Persepsi Petani dalam Penggunaan Pestisida pada tanaman Sayuran

112 Tabel 29 memperlihatkan bahwa responden di empat kabupaten paling banyak berumur dewasa 20-55 tahun sebanyak 86,2 dan sedikit berumur tua 55 tahun sebanyak 13,8 serta yang berumur kurang dari 20 tahun tidak ditemukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat tersebut berada pada usia kerja yang produktif. Memperhatikan proporsi umur paling banyak berumur lebih dari 20 tahun maka frekwensi lama bertani paling banyak lebih dari 10 sepuluh tahun yakni 68,8 dan yang paling sedikit kurang dari 5 lima tahun yakni 7,5 . Hal ini menggambarkan bahwa responden telah memiliki pengalaman yang cukup banyak di budidaya pertanian sayuran. Pendidikan petani empat komoditas dikategorikan berpendidikan rendah atau banyak yang berpendidikan dasar yakni tamat SD dan SLTP sebanyak 50,5 bahkan tidak tamat SD atau tidak sekolah sebanyak 4,9 , namun para petani ada yang berpendidikan lanjutan menengah SLTA sebanyak 37,1 . Sedikit sekali masyarakat yang berpendidikan tinggi tamat perguruan tinggi sarjana maupun diploma yakni 7,5 . Mayoritas responden berpendidikan dasar kebawah inilah yang mempengaruhi daya serap dan cerna informasi yang diterima oleh petani sehingga human resources menjadi rendah. Jika dilihat dari tingkat pendapatannya petani sayuran dikategorikan berpendapatan tinggi mencapai 57,1 , sedang berpendapatan sedang 36,6 dan rendah hanya 6,3 . Hal in tentunya dapat dimengerti bahwa usaha di bidang budidaya pertanian tanaman sayuran digolongkan usaha dengan nilai investasi tinggi mengingat input usaha yang besar. Sesuai dengan pendapat Setiawati 2006 yang menyatakan bahwa usaha budidaya tanaman sayuran memiliki prospek benefit yang tinggi namun pada kondisi tertentu dimana hight material supply terjadi penurunan yang sangat draktis. 5.3.2. Persepsi Petani tentang Pestisida Persepsi adalah pandangan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal yang ditangkap melalui panca indra Notoadmojo 2003. Persepsi petani tentang pestisida dapat didefinisikan secara operasional adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani melalui panca indra tentang pestisida. Pengetahuan masyarakat petani sayuran mempunyai peranan yang penting dalam penggunaan pestisida dalam upaya pengendalian OPT tanaman sayuran. Oleh sebab itu, untuk 113 mengetahui peranannya maka dilakukan analisis terhadap persepsinya dalam hal pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida. Analisis ini bertujuan untuk lebih memudahkan upaya implementasi kebijakan penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT pada tanaman sayuran. Persepsi masyarakat petani tentang implementasi kebijakan penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT tanaman sayuran dibedakan menjadi 3 tiga jenis persepsi yaitu yaitu, persepsi tentang pengetahuan tentang bahan aktif pestisida, persepsi tentang aturan penggunaan dan aplikasinya serta dampak negatif yang ditimbulkan. a Persepsi petani bawang merah tentang penggunaan pestisida Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dengan kuesioner tertutup tentang persepsi masyarakat petani tanaman sayuran bawang merah terhadap pengetahuan, aturan penggunaan dan tindakan serta dampak negatif penggunaan pestisida dikategorikan rendah. Hasil penelitian tentang persepsi petani sayuran bawang merah, cabai, kubis dan kentang dapat dilihat pada Gambar 16. Dari Gambar 16 terlihat bahwa responden pada tanaman bawang merah memiliki persepsi yang rendah terhadap dampak negatif penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, yaitu dalam hal pengetahuan tentang pestisida 51,6, dampak negatif dalam penggunaan pestisida 64,3 dan aturan penggunaan dan tindakan pestisida 55,4. Gambar 16. Persentase persepsi petani sayuran bawang merah di Jawa Timur dalam penggunaan pestisida tahun 2006 51,8 55,4 64,3 28,6 30,4 25 19,6 14,2 10,7 10 20 30 40 50 60 70 P e t a n i Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan Aturan penggunaan Dampak negatif Ket : Rendah 56 Sedang 56-76 Tinggi 76 - 100 114 Sebagian kecil masyarakat yang memiliki persepsi sedang 20,3 dan sisanya memiliki persepsi yang tinggi 14,67 tentang pengetahuan tentang pestisida dan dampak negatif penggunaan pestisida. Rendahnya persepsi masyarakat tersebut disebabkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya pestisida, cara memantau, apa yang harus dilakukan oleh petani agar tidak terpapar oleh pestisida dan cara penanggulangan jika