Pemodelan Sistem TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

120 terkait maka implementasi ini bersifat komplek. Serangkaian kegiatan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang menggambarkan interaksi beberapa komponen maka proses ini adalah bagian dari sistem yang bersifat dinamis. Maka dari itu pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sistem dan pemodelan. Pemodelan diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model yang akan menggambarkan sistem yang dikaji Eriyatno 1999. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membangun model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida. Pemodelan sistem pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida digunakan untuk menemukan dan menempatkan peubah-peubah penting serta hubungan antar peubah dalam sistem tersebut yang bersandarkan pada hasil pendekatan kotak gelap black box. Dalam penelitian ini untuk mengukur besaran implementasi kebijakan penggunaan pestisida dilakukan dengan pendekatan volume penggunaan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman. Model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran disusun berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan penggunaan pestisida oleh petani tanaman sayuran yaitu faktor dalam diri petani dan faktor luar. Model tersusun oleh beberapa sub-sub model variabel, yaitu: sub-model SDM Petani, sub-model SDM petugas lapangan, sub-model lingkungan yang diukur dengan pendekatan serangan OPT, tekanan formulator dan sub model ketersediaan pestisida. Kelima sub-sub model tersebut dibuat secara parsial berdasarkan persamaan yang sesuai dengan masing-masing sub-model, kemudian diintegrasikan menjadi satu model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada budidaya tanaman sayuran di Jawa Timur. Model yang dibangun untuk kajian sistem adalah model simbolik model matematika. Pemodelan sistem dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak software program Powersim versi 2.5 c. Model umum global faktor dibedakan menjadi dua jenis yakni dari dalam diri petani dan dari luar diri petani. Faktor dari dalam diri petani adalah kemampuan petani memahami tentang substansi pestisida, aturan penggunaan pestisida, efek samping negatif pestisida, pemahaman tentang OPT dan pemahaman ekosistem. Sedangkan faktor dari luar diri petani meliputi luas tanam 121 tanaman sayuran, serangan OPT, tekanan formulator dan kumudahan atau ketersediaan pestisida. Model penggunaan pestisida berhasil dibangun menjadi sebuah persamaan. Persamaan inilah yang dijadikan indikator faktor yang mepengaruhi implementasi kebijakan penggunaan pestisida yaitu luas tanam, luas serangan OPT tekanan lingkungan, SDM petani, tekanan promosi formulator = petani menyebut, dan kemudahan akses mendapatkan pestisida di lapangan. Data penggunaan pestisida per hektar per musim tanam pada empat tanaman sayuran utama sebagai berkut : kentang 160,62 kg, cabai 137,872 kg, kubis 78,03 kg dan bawang merah 31,89 kg. Volume penggunaan pestisida oleh petani tanaman sayuran ini dapat didistribusikan berdasarkan faktor-faktor pendorong. Sebagaimana diketahui bahwa hasil inventarisasi data distribusi volume penggunaan pestisida yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang telah disebutkan diatas. Secara matematik peningkatan penggunaan pestisida yang dipengaruhi faktor sebagai berikut serangan OPT mencapai 21 , promosi oleh sales pestisida 10,5 , luas tanam 44,9 , SDM petani 19,5 dan kemudahan akses memperoleh pestisida di lapangan 4,1 . Penggunaan pestisida di lapangan akan terkendalikan oleh faktor SDM petugas`lapangan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dan SDM petani yang memiliki kemampuan lebih dibidang pengelolaan ekosistem, pemahaman substansi pestisida, aturan penggunaan pestisida dan efek samping yang ditimbulkan. Faktor pengendali yang kedua lebih terkenal dengan pemahaman konsep pengendalian hama terpadu PHT. Beberapa tahun