Strategi Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida

23 kebijakan penggunaan pestisida yang lebih baik dari sebelumnya. Perbaikan upaya implementasi yang dimaksudkan adalah meningkatkan peran yang lebih bermakna pada masing-masing faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni sumberdaya, prosedur dan kerjasma komunikasi, stakeholder dan pemerintah pusat maupun daerah. Berdasarkan uraian di atas maka strategi pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida adalah suatu pola strategi pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang dirancang agar mampu mengintegrasikan sasaran, kebijakan dan tindakan-tindakan organisasi atau lembaga secara kohesi sehingga penggunaan pestisida menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya yaitu mendekati tepat sasaran, tepat dosis, tepat tempat, tepat waktu, tepat tempat dan tepat cara. Kebijakan dalam penggunaan pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan dan sekaligus melindungi sumberdaya alam. Kebijakan ini mencakup berbagai instrumen untuk membatasi dan mengurangi dampak penggunaan pestisida, berupa undang-undang, peraturan pemerintah tentang pengelolaan dan provisi ekonomi Wise dan Johnson 1991. Aktualisasinya, kebijakan pestisida secara keseluruhan mencakup pengendalian impor, pembuatan formulasi, distribusi, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pelabelan, penggunaan dan pembuangan pestisida. Kebijakan pestisida yang dibuat bertujuan untuk melindungi konsumen, pekerja pertanian dan lingkungan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, meliputi pembatasan dan pelarangan jenis pestisida, mengatur baku mutu bahan kimiawi dan penetapan tingkat toleransi terhadap residu pestisida pada makanan dan minuman Fleischer 1994. Indonesia telah meratifikasi peraturan internasional tentang standar baku mutu residu pestisida pada hasil pertanian khususnya pada produk sayuran yang didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri pertanian dan Menteri Kesehatan, Nomor : 881MENKESSKBVIII1996 : 711KptsTP.270896. Bahkan di negara-negara maju seperti Eropa melalui notifikasi nomor GSPSNEEC179 pada tanggal 15102002 mengeluarkan peraturan untuk pestisida bahwa “pestisida tidak boleh digunakan untuk produksi pertanian dan dalam proses produksi dasar sereal dan makanan bayi ; penentuan batas maksimum residu BMR pestisida atau metabolite yang mungkin terdapat 24 pada bahan pangan di atas. Bahkan perjanjian bersama bentukan WTO tahun 1994 juga telah diratifikasi oleh negara-negara Amerika, Canada, dan Brasil. Dalam pespektif pertanian berkelanjutan yang dilandasi oleh kesadaran akan kualitas lingkungan hidup dan tuntutan kelestarian produksi, hal ini dilakukan mengacu pada kegagalan pemberantasan hama secara konvensional, maka konsep pengendalian hama terpadu PHT menjadi pilihan yang bijaksana dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman yang diperkuat dengan dimasukkannya Kebijakan tersebut ke dalam REPELITA III 197879-198384 sub sektor pertanian dan dipertegas lagi dalam REPELITA IV 198485-198889. Pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan. Pasal 8 PP Nomor; 6 tahn 1996. Yang dimaksud dengan satu kesatuan adalah satu kesatuan yang harmonis, yaitu memadukan teknologi, pengorganisasian, pelayanan dan gerakan pengendalian dalam sustu sistem yang harmonis, untuk mencegah kerugian ekonomis dan atau kerusakan lingkungan. Sedangkan penggunaan pestisida merupakan salah satu alternatif dari beberapa teknik pengendalian hama terpadu. Berdasarkan kebijakan penggunaan pestisida diposisikan sebagai alternatif terakhir dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman OPT yang didukung oleh piranti peraturan yang mengikat. Namun kenyataan di lapangan tidak kurang dari 85 petani menunjukkan bahwa pestisida sering merupakan pilihan utama dan paling umum dilakukan petani untuk mengendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah Sulistiyono 2002. Untuk mencapai manfaat yang optimal dengan dampak negatif yang minimal, pestisida yang akan diedarkan, disimpan dan digunakan harus terdaftar dan penyesuaian peraturan perundang-undangan serta penyesuaian perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat sekaligus sebagai dasar pelaksanaan PP No. 7 tahun 1973 dan PP No. 6 tahun 1995 maka diberlakukannya Keputusan Menteri Pertanian No. 434.1KptsTP.27072001. Keputusan Menteri tersebut mengatur Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida yang memuat tentang syarat pemohon baik perorangan maupun badan hukum. Di sisi lain adanya pencabutan kebijakan pemerintah yang tidak lagi membatasi satu bahan aktif untuk tiga formulasi. 25 Sampai dengan April 2010 total pestisida yang terdaftar mencapai 2.628 formulasi pestisida dari 14 jenis pestisida. Direktorat Sarana Produksi 2011. Keragaan perkembangan pestisida yang terdaftar di Departemen Pertanian tahun 2006 sampai 2010, sebagaimana tertera pada Gambar 4. Gambar 4. Perkembangan jumlah merek dagang pestisida yang terdaftar mulai tahun 2006 sampai 2010. Data diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan industri pestisida di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam empat tahun terjadi penambahan jumlah formulasi pestisida sebanyak 1.071 formulasi pestisida baru. Diantara 14 jenis pestisida terdapat beberapa yang mengalami pertumbuhan yang signifikan meliputi insektisida, herbisida, fungisida, PHL, ZPT, pengawet dan moluskisida. Data jenis pestisida yang mengalami pertumbuhan yang siknifikan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Perkembangan merk dagang pestisida yang terdaftar mulai tahun 2006 sampai 2010. 2628 2417 2125 1557 1823 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Mer k D agang 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2006 2007 2008 2009 2010 Merk D aga ng PHL Insektisida Herbisida Fungisida ZPT Pengawet Moluskisida 26

