnya taraf hidup penduduk, merosotnya ekonomi wilayah, dan kemunduran ekonomi secara keseluruhan, da n kelima, perekonomian melakukan pengembangan industri tahap ketiga, yaitu industri yang memproduksi barang- barang untuk tujuan ekspor. Wilayah yang mencapai ekonomi peringkat ini diberi predikat sebagai wilayah maju, wilayah yang sudah sampai pada tahap mengekspor modal, keahlian, keterampilanrekayasa dan dapat membantu manajemen pengelolaan wilayah-wilayah yang masih tertinggal. Proses pertumbuhan da n usaha- usaha pengembangan di atas merupakan dasar bagi pengembangan struktur organisasi industri. Proses ini memberikan perubahan- perubahan, di mana terjadi pengurangan dalam jumlah perusahaan-perusahaan kecil dan bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan yang besar dan kokoh, serta terbentuknya pola lokasi usaha dalam wilayah, berpindahnya perusahaan- perusahaan ke pusat-pusat pertumbuhan. Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sama saja dengan faktor- faktor pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana yang terdefinisikan dalam mode l- model ekonomi makro. Model- mode l tersebut berorientasikan penawaran, menjelaskan hubungan fungsional output wilayah dengan faktor- faktor produksi wilayah, yang diformulasikan sebagai berikut: O n = f n K, L, Q, Tr, T, So ………………………………………… 2.1 Dimana: O n = output potensial wilayah n, K = modal, L = tenaga kerja, Q = lahan sumber primer, Tr = transportasi, T = teknologi, da n So = sistem sosial politik. Samuelson 2001 menamakan model pertumbuhan ekonomi makro dengan ”Aggregate Production Function APF”. Model APF ini menganalisis kontribusi relatif dari empat faktor pertumbuhan ekonomi: modal, tenaga kerja, teknologi, dan bahan baku terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yang diformulasikan sebagai berikut: Q = AF K, L, R ...............................................................................2.2