pengembangan community-based tourism, yaitu Pariwisata Berbasis Komunitas PBK, Damanik 2010. Wujud Pariwisata Berbasis Komunitas PBK berupa
pelibatan masyarakat dalam pelatihan peningkatan kapasitas, distribusi kredit usaha, perencanaan bisnis, pengembangan produk, dan pemasaran pariwisata.
Dalam hal ini, peran dan inisiatif stakeholders sangat menentukan dalam mengatasi keterbatasan masyarakat lokal, misalnya dalam bidang kompetensi
teknis pengelolaan pariwisata sehingga mengembangkan PBK berjalan lebih cepat. Pada posisi ini masyarakat memerluka n pe nda mpingan lebih lanjut untuk
merumuskan gagasan dan mengalokasikan sumber daya bagi pengembangan pariwisata.
Wood 2005 dalam tulisannya Pro-Poor as a means of Sustainable Development in the Uctubamba Valley, Northern Peru, menjelaskan bahwa
masyarakat terutama masyarakat miskin dilibatkan dalam akses pasar pariwisata yaitu masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pariwisata yang berbasis
masyarakat, diikut sertakan dalam meningkatkan promosi dan memasarkan barang dan jasa kepada wisatawan, dilibatkan melakukan kontak antara wisatawan
dan masyarakat serta masyarakat dapat dilibatkan untuk mensuplai barang dan jasa terhadap tingkat permintaan akan barang dan jasa tersebut.
2.5. Tinjauan Studi Te rdahulu
Studi terdahulu yang ditujukan terhadap gambaran tentang distribusi pendapatan pada sektor pariwisata dan sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi,
kontribusi kedua sektor, keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga, baik internasional, nasional
maupun daerah provinsi, kota dan kabupaten, telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya sebagaimana terlihat dalam uraian berikut:
Nokkala 2002 melakukan studi dengan tujuan utama menelaah implementasi program investasi sektor pertanian di Zambia dengan menggunakan
kerangka SAM 1995. Ada empat alternatif pola pengeluaran dana investasi sektor pertanian yang dipresentasikan sebagai suatu skenario kebijakan, yaitu skenario:
1 implementasi aktual, 2 implementasi optimal, 3 pengeluaran investasi sepenuhnya pada pertanian non komersial, dan 4 setengah dari pengeluaran
investasi pada pertanian komersial dan setengahnya lagi pada pertanian non komersial. Kerangka SAM yang dibangun terdiri dari tiga neraca endogen dan
tiga neraca eksogen. Hasil analisis empat skenario kebijakan investasi dari studi ini menyatakan bahwa shocks pengeluaran aktual skenario 1 agriculture sector
investment program mendorong produksi pertanian komersial tumbuh lebih besar dari pada pertanian non komersial. Hasil skenario 2, 3 dan 4 memperlihatkan hal
yang senada dengan skenario 1, namun dengan komposisi besaran yang berbeda. Heriawan 2004,
dalam studinya menyatakan bahwa
pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia.
Untuk mengukur dampak ekonomi pariwisata sebagai tujuan dari penelitian ini digunakan pendekatan I-O dan SAM pada tahun 2003. Dari hasil analisis
diketahui bahwa sektor pariwisata cukup po tensiil menciptakan PDB pro srowth dan lapangan kerja pro labor tetapi kurang mampu dalam membuat distribusi
pendapatan yang lebih baik. Dengan kata lain, pariwisata belum menyentuh kelompok ekonomi miskin pro poor tourism yang sebagian besar berada di
pertanian dan perdesaan. Dari studi skenario kebijakan ditemukan bahwa
kebijakan penataan kelembagaan dan peraturan secara signifikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi pariwisata.pro growth dan perluasan
lapangan kerja pro labor. Nugrahadi 2008 melakukan studi dengan tujuan untuk
menganalisis sumber pertumbuhan, keterkaitan dan distribusi pendapatan dalam perubahan
struktur ekonomi provinsi Jawa Barat periode tahun 1993 – 2003 . Secara spesifik bertujuan 1 menganalisis pola perubahan struktural ekonomi berdasarkan
perubahan struktur output , tenaga kerja dan distribusi pendapatan antara
golongan rumahtangga, 2 menganalisis sumber-sumber pertumbuhan output ekonomi dan tenaga kerja yang menyertai pertumbuhan ekonomi tersebut, 3
menganalisis keterkaitan kebelakang back ward linkage dan kedepan ford ward linkage. Antar sektor-sektor produksi, 4 mengidentifikasi sektor-sektor
ekonomi yang potensiil, dan 5 menganalisis dampak stimulus ekonomi terhadap output, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan dari sektor-sektor ekonomi
yang potensiil. Analisis menggunakan pendekatan ekonometrik, I-O input – output dan SAM Social Accounting Matrx.
