ketergantungan antar pe rusahaan atau ind ustri. Konsep Perroux mempunyai pengertian adanya kaitan erat antara skala perusahaan, dominasi, dan dorongan
untuk melakuka n inovasi. Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat merupakan suatu
kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci key industry yang memainkan peranan sebagai pendorong yang dinamik karena
industri tersebut mempunyai kemampuan untuk melakuka n inovasi. Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan pula suatu kelompok industri, yang berkelompok
di sekitar industri kunci. Industri kunci adalah yang mempunyai dampak berantai ke depan forward
linkage yang kuat. Selain ind ustri kunci Perroux menggunakan istilah industri pendorong. Indutri pendorong adalah yang
mempunyai pengaruh penting terhadap kegiatan-kegiatan pada industri- industri lainnya, baik sebagai pensuplai atau langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa.
2.1.5. Model Pertumbuhan Tidak Seimbang
Sebagai suatu teori, analisis yang berkaitan dengan perubahan struktural terutama yang telah dike muka ka n oleh Lewis masih sangat sederhana,
sehubungan dengan itu dalam studi ini juga dipaparkan teori dari Hirschman untuk melengkapi penjelasan yang terkait de ngan peruba han struktural. Konsep
pertumbuhan tidak seimbang dikemukakan oleh.Hirscman memiliki pengertian bahwa dalam pembangunan ekonomi didasarkan atas pertumbuhan yang tidak
seimbang unbalanced growth. Menurut Hirscman dalam Jhingan 2003 dan Arief 1998 investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang
strategis dan berhubungan satu dengan yang lain melalui keterkaitan linkage
akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Pada hakikatnya konsep pertumbuhan tidak seimbang adalah suatu strategi yang mengembangkan sektor yang memiliki keterkaitan kuat. Menurut teori
keterkaitan ini yang dimaksud adalah meliputi keterkaitan ke belakang backward linkage dan ke depan forward linkage. Usulan untuk mengembangkan sektor
ekonomi yang memiliki keterkaitan ini berlaku tidak hanya pada sektor industri dan sektor pertanian tetapi juga untuk keseluruhan sektor ekonomi. Menurut
Hayami dan Ruttan 1971 konsep ketidakseimbangan dalam dan antarsektor pertanian adalah suatu sumber penting dari keterkaitan ke belakang dan ke depan
dalam mentransmisikan kemajuan teknologi di dalam sektor pertanian terhadap keseluruhan pembangunan ekonomi.
Menurut Hirscman pola pembangunan tidak seimbang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
1. Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidak seimbang.
2. Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumberdaya-sumberdaya.
3. Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan bottlenecks
atau ganggu an-gangguan dalam proses pembangunan tetapi akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya. Arsyad, 1999.
Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya Hirscman merumuskan model yang selanjutnya dikenal dengan efek keterkaitan ke depan dan ke belakang.
Keterkaitan ke depan mendorong keputusan investasi pada sektor atau industri yang memanfaatkan output tertentu untuk proses produksi selanjutnya. Hal ini
dapat menurunkan biaya produksi di industri hilir melalui external economies.
Keterkaitan ke belakang mendorong keputusan investasi pada sektor yang menyediakan input. Peningkatan keterkaitan antarsektor atau antar industri
merangsang peningkatan investasi yang selanjutnya mendorong peningkatan permintaan input yang merupaka n output dari suatu sektor atau industri tertentu
yang akhirnya
mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi.
Saling ketergantungan antarsektor dapat dirumuskan dalam tiga jenis efek keterkaitan,
yaitu: 1 efek keterkaitan antar industri interindustry linkage effect, mengukur efek peningkatan satu unit permintaan akhir final demand terhadap tingkat
produksi dalam setiap sektor, 2 efek keterkaitan antar tenagakerja employment linkage effect, mengukur penggunaan total tenaga kerja dalam satu sektor sebagai
akibat perubahan satu unit permintaan akhir, dan 3 efek keterkaitan penciptaan pendapatan income generation linkage effect, mengukur efek perubahan salah
satu variabel eksogen dalam permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan Chenery da n Clark, 1959 dalam Ginting, 2006.
Peningkatan dalam satu unit permintaan akhir dapat meningkatkan produksi dalam setiap sektor melalui efek keterkaitan antar industri dan tingkat
penyerapan tenaga kerja melalui efek keterkaitan ketenaga kerjaan. Peningkatan output dan ketenaga kerjaan timbul dari keterkaitan ini, juga dicerminka n oleh
penciptaan pendapatan tenaga kerja melalui keterkaitan penciptaan pendapatan mendorong peningkatan permintaan barang-barang konsumsi, menginduksi lebih
banyak output dan kesempatan kerja. Pembangunan sektor pertanian di satu pihak meningkatkan permintaan
input antara intermediate input, seperti: pupuk, insektisida, traktor dan lain- lain yang dipasok oleh sektor bukan pertanian ini disebut keterkaitan kebelakang
backward linkage. Namun di pihak lain industri pertanian meningkatkan penawaran output sektor-sektor lain industri pertanian, di samping ada yang
digunakan sendiri oleh sektor pertanian ini, disebut keterkaitan ke depan forward linkage. Dengan demikian kedua aspek inilah dikenal sebagai efek keterkaitan
antar industri interindustry linkage effect yang mengarah ke belakang dan ke depan. Selain itu, pembangunan sektor pertanian akan meningkatkan penyediaan
kesempatan kerja dan pendapatan di sektor pertanian, yang selanjutnya meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan
sektor lain. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut merupakan dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan
di sektor pertanian. Hubungan inilah dikenal sebagai efek keterkaitan ketenaga kerjaan employment linkage effect. Dan efek keterkaitan penciptaan pendapatan
income generation linkage effect.
2.1.6. Teori Basis Ekspor