Analisis Perbandingan Penerapan antar Skenario

150 keputusan tanpa bantuan dari petugas.Keputusan yang diambil petani sudah dapat dipastikan bahwa petani akan melakukan tindakan pengendalian OPT sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan mempertimbangkan keselamatan investasi maka petani cenderung menggunakan pestisida berlebih. Fenomena ini berjalan secara terus menerus maka akan menimbulkan berbagai persoalan lingkungan termasuk resistensi dan resurgensi disamping matinya musuh alami, apabila kedua hal ini muncul maka serangan OPT menjadi meningkat. Sehingga implikasi lanjutan adalah peningkatan penggunaan pestisida menjadi tinggi. Sebagaimana diketahui jika serangan OPT 5,14 , dukungan pemerintah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan menururn sehingga petani sasaran kurang dari 19 , kepedulian petugas 1 , laju promosi meningkat 68,00 maka laju pertumbuhan penggunaan pestisida mencapai 299,85 dengan volume penggunaan pestisida diakhir simulasi mencapai 53.338,7 ton. Gambar 35 Grafik perbandingan tiga skenario pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur tahun 2009-2025 Skenario moderat adalah adalah kondisi eksisting yang berlangsung pada saat ini, dimana state menghasilkan kinerja sistem mampu mengendalikan penggunaan pestisida di masa depan dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2025, didukung oleh laju serangan OPT 5,14 kondisi SDM petani yang didukung pelatihan 19 promosi 58,0 dan kemudahan akses mendapatkan pestisida 4,1 , maka pertumbuhan penggunaan pestisida mencapai 244,64 di akhir simulasi, adapun puncak penggunaan pestisida terjadi pada tahun 2022 besaran volume 40.143,4 ton 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Tahun Ton Moderat Pesimistis Optimistis 151 selanjutnya terjadi penurunan, sehingga beban penggunaan pestisida diakhir simulasi sebesar 32.634,74 ton. Adapun kinerja sistem dengan skenario optimistik memiliki kemampuan lebih baik dari skenario pesimistik dan moderat dan mampu menekan peningkatan penggunaan pestisida sampai dengan 41.23 jika dibandingkan dengan skenario moderat. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan dibawah skenario moderat yakni 73,23 sampai akhir simulasi. Sehingga dengan dukungan pemerintah yang meningkat secara draktis melalui pelatihan 20 petani sayuran, penggunaan teknologi alternatif pengendalian hama dan penyakit 2 , peran petugas untuk melakukan pengawalan program melalui pendampingan dan pembinaan 9, hal ini berimplikasi pada jumlah petani yang berkualitas 3,1 , penurunan serangan OPT 5,14 , kunjungan formulator akan menurun 4 dan penurunan dosis per satuan luas 0,4 . Berdasarkan perbaikan faktor-faktor penentu penggunaan pestisida tersebut maka penggunaan pestisida per satuan luas per musim dapat dikendalikan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa laju penggunaan pestisida mengalami pertumbuhan rata-rata 0,9 per tahunnya dan volume penggunaan pestisida akan mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2021 dan akan menurun selama faktor-foktor kunci tetap terkendali. Dengan demikian skenario optimistik memiliki kemampuan untuk mengurangi penggunaan pestisida mencapai 41,23 per tahunnya jika dibanding dengan skenario moderat dan 130,83 dibanding skenario pesimistik. Hasil pengembangan strategi implementasi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran diperoleh tiga skenario yakni skenario pesimistis, skenario moderat dan skenario optimistis. Berdasarkan perbandingan ketiga skenario serta pemodelan dalam sistem implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama di Jawa Timur dengan segala sumberdaya yang dimiliki oleh pemeritah pusat maupun daerah maka skenario yang paling mungkin dilaksanakan dimasa yang akan datang adalah pesimistik 30, moderat 50 dan optimistik 20 Hasil wawancara dengan pakar, 2010. Skenario yang dibuat mengilustrasikan bahwa dalam mengembangkan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama agar tidak mengganggu lingkungan, maka perlu dilakukan dengan dukungan kebijakan yang kooperatif. 152

