2. Inflasi, kenaikan harga secara terus menerus. 3. Ketidak merataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek padat modal capital intensive.
5. Rendahnya mobilitas sosial. 6. Pelaksanaan kebijakan industri
substitusi impor yang mengakibatkan kenaika n harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golonga n kapitalis. Memburuknya nilai tukar term of trade ba gi negara- negara berkembang dengan negara-negara maju sebagai akibat ketidak
elastisitasan permintaan negara-negara terhadap barang-barang ekspor negara berkembang.
7. Hancurnya ind ustri- industri ke rajina n rakyat.
2.3. Strategi Industri Berbasis Pertanian
Agricultural Demand-Led Industrialization Strategy ADLI, strategi industri berbasis pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas
pertanian melalui
inovasi teknologi
dan peningkatan
investasi dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan. Strategi ini dianjurkan karena produktif dan secara kelembagaan terkait dengan perekonomian secara
keseluruhan, stimulasi pertanian pangan menghasilkan insentif pangan yang kuat meningkatkan permintaan konsumen rumahtangga pedesaan dan insentif
penawaran meningkatkan suplai pangan tanpa meningkatkan harga. Insentif- insentif ini mampu mengendalikan perluasan industri. Strategi ini berawal dari
kebijakan-kebijakan pertumbuhan akonomi.
Dalam strategi ADLI, perbaikan produktivitas lahan pertanian berdampak pada sejumlah pasar. Pertama, perbaikan ini menstimulus permintaan input- input
antara seperti pupuk, bibit unggul dan pestisida dan barang-barang kapital baru seperti peralatan irigasi baru dan infrastruktur serta meningkatkan permintaan
tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian mampu menciptakan kesempatan kerja di sektor non pertanian tergantung pada kekuatan keterkaitan ke belakang sektor
pertanian dan pembagian suplai antara produksi domestik dan impor. Peningkatan produktivitas meningkatkan kesempatan kerja bagi penggarap tanah, apabila
inovasi dalam meningkatkan produktivitas lahan menggunakan metode pertanian yang padat tenaga kerja Adelman, 1984 dalam Adelman, 1995 dan Kasryno dan
Stepanek, 1985. Kedua, apabila tren pengeluaran rata-rata dari rumah tangga pertanian kecil dan menengah lebih besar dari pemilik lahan, maka tambahan
pendapatan kelompok rumahtangga tersebut terutama lebih banyak dibelanjakan pada komoditas-komoditas non pertanian dan jasa. Barang dan jasa ini meliputi
tekstil, pangan olahan, jasa perseorangan, pendidikan dan lainnya. Karena strategi ini memberi efek terhadap pertumbuhan dan kesempatan kerja, keterkaitan
konsumsi rumahtangga pedesaan merupakan kunci dari sisi permintaan yang mengendalikan industrialisasi di negara- negara sedang berkembang yang
berpendapatan rendah. Ketiga, peningkatan penawaran pertanian memastikan upah nominal tidak meningkat, dengan demikian keuntungan industri terjamin,
upah nominal yang rendah memberikan imbas terhadap kesempatan kerja dalam menghasilkan barang-barang nontradable dan jasa yang padat tenaga kerja.
Besaran dari efek kesempatan kerja tidak langsung mendorong industri dari sisi penawaran.
Ada tiga implikasi kebijakan dalam penerapan strategi ADLI, pertama, dalam rangka membangun tingkat pertumbuhan produksi pertanian yang kuat,
sangat penting memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan. Ini termasuk investasi dalam riset budidaya dan diseminasinya,
investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan, serta investasi pemasaran dan jaringan transportasi. kedua, para perencana harus menghi langka n unsur- unsur
perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian berupa penghisapan peningkatan surplus pedesaan potensial. Ketiga, para perencana seharusnya
membangun suatu kebijakan perdagangan terbuka. Selanjutnya strategi ADLI tergantung pada asumsi bahwa elastisitas
pendapatan rumahtangga pedesaan dan elastisitas harga dari penawarannya terhadap barang-barang non-tradables padat tenaga kerja tinggi. Jika elastisitas-
elastisitas ini rendah, maka keberhasilan strategi ADLI dalam jangka panjang tidak terjamin. Oleh karenanya, pengembangan ekonomi terbuka menjadi
kekuatan untuk mendukung industrialisasi melalui ekspor primer dan pertanian De Janvry dan sadoulet, 1986 dan Adelman dan Vogel, 1991.
Agar bisa memberikan dampak yang luas terhadap pemerataan, sector industri harus dikaitkan dengan sector pertanian, karena sektor pertanian sampai
sekarang masih terlalu banyak menangung beban penduduk. Perluasan dan pengembangan agroindustri tampaknya bias menjembatani kedua sektor tersebut.
Beberapa keunggulan industri yang mengolah barang pertanian adalah a lebih bersifat padat karya dibandingkan dengan industry manufaktur pada umumnya,
b mempunyai keterkaitan langsung dengan sektor pertanian terutama dalam penyediaan bahan baku, c memungkinkan diversifikasi sektor pertanian, d
perluasan produksi pertanian tidak begitu import-intensive dibandingkan dengan perluasan di sektor manufaktur, dan e teknologinya tidak terlalu padat modal.
2.4. Ekonomi Pariwisata