terpapar oleh pestisida yang masih rendah. Rendahnya pemahaman petani bawang merah salah satunya mereka berpersepsi bahwa pestisida bukanlan racun yang mematikan jika terpapar dalam jumlah sedikit misal ; tersiram, tumpah di saluran, dll hal ini didukung oleh sangat jarang terjadi keracunan akut pada petani pengguna. Pemahaman sebagaimana dimaksud disebabkan oleh pendidikan yang masih rendah serta kurangnya sosialisasi oleh para petugas pertanian lapangan kepada masyarakat petani pengguna. b Persepsi petani cabai dalam penggunaan pestisida Gambar 17 memperlihatkan bahwa responden petani cabai persepsi yang rendah terhadap dampak negatif yang diitmbulkan dalam penggunaan pestisida, yaitu dalam hal pengetahuam penggunaan pestisida 57,1, dalam pencegahan munculnya dampak negatif dalam penggunaan pestisida 44,6 dan aturan penggunaan serta partisipasi dalam penanggulangan dampak negatif yang timbul 60,7. Hanya sebagian kecil masyarakat memiliki persepsi sedang diantara masing-masing parameter pengetahuan 30,3, aturan penggunaan 37,5 dan sisanya partisipasi pencegahan dampak negatif pestisida 25. Gambar 17. Persentase persepsi petani cabai di Jawa Timur dalam penggunaan pestisida tahun 2006 57,1 44,6 60,7 30,3 37,5 25 12,5 17,9 14,3 10 20 30 40 50 60 70 P e t a n i Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan Aturan penggunaan Dampak negatif Ket : Rendah 56 Sedang 56-76 Tinggi 76 - 100 115 Sehubungan dengan rendahnya persepsi petani sayuran dalam pengetahuan tentang substansi pestisida, aturan penggunaan dan pemahaman dampak negatif serta upaya penanggulangan dampak pestisida juga disebabkan oleh pengetahuan masyarakat tentang ekosisitem, dampak pestisida dalam ekosistem terutama tanah, air dan udara, musuh alami, batas toleransi hama, resistensi dan resurgensi. Demikian halnya dengan lemahnya sumberdaya petugas lapangan dalam melakukan pemantauan lapang, untuk melakukan sosialisasi dan evaluasi program pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida. c Persepsi petani kubis dalam penggunaan pestisida Gambar 18 memperlihatkan bahwa responden petani tanaman sayuran kubis memiliki persepsi yang rendah terhadap pengetahuan tentang substansi pestisida 66,1, aturan penggunaan dan tindakan dalam penggunaan pestisida 71,4 dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida Sebagian kecil masyarakat yang memiliki persepsi sedang dalam pemahaman substansi pestisida 25, aturan penggunaan pestisida 21,4 dan dampak negatif pesstisida yang muncul 13,0.. Gambar 18 Persentase persepsi petani kubis di Jawa Timur dalam penggunaan pestisida tahun 2006 Sehubungan dengan rendahnya persepsi petani sayuran dalam pemantauan, pencegahan dan partisipasi dalam penanggulangan dampak pestisida juga disebabkan oleh pengetahuan masyarakat tentang ekosistem, dampak pestisida dalam ekosistem terutama tanah, air dan udara, musuh alami, resistensi dan resurgensi. Demikian halnya dengan lemahnya sumberdaya petugas lapangan dalam melakukan pemantauan lapang, untuk melakukan sosialisasi dan evaluasi program pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida 66,1 71,4 62,5 25 21,419,6 8,9 7,1 17,9 10 20 30 40 50 60 70 80 P e t a n i Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan Aturan Penggunaan Dampak Negatif Ket : Rendah 56 Sedang 56-76 Tinggi 76 - 100 116 d Persepsi petani kentang dalam penggunaan pestisida Penggunaan pestisida pada tanaman kentang diketahui tertinggi volumenya jika dibandingkan dengan tiga komoditas lainnya. Kondisi ini tidak lepas dari persepsi petani tentang pestisida, data persepsi petani tentang pestisida dengan substansinya dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Persentase persepsi petani kentang di Jawa Timur dalam penggunaan pestisida tahun 2006 Gambar 19 persepsi masyarakat petani kentang tentang pengetahuan substansi pestisida, aturan penggunaan dan tindakan penggunaan pestisida serta dampak negatif yang muncul dalam penggunaan pestisida dikategorikan rendah. Rendahnya persepsi petani sayuran disebabkan oleh rendahnya kategori dalam pemahaman tentang pengetahuan tentang substansi pestisida 73,2, aturan penggunaan dan tindakan penggunaanya 67,9 dan dampak negatif yang muncul oleh penggunaan pestisida 76,8. Rendahnya persepsi petani ini disebabkan oleh rendahnya pemahaman petani tentang peran musuh alami, bahaya bagi manusia dan hewan, dan rendahnya kesadaran petani dalam memperhatikan kesehatan para responden. e Persepsi petani empat komoditas sayuran utama