perluasan produksi pertanian tidak begitu import-intensive dibandingkan dengan perluasan di sektor manufaktur, dan e teknologinya tidak terlalu padat modal.
2.4. Ekonomi Pariwisata
Ekonomi pariwisata adalah suatu besaran ekonomi yang diciptakan oleh transaksi yang dilakukan antara para wisatawan terkait dengan pengeluaran
belanja wisata dengan sektor-sektor ekonomi penyedia barang dan jasa. Australian Bureau
of Statistics, ABS 1994 membagi ekonomi pariwisata dimaksud dalam tiga elemen, yaitu : 1 wisatawan, dalam hal ini diperlakukan
sebagai konsumen yang mengkonsumsi barang dan jasa selama melakukan perjalanan wisata, 2 transaksi untuk memperoleh barang dan jasa dimaksud baik
dalam perjalanan maupun di tempat tujuan wisata, dan 3 sektorunit ekonomi yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kegiatan wisata. Dengan
demikian ekonomi pariwisata menggambarkan seluruh transaksi ekonomi yang terjadi antara kons umen wisatawan domestik dan mancanegara dengan unit-unit
ekonomi yang
menyediakan barang dan jasa dalam koridor
kegiatan kepariwisataan.
Hall 1994 mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dalam proses melakukan transformasi dari ekonomi industri kepada ekonomi jasa, terutama
dalam konteks bahwa penyampaian suatu produk menjadi bagian paling penting dibanding penciptaan produk itu sendiri. Dunia pariwisata merupakan bagian dari
ekonomi jasa yang sarat dengan sensitivitas terhadap pelayanan produk yang dikonsumsi. Untuk itu upaya memberi pelayanan
dan kenyamanan bagi
wisatawan menjadi hal penting da lam ekonomi pariwisata ekonomi jasa.
Eko nomi di provinsi Bali sebagaimana telah dikemukakan pada bab terdahulu menunjukkan bahwa sektor yang terkait dengan pariwisata adalah sektor
yang masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB dan output yang dipasarkan lebih berorientasi pada pariwisata menurut BPS Bali tahun 2004
disebutkan produk unggulan yang menjadi andalan adalah sektor-sektor yang terkait dengan pariwisata, antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan
komunikasi, pertambangan
dan penggalian,
industri pengolahan.
Oleh karenanya,
pilihan strategi
industri pariwisata
bagi pengembangan ekonomi provinsi Bali ke depan nampaknya masih dianggap
relevan. Namun demikian perlu dikaji lebih lanjut apakah kebijakan tersebut tepat. Pengalaman di sejumlah negara berkembang mengajarka n bahwa
pariwisata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, jika dikelola secara cermat dengan menerapkan strategi yang berpihak pada orang miskin pro-poor
tourism. Strategi ini mencoba mempertajam orientasi pembangunan pariwisata dengan memperpendek mata rantai distribusi hasil pariwisata. Salah satu misalnya
adalah dengan memfasilitasi interaksi langsung antara masyarakat lokal dengan wisatawan dalam penyediaan atau pengembangan objek serta daya tarik wisata.
Hal tersebut dilakukan dengan cara melibatkan masyarakat lokal yang menjamin mereka memahami proses pengambilan keputusan tentang bentuk
kegiatan pariwisata sesuai dengan ketersediaan dan kapasitas sumber daya setempat. Prinsip utamanya adalah bahwa pariwisata hanya mampu bertahan
sustainable jika dampaknya pada peningkatan kesejahteraan dirasakan masyarakat secara langsung, khususnya mereka yang bermukim di destinasi
pariwisata. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mampu mengakselerasi
pengembangan community-based tourism, yaitu Pariwisata Berbasis Komunitas PBK, Damanik 2010. Wujud Pariwisata Berbasis Komunitas PBK berupa
pelibatan masyarakat dalam pelatihan peningkatan kapasitas, distribusi kredit usaha, perencanaan bisnis, pengembangan produk, dan pemasaran pariwisata.
Dalam hal ini, peran dan inisiatif stakeholders sangat menentukan dalam mengatasi keterbatasan masyarakat lokal, misalnya dalam bidang kompetensi
teknis pengelolaan pariwisata sehingga mengembangkan PBK berjalan lebih cepat. Pada posisi ini masyarakat memerluka n pe nda mpingan lebih lanjut untuk
merumuskan gagasan dan mengalokasikan sumber daya bagi pengembangan pariwisata.
Wood 2005 dalam tulisannya Pro-Poor as a means of Sustainable Development in the Uctubamba Valley, Northern Peru, menjelaskan bahwa
masyarakat terutama masyarakat miskin dilibatkan dalam akses pasar pariwisata yaitu masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pariwisata yang berbasis
masyarakat, diikut sertakan dalam meningkatkan promosi dan memasarkan barang dan jasa kepada wisatawan, dilibatkan melakukan kontak antara wisatawan
dan masyarakat serta masyarakat dapat dilibatkan untuk mensuplai barang dan jasa terhadap tingkat permintaan akan barang dan jasa tersebut.
2.5. Tinjauan Studi Te rdahulu