5.10. Arahan Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida

pada Tanaman Sayuran di Jawa Timur Berdasarkan pada analisis kondisi eksisting penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama di Jawa Timur meliputi 5 lima tepat dan dampak yang ditimbulkan. Hasil uji analisis dengan bantuan komputer dengan software Statistic Product and Service Solution SPSS diperoleh data antara bahwa petani SLPHT dan Non SLPHT tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Tidak ada perbedaan yang signifikan baik pada ketepatan cara, jenis, waktu, sasaran dan dosis. Data menunjukkan bahwa dari 224 responden pada empat komoditas sayuran utama kategori tepat sebanyak 7 orang 3,1 dan tidak tepat 217 responden 96,9 . Dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida yang tidak tepat adalah residu pestisida pada tanaman sayuran dan ekosistem tanaman sayuran setempat. Demikian juga berpengaruh terhadap kesehatan petani pengguna yakni gangguan aktivitas Acetylcholinesterase kategori ringan 27,5 dan kategori sedang 21,5 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2009. Secara umum penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan volume. Demikian halnya dengan hasil simulasi skenario moderat aktual menggambarkan bahwa penggunaan pestisida akan mengalami peningkatan hingga 13,26 per tahunnya. Pada tahun 2025 akan mencapai 32.634,74 ton per tahun akan mencapai puncak penggunaan pada tahun 2022 volume 40.143,40 ton. Namun jika menggunakan skenario optimistik yang mengoptimalkan faktor kunci pengendalian serangan OPT, koordinasi lintas sektor dan perhatian pemerintah, serta sebagai driver adalah peningkatan SDM petani dan kepedulian petugas lapangan maka volume di akhir simulasi mencapai 23.107,84 ton. Untuk mendorong skenario dimaksud maka diperlukan beberapa rumusan strategi kebijaksanaan untuk mengembangkan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama di Jawa Timur, berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut ; 1. Hasil identifikasi tingkat serangan OPT pada tanaman sayuran utama mencapai 5,14 per tahun, sebagaimana diketahui bahwa pengaruh serangan OPT terhadap penggunaan pestisida mencapai 21,44 . Maka rekomendasinya adalah perlu dilakukan upaya pengendalian OPT tanaman sayuran selain menggunakan pestisida dengan penggunaan teknologi alternatif. 153 2. Selama penelitian diperoleh informasi bahwa kerjasama lintas sektor perihal penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT terkesan berjalan tidak harmonis, hal disebabkan oleh leading sector yang berbeda, sehingga diperlukan peningkatan koordinasi dan kolaborasi yang baik antara PHP, PPL, Mantri Tani serta dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian. 3. Diperlukan perhatian lebih dari pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka memberikan pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan petani maupun petugas lapangan. Sebagaimana data diketahui bahwa 64 petani berusia 45 tahun sehingga perlu regenerasi demikian halnya dengan para petugas lapangan. 4. Pengawasan terhadap kinerja petugas lapangan dalam pendampingan dan pembinaan kepada petani dalam penggunaan pestisida perlu untuk ditingkatkan mengingat kehadiran para petugas ke petani dominan untuk kepentingan administratif. Data menunjukkan kehadiran petugas dalam rangka kepentingan administratif dan pembinaan 0 sampai 3 kali per bulan 4 .

5.11. Uji Sensitifitas Model yang Dibangun

Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui respon model terhadap stimulus. Stimulus yang dimaksdukan adalah faktor kunci yang mempengaruhi kinerja model yang telah ditemukan. Adapun tujuannya adalah untuk menemukan alternatif tindakan yang baik untuk mengakselerasi kemungkinan pencapaian fungsi positif dan untuk mengantisipasi munculnya dampak negatif. Sebagaimana diketahui bahwa faktor kunci yang mempengaruhi penggunaan pestisida adalah SDM petani, SDM petugas, serangan OPT dan penggunaan teknologi alternatif. Model menggambarkan bahwa SDM petani dipengaruhi oleh beberapa sub parameter kunci meliputi frekwensi pelatihan, pendidikan dan lama bertani. SDM petugas dipengaruhi oleh satu parameter yakni peran petugas untuk melakukan pendampingan dan pembinaan. Serangan OPT ditentukan oleh laju luas serangan OPT dan kondisi curah hujan. Hasil simulasi model dengan mengintervensi faktor- faktor kunci yang masing-masing diinterfensi dengan frekwensi yang sama yakni 2 maka diperoleh hasil simulasi tertera pada Gambar 36.