di Jawa Timur Berdasarkan hasil analisis dari ke empat petani yang dijelaskan dalam Gambar 16, 17, 18 dan 19 maka dapat analisis secara keseluruhan melalui akumulasi menjadi satu kesatuan data, sebagaimana tertera pada Gambar 20. Berdasarkan data tesebut maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan petani sayuran utama memiliki pemahaman tentang penggunaan pestisida pada aspek pengetahuan tentang substansi pestisida, aturan penggunaan dan tndakannya dan 73,2 67,9 76,8 21,419,6 10,7 5,4 12,512,5 10 20 30 40 50 60 70 80 P e t a n i Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan Aturan Penggunaan Dampak Negatif Ket : Rendah 56 Sedang 56-76 Tinggi 76 - 100 117 dampak negatif pestisida yang ditimbulkan mayoritas kategori rendah sebanyak 62,7 sedangkan kategori tinggi hanya 12,8 . Gambar 20 Akumulasi persepsi petani tanaman sayuran di Jawa Timur dalam penggunaan pestisida tahun 2006

5.4. Upaya Pengendalian OPT pada Tanaman Sayuran

Dalam sub bab ini disajikan contoh salah satu dari empat komoditas dalam upaya pengendalian OPT tanaman sayuran. Berdasarkan Tabel 19 luas serangan OPT pada tanaman bawang merah lima tahun terkhir 2005 sd 2009 rerata terjadi kenaikan serangan seperti ulat bawang S. litura 21,48 , penggorok daun Lyriomyza sp. 39,23 , penyakit layu P. porri 69,58 dan trips mencapai 858,07 . Namun berdasarkan luas serangan hama ulat daun dan penyakit layu P. porri masih dominan dengan luas serangan 706,66 ha dan 192,25 ha. Selama tahun 2009 terdapat serangan 10 jenis OPT bawang merah di Jawa Timur dengan total luas serangan 1.426,15 ha yang terdiri dari serangan ringan 1.235,70 ha, sedang 182,73 ha, berat 5,92 ha dan puso 1,80 ha. Diperta Provinsi Jawa Timur 2009 Tanaman bawang merah memiliki kerentanan yang cukup tinggi dari serangan OPT. Upaya pengendalian OPT bawang merah oleh petani telah dilakukan dengan berbagai cara melalui pemasangan perangkap light traps, cara mekanis, dan secara kimiawi dengan pestisida. Tabel 30 menunjukkan bahwa luas pengendalian yang paling banyak diupayakan oleh petani adalah menggunakan cara kimiawi atau pestisida dan disusul dengan eradikasi. Data secara lengkap upaya pengendalian OPT pada tanaman bawang merah, tertera pada Tabel 30. 57,2 54,1 66,7 72,6 62,7 28 30,9 22 17,2 24,5 14,814,9 11,3 10,1 12,8 10 20 30 40 50 60 70 80 P e t a n i Rendah Sedang Tinggi B Merah Cabai Kubis Kentang Rerata Ket : Rendah 56 Sedang 56-76 Tinggi 76 - 100 118 Tabel 30 Perbandingan kumulatif luas pengendalian serangan OPT bawang merah di Jawa Timur tahun 2009 OPT Luas Pengendalian ha Eradikasi Pestisida Cara Lain Spodoptera litura 1.042,3 10.576,0 3.186 Lyriomyza sp. 20 2.177,8 30,4 Phytophthora sp. 0,2 2.823,7 116,1 Alternaria porri 0 334,9 52,3 Antraknosa 0 46,2 25,4 Fusarium 0 369,4 2,5 Jumlah 1.062,5 15.993,1 3.412,7 Persentase 5,19 78,14 16,67 Sumber : Diperta Provinsi Jawa Timur 2009 Hasil inventarisi data yang berhasil dikumpulkan dalam penggunaan pestisida pada tanaman bawang merah di wilayah sentra yakni di Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Probolinggo dijumpai bahwa kebutuhan per hektarnya mencapai 31,59 kg SLPHT dan 32,19 kg Non SLPHT. Volume penggunaan pestisida pada tanaman bawang merah sangat tergantung dari kondisi musim dan cuaca. Pada musim tanam bulan April sampai dengan Bulan Agustus penggunaan pestisida lebih dominan jenis insektisida, karena pada bulan-bulan ini banyak serangan insekta seperti Lyriomyza sp, S. exiqua, dan Thrips tabaci L Pada saat pengambilan data, serangan Lyriomyza sp. dianggap masyarakat setempat sangat membahayakan karena hama ini menyerang di dalam daun bawang sehingga tanda-tanda serangan tidak tampak diawal, namun setelah serangan berat baru tampak gejala dari luar. Dilihat dari waktu serangannya yang berjalan sangat cepat dan dalam waktu yang hampir bersamaan dalam satu area tertentu maka kondisi ini menyebabkan masyarakat setempat menamainya dengan serangan “Grandong” semacam tokoh cerita sandiwara yang menyeramkan. Jenis hama lainnya yang menyebabkan penggunaan pestisida di musim kemarau lebih banyak adalah serangan ulat bawang S. exiqua . Hama ini menyerang daun tanaman bawang merah dan masuk didalamnya, sehingga tanda serangannya adalah daun patah dan kering. Pengendalian serangan OPT Lyriomiza sp. dan S. exiqua tetap mengutamakan dengan insektisida, namun pada luasan areal kurang dari 0,2 ha dibantu dengan cara mekanis yakni memangkas daun yang terserang secara manual dalam bahasa jawa ”Petan”.