terakhir konsep dimaksud telah terakomodir dalam program baru yang termuat dalam program atau konsep good agriculture practice GAP. Berdasarkan hasil identifikasi faktor dimaksud maka dapat disusun menjadi persamaan matematis sebagai berikut: JPP = LSOfk1 + LLhnfk2 + TPromfk3 + SdiaPestfk4 + SDMPetn 1 fk5 – SDMPetn 2 fk5 + SDMPetgsfk6 ------- 3 Keterangan : JPP : jumlahvolume penggunaan pestisida LSO : luas serangan OPT LLhn : luas lahan tanaman sayuran TProm : tekanan promosiformulator SdiaPest : ketersediaan pestisida 122 SDMPetn 1 : SDM petani berkemampuan rendah SDMPetn 2 : SDM petani berkemampuan tinggi SDM Petgs : SDM petugas lapangan Menurut data BPS Jawa Timur tahun 2009 diketahui bahwa jumlah petani di Jatim sebanyak 3.743.861 jiwa dan luas lahan tanaman sayuran 11,55 dari seluruh luas lahan sawah. Berarti petani sayuran di Jawa Timur lebih kurang 432.306 petani. Jumlah penyuluh pertanian 5.520 orang 2645 PenyuluhPNS dan 2.875 orang THL-TB dan propinsi 41 orang BPTPH Jawa Timur 2011. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa jumlah penyuluh yang bertugas di area tanaman sayuran lebih kurang 11,55 dari total penyuluh atau sebanyak 638 orang. Berdasarkan data sebagaimana disebutkan sebelumnya maka dapat dibuat model diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Adapun gambar diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada budidaya tanaman sayuran di Jawa Timur beserta keterangannya, dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur Keterangan : VPest = volume pestisida Lj_KurPest = laju pengurangan penggunaan pestisida Lj_PPest = laju penggunaan pestisida L_Tanam = luas tanaman sayuran SalesPest = jumlah salesformulator pestisida SDAPest = ketersediaan pestisida SDM_Ptn1 = jumlah petani yang bekeampuan kurang SDMPetgs Lj_KurPest fk_SDMPetgs VPest fk_tekOPT SDAPest fk_SDAPest TekOPT SalesPest fk_SalesPest fk_LLahan Lj_PPest fk_Ptn1 SDMPtn2 fk_SDMPtn2 SDM_Ptn1 L_Tanam 123 SDMPetgs = peran petugas lapangan SDMPtn2 = jumlah petani berkemampuan lebih TekOPT = tekanan serangan OPT tanaman sayuran fk_LLahan = fraksi luas lahan fk_Ptn1 = fraksi petani yang berkemampuan kurang fk_SalesPest = fraksi formulator fk_SDAPest = fraksi ketersediaan pestisida fk_SDMPetgs = fraksi SDM petugas lapangan fk_SDMPtn2 = fraksi petani bekemampuan lebih fk_tekOPT = fraksi serangan OPT Gambar 21 menjelaskan bahwa penggunaan pestisida pada tanaman sayuran ditentukan oleh faktor pendorong dan faktor pengendali. Besaran komponen pendorong penggunaan pestsida selanjutnya disebut dengan laju penggunaan pestsida Lj_PPest, adapun besarannya tergantung sub komponen yang mempengaruhi meliputi luas tanam tanaman sayuran L_Tanam, SDM petani yang berkemampuan kurang SDMpetn 1 , tekanan salesformulator SalesPest, tekanan serangan OPT TekOPT dan ketersediaan pestisida termasuk kemudahan mendapatkan pestisida SDA Pest. Adapun sumberdaya petani SDMPetn 2 dan SDM petugas lapangan SDMPetgs berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida KurPest. SDM petani berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida jika kemampuan mereka dalam penggunaan pestisida mendekati atau dengan benar. Petani yang dimaksud adalah petani yang pada umumnya telah mengikuti pelatihan sekolah lapang pengendalian hama terpadu SLPHT. SDM petugas lapangan berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida karena mereka memiliki kewajiban melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani sayuran dalam penggunaan pestisida selama budidaya tanaman. Petugas lapangan yang secara aktif melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani, maka petani merasa percaya diri dalam mengatasi permasalahan budidaya tanaman sayuran dan pengendalian OPT yang memanfaatkan pestisida sebagai sarananya. Penggunaan pestisida akan cenderung sesuai dengan aturan atau rekomendasi dalam label, mempertimbangkan waktu penggunaan, cara penggunaan yang tepat dan lain-lain. Sehingga dengan kedua faktor pengendali dimaksud maka penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman sayuran dapat dikurangi. 