Konsep Pertanian Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
30
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan, b bisa berlanjut
secara ekonomis artinya bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan danatau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, c adil
berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi hak-hak mereka dalam
penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran yang terjamin, d manusiawi berarti bahwa semua bentuk kehidupan tanaman,
hewan, dan manusia dihargai, e luwes berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung
terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain Gips 1986. Soeparmoko 2000 menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak boleh lebih buruk atau justru
harus lebih baik daripada tingkat hidup generasi saat ini. Keberlanjutan pembangunan ini dapat didefinisikan dalam arti lunak yaitu bahwa generasi yang
akan datang harus berada dalam posisi yang tidak lebih buruk daripada generasi sekarang, apapun yang dilakukan oleh generasi sekarang
Sektor pertanian masih menjadi motor penggerak perekonomian pada suatu negara dimana sektor pertanian sebagai pintu keluar bahan baku industri, sebagai
penunjang sektor manufaktur artinya sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi serta mempunyai kapasitas yang besar dalam
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi, pemasaran dan pengembangan lembaga dan jasa. Sektor pertanian mampu menciptakan devisa
negara artinya produk pertanian mempunyai permintaan di pasar dunia baik dalam bentuk bahan baku, setengah jadi, maupun produk siap konsumsi sehingga perlu
pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen dan pertanian mempunyai dimensi nutrisi artinya pertanian sebagai pemasok kebutuhan gizi masyarakat dan
memenuhi kebutuhan pangan nasional Austin 1992. Data statistik tahun 2008 menunjukkan bahwa nilai ekspor tanaman sayuran
menduduki rengking kedua dibawah ekspor tanaman buah-buahan yang mencapai
31
126 Juta dolar US, dengan penyerapan tenaga kerja disektor pertanian mencapai 30,8 persen dan penyedia bahan baku industri 89,9 persen dari seluruh total industri
di Indonesia Pudatin dan BPS 2008. Hal tersebut mengindikasikan perlunya perhatian pemerintah dalam menetapkan kebijakan ke arah pembangunan pertanian
untuk menjadi “leading” sektor, karena pembangunan ekonomi Indonesia kini dan kedepan harus mengarah kepada liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan
adanya perubahan term of trade, sehingga sektor perdagangan pertanian lambat laun subsidi semakin dikurangi bahkan hilang sama sekali, tarif dan arus lalu lintas
modal antar negara semakin meningkat, sehingga menimbulkan adanya Foreign Direct Investment
Devaragan et al. 1990. Begitu pula, semakin cepatnya arus informasi dalam sektor perdagangan seiring dengan perubahan selera masyarakat
yang mengarah pada selera masyarakat modern Simatupang 1995. Berdasarkan alasan tersebut diatas maka startegi pembangunan nasional dapatnya menempatkan
sektor pertanian sebagai pilihan utama pemerintah. Dengan syarat produk pertanian Indonesia memiliki daya saing dengan produk-produk pertanian manca negara,
Indonesia harus dapat mengedepankan produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Sehingga kedepan diharapkan sektor pertanian dapat memacu
peningkatan kesempatan kerja, peningkatan ekspor, pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan dapat terjamin. Sebagaimana halnya dengan kebutuhan tanaman
sayuran per kapita di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 persen Depkes RI 2010.