Antara 1999, dalam hasil penelitian menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian Bali yang relatif tinggi sejak pelita I sampai tahun 1996, dicapai
melalui alokasi investasi, salah satu adalah pengeluaran pemerintah. Melalui pengeluaran pemerintah pusat dan daerah, dibangun berbagai fasilitas fisik dan
ekonomi termasuk fasilitas kepariwisataan untuk mengantisipasi peningkatan kedatangan wisatawan ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan sudah tentu
meningkatkan pengeluaran wisatawan, akhirnya akan meningkatkan efek pengganda
Multiplier effect dan perolehan devisa.. Penelitian yang
menggabungkan SAM dengan aspek lingkungan SAM lingkungan dapat dilakukan, pariwisata juga menimbulkan eksternalitas negatif disamping dampak
positif, sehingga diketahui dampak bersih net impact
pariwisata terhadap perekonomian Bali. Keterbatasan dan ketimpangan alokasi sumber daya alam
Bali, khususnya lahan dan air, juga memerlukan suatu penelitian tentang optimalisasi alokasi sumber daya alam dengan menggunakan model pemrograman
statis atau dinamik. Studi Hafizrianda 2007, secara khusus bertujuan untuk mencari penjelasan dari pembangunan ekonomi berbasis pertanian terhadap
perekonomian regional, dan perbaikan distribusi pendapatan maupun penurunan ketimpangan pendapatan. Mengingat sektor ekonomi yang berbasis pertanian
cukup beragam jenisnya maka perlu ditentukan prioritas pembangunan ekonomi berbasis pertanian bagaimana yang paling besar pengaruhnya terhadap distribusi
pendapatan atau ketimpangan pendapatan di provinsi Papua. Untuk menjawab hal tersebut, maka alat analisis yang digunakannya adalah Sistem Neraca Sosial
Ekonomi SNSE. Berdasarkan analisis SNSE diperoleh gambaran secara umum bahwa pembangunan ekonomi berbasis pertanian mampu memperbaiki distribusi
pendapatan di provinsi Papua, karena sebagian besar kebijakan pertanian yang disimulasikan yang mencakup kebijakan dalam bidang investasi dan ekspor,
hasilnya dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dalam perekonomian Papua. Alim 2006, hasil studinya yang menggunakan
Model Interregional Social Accountung Matrix Jawa dan Sumatera yang diberi nama SAMIJASUM
2002, dibangun berdasarkan data sekunder dalam bentuk matriks 59X59 dengan menggunakan teknik cross entropy untuk balancing.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur ekonomi Jawa pada awal pembangunan ekonomi
Pelita I adalah sektor jasa, pertanian, industri pengolahan dan pertambangan. Selama masa pembangunan ekonomi jangka panjang tahap pertama PJPT-I,
sektor jasa dan sektor industri pengolahan secara bertahap mengalami penguatan dan kemudian menjadi dominan dalam perekonomian Jawa. Sebaliknya, pada
periode yang sama, struktur ekonomi Sumatera berubah secara acak, dimana peranan sektor pertambangan dan sektor industri melemah, sedangkan sektor jasa
dan sektor pertanian menguat. Hasil analisis yang didasarkan pada SAMIJASUM 2002 menunjukkan bahwa: 1 neraca perdagangan antara Jawa dan Sumatera
lebih menguntungkan Jawa, dimana perekonomian Sumatera mengalami difisit neraca perdagangan, 2 keterkaitan sektor-sektor produksi di Sumatera terhadap
berbagai sektor produksi di Jawa sangat kuat, sedangkan sebaliknya memiliki keterkaitan yang lemah, 3 spillover effect dari Sumatera ke Jawa lebih besar
daripada spillover effect dari Jawa ke Sumatera, sehingga setiap guncangan shock ekonomi pada sektor manapun pada kedua wilayah akan mengakibatkan
ekonomi Jawa meningkat jauh lebih cepat daripada ekonomi Sumatera. Dalam kondisi ini, apabila pembangunan ekonomi dikonsentrasikan ke Sumatera, maka