124 5.5.1. Sub Model Luas Tanam Penggunaan pestisida di lapangan oleh petani tanaman sayuran telah menjadi budaya, hal ini dibuktikan dengan selalu memanfaatkan pestisida selama proses budidayanya. Mayoritas petani sayuran memanfaatkan pestisida pada saat dimulai penanaman. Mereka memanfaatkan pestisida sejak awal proses budidaya dipergunakan untuk memberantas gulma, memberantas organisme yang dianggap OPT seperti pemberantasan kepiting. Petani menganggap bahwa penggunaan pestisida untuk memberantas gulma jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan memberantas gulma dengan cara mekanis tenaga kerja. Demikian juga selama proses budidaya, petani pada umumnya cenderung melakukan penyemprotan secara terjadwal. Mereka melakukan penyemprotan secara terjadwal dilakukan sebagai upaya preventif. Petani melakukan upaya preventif mempunyai alasan yang bervariatif 1 dengan penyemrotan terjadwal dapat mengurangi resiko kegagalan panen akibat serangan OPT mengingat nilai investasi yang tinggi pada tanaman sayuran, 2 tidak ada lembaga manapun yang memberikan perlindungan asuransi terhadap investasi yang ditanamkan, 3 petani beranggapan bahwa serangan OPT dapat datang setiap saat dan bersifat sporadis, 4 jenis hama yang beragam berakibat pada perkembangan hama menurut instarnya berbeda-beda sehingga fase kritis berbeda pula, 5 petani pada umumnya memiliki kemampuan kurang untuk memahami siklus hidup dan konsep ekosistem, 6 dengan preventif dapat menjaga penampilan produk tetap menarik dan 7 petani berpendapat bahwa upaya preventif lebih baik dari pada kuratif. Kondisi ini mencerminkan bahwa petani sayuran tetap akan menggunakan pestisida walapun tidak ada serangan OPT. Dengan demikian volume penggunaan pestisida oleh petani tergantung oleh luas tanam tanaman sayuran. Sub model luas tanam menggambarkan dinamika luas tanam tanaman sayuran per musim yang mempengaruhi volume penggunaan pestisida. Berikut peubah yang menentukan dan ditentukan. Peubah yang terlibat dalam sub model ini adalah pertambahan kebutuhan sayuran Keb_Sayur, pembukaan lahan baru Lhn_Baru, laju pengurangan lahan Lj_Per_Lhn, fraksi penanaman tanaman lain Fr_TanLain, fraksi kebutuhan sayuran Fr_Keb_Sayur, fraksi lahan baru Fr_Lhn_Baru, dan fraksi pengurangan lahan Fr_Per_Lhn. Pembangunan model 125 ini dengan beberapa asumsi 1 laju permintaan sayuran naik 3,5 per tahun, 2 pembukaan lahan baru untuk tanaman sayuran 0,1 , dan 3 laju pengurangan lahan tanaman sayuran karena diperuntukkan tanaman lain 0,1 dan pemukiman, kolam dan lain-lain 0,1 . Semua variabel berhubungan langsung maupun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk dagram sub-model luas lahan dengan menggunakan powersim 2.5c dan hasilnya diperlihatkan pada Gambar 22. Gambar 22 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model luas tanam Keterangan : L_Tanam = luas tanaman tanaman sayuran Lj_LTanam = laju luas tanam tanaman sayuran Lj_Per_Lhn = laju pengurangan luas lahan tanaman sayuran Keb_Sayur = kenaikan kebutuhan sayuran Lhn_Baru = pembukaan lahan baru tanaman sayuran P_VolPest = volume penggunaan pestisida Fr_Keb_Sayur = fraksi kebutuhan sayuran Fr_Lhn_Baru = fraksi pembukaan lahan baru Fr_P_VolPest = fraksi volume penggunaan pestisida Fr_Per_Lhn = fraksi pengurangan lahan Fr_TanLain = fraksi tanaman lain 5.5.2. Sub Model Serangan OPT Sub model tekanan serangan OPT menggambarkan dinamika tekanan serangan OPT yang mampu mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi kondisi luas serangan OPT LSerOPT, Frekwensi penyemprotan pestisida IntSemprot, Fr_Lhn_Baru Lhn_Baru Keb_Sayur Fr_Keb_Sayur P_VolPest Fr_P_VolPest Lj_Per_Lhn Fr_TanLain L_Tanam Fr_Per_Lhn Lj_LTanam 126 dosis yang digunakan Dosis, volume penggunaan pestisida Vpest, fraksi laju serangan OPT Fr_SerOPT, fraksi dosis penggunaan pestisida Fr_Dosis dan fraksi frekwensi