19,265 36,595 DAMPAK STIMULUS EKONOMI TERHADAP OUTPUT, PENYERAPAN
Sumbe r: Social Acounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 diolah Kedua, dampak stimulus ekonomi terhadap distribusi pendapatan, yang ditunjukkan
simulasi stimulus ekonomi sektor pertanian sebesar 100 milyar rupiah simulasi 1. Dari hasil analisis simulasi tersebut dapat dijelaskan bahwa rumahtangga yang memperoleh dampak
terhadap pendapatan terbesar adalah rumahtangga buruh tani, yakni sebesar 474 juta rupiah. Selanjutnya
rumahtangga pengusaha pertanian menerima sebesar 11,110 juta rupiah, rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 8,736 juta rupiah, golongan
rumahtangga golongan penerima pendapatan di desa menerima sebesar 2,187 juta rupiah, rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 10,862 juta rupiah, rumahtangga golongan
rendah di kota menerima sebesar 10,898 juta rupiah, rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar 3,285 juta rupiah, dan rumahtangga golongan atas di kota menerima sebesar
17,989 juta rupiah. Ketiga, dampak stimulus ekonomi terhadap distribusi pendapatan rumahtangga dalam
simulalsi 2 stimulus ekonomi sektor pariwisata sebesar 100 milyar rupiah. Dari hasil simulasi tersebut dapat dijelaskan bahwa golongan rumahtangga buruh tani menerima dampak
peningkatan pendapatan sebesar 528 juta rupiah lebih be sar dibandingkan simulasi 1. Selanjutnya rumahtangga pengusaha pertanian menerima sebesar 10,091 juta rupiah lebih kecil
dibandingkan simulasi 1, rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 9,431 juta
3 Golongan
Rendah di Desa 2,538,527
8,736 0.34
9,431 0.37
9,083 0.36
4 Penerima
Pendapatan di Desa
608,004 2,187
0.36 2,269
0.37 2,228
0.37 5
Golongan Atas di Desa
2,982,601 10,862
0.36 10,561
0.35 10,712
0.36 6
Golongan Rendah di Kota
3,943,127 10,898
0.28 14,398
0.37 12,648
0.32 7
Penerima Pendapatan di
Kota 982,426
3,285 0.33
3,680 0.37
3,482 0.35
8 Golongan Atas di
Kota 5,635,812
17,929 0.32
19,717 0.35
18,823 0.33
rupiah lebih besar diba ndingka n de ngan simulasi 1, rumahtangga golongan penerima pendapatan di desa menerima sebesar 2,269 juta rupiah lebih be sar dibandingkan simulasi 1.
Kemudian golongan rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 10,561 juta rupiah lebih kecil dibandingka n simulasi 1. Golongan rumahtangga golongan rendah di kota menerima
sebesar 14,398 juta rupiah lebih besar dibandingkan dengan simulasi 1, rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar 3,680
juta rupiah lebih besar dibandingkan dengan simulasi 1, dan rumahtangga golongan atas di kota menerima sebesar 19,717 juta rupiah lebih
besar dibandingkan dengan simulasi 1. Keempat, hasil analisis simulasi stimulus ekonomi pada sektor pertanian dan sektor
pariwisata masing- masing di stimulus sebesar 50 milyar rupiah simulasi 3, dapat dijelaskan bahwa rumahtangga buruh tani menerima pendapatan sebesar 501 juta rupiah lebih tinggi dari
pada simulasi1 tetapi lebih rendah da ri hasil simulasi 2. Selanjutnya rumahtangga pengusaha pertanian menerima sebesar 10,600 juta rupiah lebih kecil dibandingkan simulasi 1 tetapi lebih
tinggi dari simulasi 2, rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 9,083 juta rupiah lebih besar dibandingkan dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2,
rumahtangga penerima pendapatan di desa menerima sebesar 2,228 juta rupiah lebih besar dibandingkan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2. Kemudian rumahtangga golongan
atas di desa menerima sebesar 10,712 juta rupiah lebih kecil dibandingkan simulasi 1 tetapi lebih tinggi dari simulai 2, rumahtangga golongan rendah di kota menerima sebesar 12,648 juta
rupiah lebih besar dibandingka n dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2, rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar 3,482 juta rupiah lebih besar
dibandingkan dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2, dan rumahtangga golongan atas di kota menerima sebesar 18,823 juta rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan simulasi 1
tetapi lebih rendah dari simulasi 2.
Hasil analisis distribusi pendapatan rumahtangga dapat dilanjutkan dengan melihat tingkat ketimpangan pendapatan antara golongan rumahtangga hasil analisis disajikan pada
Tabel 6.4. Analisis dilakukan dengan cara pendapatan masing- masing golongan rumahtangga ditentukan dengan mencari pe ndapa tan golongan rumahtangga yang paling kecil pada Tabel 6.3,
kemudian semua pendapatan golongan rumahtangga dibagi dengan pendapatan rumahtangga yang paling kecil tersebut. Dalam ko lom Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007,
dapat dijelaskan bahwa pendapatan golongan rumahtangga yang terkecil adalah golongan rumahtangga buruh tani, yakni sebesar 136,241 juta rupiah, sehingga pendapatan buruh tani
ditetap sebagai pembanding nilai ama dengan 1. Kemudian pendapatan golongan rumahtangga pengusaha pertanian sebesar 2,617,149 juta rupiah dibagi dengan 136,241 juta rupiah sama
dengan 19.21 persen dan seterusnya. Begitu juga dengan simulasi 1, simulasi 2 dan simulasi 3 mempunyai metode yang sama. Tabel 6.4 tentang ketimpangan pendapatan rumahtangga, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6.4. Ketimpanga n Pendapatan Rumahtangga
Sumbe r: Social Acounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 diolah. Pertama, dari nilai dasar Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 dapat
dilihat bahwa rumahtangga pengusaha pertanian mempunyai pendapatan 19 kali lebih besar dari pendapatan rumahtangga buruh tani, pendapatan rumahtangga golongan rendah di desa 18 kali
lebih besar dari pendapatan rumahtangga buruh tani. Selanjutnya, rumahtangga penerima
Go longan Ru mahtangga Nilai
Dasar Simu lasi
1 Simu lasi
2 Simu lasi
3 Buruh Tani
1.00 1.00
1.00 1.00
Pengusaha Pertanian 19.21
23.44 19.11
21.16 Go longan Rendah di Desa
18.63 18.43
17.86 18.13
Penerima Pendapatan di Desa 4.46
4.61 4.30
4.45 Go longan Atas di Desa
21.89 22.92
20.00 21.38
Go longan Rendah Di Kota 28.94
22.99 27.27
25.24 Penerima Pendapatan di Kota
7.21 6.63
6.97 6.95
Go longan Atas di Kota 41.37
37.87 37.34
37.59