pertumbuhan ekonomi kedua wilayah akan lebih tinggi dan diilustrasikan secara lebih berimbang, sehingga kesenjangan ekonomi antara kedua wilayah secara
bertahap akan menyempit. Susilowati 2007 dalam studinya yang menggunakan model Sistem
Neraca Sosial Ekonomi SNSE, bahwa Kemiskinan di Indonesia sebagian besar berada di sektor pertanian dan perdesaan dan menjadi permasalahan
nasional yang serius. Masalah kemiskinan dan distribusi penda patan terkait erat dengan
strategi pembangunan
ekono mi yang
dilakukan. Kebijakan
pengembangan agroindustri merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang diharapkan berdampak mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribus i
pendapatan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam
perekonomian nasional
dan da mpak
kebijakan ekono mi
di sektor
agroindustri terhadap distribusi pe ndapatan da n ke miskinan. Kebijaka n eko nomi yang dimaksud adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor,
investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri dan redistribusi pendapatan. Analisis menggunakan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE yang
didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan non makanan. Simulasi kebijakan di sektor agroindustri dilanjutkan untuk menga nalisis distribusi
pendapatan dan kemiskinan menggunakan data SNSE dan SUSENAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai peran
lebih besar dalam meningkatkan output, PDB dan penyerapan tenaga kerja. Tetapi dalam hal pendapatan rumah tangga, strategi industrialisasi ADLI di
Indonesia be lum terlaksana dengan baik. Kebijakan peningkatan ekspor, investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat
kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumahtangga sedangkan kebijakan
peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di sektor
agroindustri kurang memberikan dampak positif. Kebijakan ekonomi di sektor agro ind ustr i maka nan berda mpak leb ih besar memperba iki distribus i
pendapatan rumah tangga. Sedangkan kebijakan ekonomi di sektor agroindustri non makanan berdampak lebih besar dalam menurunkan tingkat kemiskinan.
Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri prioritas agroindustri makanan
sektor tanaman pangan, perikanan, perkebunan, industri karet remah dan karet asap dan industri kayu lapis, bambu dan rotan merupakan kebijakan yang
paling efektif memperbaiki distribusi pendapatan dan menurunkan kemiskinan. Sejalan dengan hasil penelitia n, untuk mengatasi masalah kesenjangan
pendapatan dan kemiskinan maka kebijakan ekonomi perlu lebih difokuskan pada agroindustri prioritas melalui kebijakan peningkatan investasi dan ekspor.
III. KERANGKA TEORETIS
3.1. Kerangka Pe mikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1 dan Bab 2 dapat dinyatakan bahwa studi yang membahas tentang pembangunan ekonomi yang
melihat peranan dan keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata belum banyak dilakukan, dan untuk kasus Provinsi Bali belum ada yang
melakukannya. Berdasarkan data pangsa kontribusi PDRB dan kesempatan kerja sektoral, dan hasil pengamatan lapangan menunjukkan sektor pertanian dan sktor
pariwisata memiliki peranan yang besar dalam pembangunan ekonomi Provinsi Bali. Diduga kontribusi kedua sektor ini jauh lebih besar terhadap pembangunan
ekonomi Provinsi Bali dengan menggunakan analisis pengganda dibandingkan hanya melihat dari sisi pangsa kontribusi kedua sektor tersebut. Disamping itu,
pengembangan kedua sektor ini diyakini mampu mewujudka n distribusi pendapatan masyarakat yang lebih merata dibandingkan dengan sektor lainnya
karena dalam pengembangannya melibatkan masyarakat mulai dari masyarakat