penyemprotan pestisida Fr_Semprot. Luas serangan OPT pada empat tanaman sayuran pada tahun 2009 sebesar 3.668 ha. Luas serangan OPT tahun 2009 ini dipergunakan sebagai data dasar untuk membangun sub model penggunaan pestisida faktor serangan OPT. Membangun sub model luas tanam ini didukung oleh beberapa asumsi : 1 Laju serangan OPT yang dipengaruhi oleh fraksi iklim 0,03 dan nilai serangan OPT 0,1 per bulan, 2 dosis yang digunakan 14 grltr 0,0014 dan 3 dengan intensitas penyemprotan pestisida 20 dari masa hidup tanaman sayuran. Berdasarkan peubah-peubah yang berhubungan baik secara langsung mapun tidak, dan sertai asumsi-asumsi yang diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model serangan OPT dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 23. Gambar 23 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model serangan OPT Keterangan : LSerOPT = luas serangan OPT tanaman sayuran Lj_SerOPT = laju serangan OPT tanaman sauran Dosis = konsentarsi penggunaan pestisida per satuan tertentu IntSemprot = frekwensi penyemprotan per satuan waktu VPest = volume penggunaan pestisida Fr_Crhjn = fraksi curah hujan Fr_Dosis = fraksi dosis penggunaan pestisida Fr_Semprot = fraksi penyemprotan pestisida Fr_SerOPT = fraksi serangan OPT Fr_Crhjn Lj_SerOPT LSerOPT IntSemprot Fr_Semprot VPest Dosis Fr_Dosis Fr_SerOPT 127 Berdasarkan Gambar 23 memperlihatkan bahwa penggunaan pestisida berfungsi sebagai auxiliary yang merupakan hasil perkalian antara frekwensi penyemprotan dengan dosis yang digunakan. Volume pestisida yang digunakan oleh petani dipengaruhi oleh luas serangan OPT Berdasarkan hasil perhitungan data hasil survey petani bahwa penggunaan pestisida akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,44 apabila terjadi serangan hama maupun penyakit tanaman sayuran. Peningkatan ini disebabkan oleh faktor iklim. Faktor iklim yang dimaksudkan adalah saat musim kemarau serangan meningkat oleh golongan insektisida dan musim penghujan oleh penyakit fungi dan bakteri. Besaran nilai 21,44 dimaksudkan adalah sumbangan peningkatan penggunaan pestisida oleh petani dikarenakan tingkat serangan hama maupun penyakit tanaman. 5.5.3. Sub Model SDM Petani Sub model SDM petani menggambarkan dinamika kemampuan petani dalam pemanfaatan pestisida dalam pengendalian OPT tanaman sayuran. Kriteria SDM petani diukur dengan menggunakan pendekatan pengetahuan dan perilaku dalam penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Hasil inventarisasi data dengan kuesioner didapatkan dari 112 responden petani SLPHT yang berpengetahuan baik tentang pestisida dan penggunaannya sebanyak 71 orang 63,3 dan perilaku tepat dalam penggunaan pestisida sebanyak 6 orang 5,4 dan tidak tepat 106 orang 94,6 . Sedangkan pada petani non SLPHT tepat dalam penggunaan pestisida diperoleh persentase lebih rendah yakni 1 orang 0,9 . SDM petani yang masih memiliki pengetahuan rendah dalam penggunnaan pestisda ada kecenderungan menggunakan secara berlebihan untuk mengendalikan OPT. Hasil survei diperoleh data bahwa sumbangan volume penggunaan pestisida yang disebabkan oleh rendahnya SDM mencapai 19,5 dari total volume yang digunakan. Berangkat dari data tersebut dapat dirancang model dinamik tekanan SDM yang dapat mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi jumlah SDM yang berkemampuan kurang Jl_Ptn 1 , laju SDM berkemampuan kurang Lj_Ptn 1 , konsentrasi pestisida yang digunakan Dosis, frekwensi penyemprotan 128 Frek_Seprot, volume penggunaan pestisida Vpest, fraksi pendidikan Fr_Pendidikan, fraksi pelatihan Fr_Pelatihan, fraksi lama bertani L-Brtn. Membangun sub model SDM petani didukung oleh beberapa asumsi 1 petani yang menerima pendidikan dan pelatihan SLPHT sebanyak 19.038 petani dengan tingkat keberhasilan program 80, 2 laju peningkatan pendidikan karena regenerasi sebesar 1,95 , 3 laju peningkatan pelatihan lapang baik dari pemerintah maupun perusahaan sebesar 2,5, 4 dosis pengunaan pestisida meningkat mejadi 