2.4. Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Pestisida

Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang “Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup” secara garis besar memuat ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut ; 1 Pengelolaan lingkungan hidup yang berazaskan pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia; 2 Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran; 3 Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Dalam kaitan ini lembaga swadaya masyarakat tumbuh berperan sebagai penunjang pengelolaan lingkungan hidup dan berkembang mendayagunakan dirinya sebagai sarana untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup; 4 Usaha untuk mengembangkan lingkungan hidup tidaklah berlangsung dalam keadaan terisolasi. Sebagai anggota masyarakat dunia maka langkah usaha dibidang lingkungan hidup harus punya makna bagi kehidupan antar bangsa; dan 5 Pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utama. Lingkungan hidup terdiri dari tatanan kesatuan dengan berbagai unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu maka pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterpaduan pelaksanaan ditingkat nasional, koordinasi pelaksanaan secara sektoral didaerah, sehingga semua terkait secara mantap dengan Kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup dengan kesatuan gerak dan langkah mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang Lingkungan hidup berbunyi sebagai berikut ; 1 Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan manusia seutuhnya; 2 Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana; 3 Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup; 4 Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi mendatang; dan 5 Terlindunginya negara terhadap dampak dalam kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. 27 Secara hukum perlindungan tanaman di Indonesia diatur oleh Undang- Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang “Sistem Budidaya Tanaman”. Menurut penjelasan undang-undang tersebut yang dimaksud dengan perlindungan tanaman adalah suatu rangkaian kegiatan untuk melindungi tanaman dari serangan organisme pengganggu tumbuhan. Kegiatan tersebut meliputi pencegahan masuknya, pengendalian dan eradikasi organisme pengganggu tumbuhan. Dalam undang-undang ini perlindungan tanaman termuat pada bagian ke enam, pasal 20 sampai pasal 27. pasal-pasal yang berkaitan dengan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu PHT dan larangan penggunaan sarana atau cara yang dapat mengganggu keselamatan manusia, sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Pada pasal 20 ini perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu, pasal 22 aturan pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan sarana dan atau cara yang dapat mengganggu kesehatan danatau mengancam keselamatan manusia menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam danatau lingkungan hidup. Pelaksanaan perlindungan tanaman menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah. Penjelasan pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian pupolasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan lingkungan hidup. Dalam sistem ini penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, dan pengendalian organisme pengganggu ini bersifat dinamis. Peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 sebagaimana dijelaskan pada pasal 1, yang dimaksudkan dengan penggunaan pestisida adalah menggunakan pestisida dengan atau tanpa alat dengan maksud untuk ; a Untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; b Memberantas rerumputan; c Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; d Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman tidak termasuk pupuk; e Memberantas atau mencegah hama-hama air; f Memberantas atau mencegah