2,1 grltr dan 5 peningkatan frekwensi penyemprotan 2,9. Didukung oleh data dasar dan asumsi-asumsi maka semua peubah berhubungan baik secara langsung mapun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model SDM petani dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 24. Gambar 24 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model SDM petani Keterangan : Jl_Ptn 1 = jumlah petani19038Fr_Ptn_Kwlts Lj_Ptn 1 = laju jumlah petani Dosis = konsentrasi penggunaan pestisida per satuan tertentu Frek_Semprot = frekwensi penyemprotan per satuan waktu VPest = volume penggunaan pestisida Fr_Dosis = fraksi konsentrasi penggunaan pestisida Fr_Pelatihan = fraksi pelatihan Fr_Pendidikan = fraksi pendidikan Fr_Ptn 1 = fraksi petani Fr_Semprot = fraksi intensitas penyemprotan pestisida L_Brtn = lama bertani Fr_Pelatihan L_Brtn Frek_Semprot VPest Dosis Fr_Dosis Fr_Semprot Fr_Pendidikan Jl_Ptn1 Fr_Ptn1 Lj_Ptn1 129 5.5.4. Sub Model Peran Formulator Promosi Industri pestisida sejak tahun 1990-an terus mengalami pertumbuhan yang meningkat hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun mengalami pertambahan formulasi antara 2 sampai 6 , sehingga diketahui pada ahun 2005 diketahui formulasi yang terdaftar sebanyak 1572 jenis dan pada tahun 2010 diketahui sebanyak 2149 formulasi, sehingga dapat diprediksi bahwa pertumbuhan 7,3 per tahunnya. Hal ini didukung oleh pertumbuhan perusahaan industri pestisida yang mencapai 2 sampai 4 pertahunnya. Pertumbuhan industri pestisida ini berpengaruh langsung terhadap laju penambahan tenaga marketing yang di tingkat petani disebut dengan formulator Sales. Paranan sales sudah jelas adalah mempomosikan formulasi pestisida yang diproduksi oleh perusahaan agar petani mau menggunakan produk pestisida secara kontinu. Kondisi inilah, menjadikan salah satu faktor pendorong penggunaan pestisida oleh petani. Berangkat dari data tersebut dapat dirancang model dinamik peran formulator yang mampu mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi jumlah formulator JmlhSales, laju formulator Lj_JmlSales, intensitas kunjungan formulator Jml_Kunj, peran media PromoMedia, volume penggunaan pestisida Vpest, fraksi laju pertambahan formulator Fr_Jl_Sales, fraksi peran media Fr_Media, fraksi intensitas kunjungan Fr_Kunj. Untuk mendukung penyusunan sub model tekanan formulator maka dibangun asumsi-asumsi sebagai berikut : 1 jumlah sales formulator tahun 2009 sebanyak 495 orang dengan tingkat keaktifan 96, 2 pertumbuhan jumlah formulator dipengaruhi oleh pertumbuhan produsen yang diasumsikan sebesar 3,8 per tahun, 3 intensitas kunjungan ke petani sebesar 1,1 , 4 peran media promosi di asumsikan berperan sebesar 0,36 dan 5 tingkat keenaran volume pestisida sebesar 90. Berdasarkan data dasar dan asumsi-asumsi maka semua peubah berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung, diformulasikan secara numerik dan selanjutnya disusun ke dalam bentuk diagram alir sub-model peran formulator dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 25. 130 Gambar 25 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model tekanan formulator Keterangan : JmlhSales = jumlah sales atau formulator Lj_JmlSales = laju jumlah sales atau formulator Jml_Kunj = jumlah kunjungan sales atau formulator PromoMedia = tekanan promosi melalui media VPest_4 = volume penggunaan pestisida fk_Produsen = fraksi produsen pestisida Fr_Jl_Sales = fraksi jumlah sales Fr_Kunj = fraksi kunjungan sales Fr_Media = fraksi promosi Fr_VPest = fraksi volume penggunaan pestisida 5.5.5. Sub Model Ketersediaan Pestisida Salah satu faktor yang mementukan jumlah penggunaan pestisida oleh petani sayuran adalah ketersediaan pestisida dan mudah didapat oleh petani sayuran. Kemudahan akses untuk mendapatkan pestisida mendorong alternatif lain dalam pengendalian OPT. Kemudahan akses mendapatkan pestisida ini semata-mata dikarenakan hukum ekonomi berjalan secara alamiah, yakni pertumbuhan produsen pestisida yang terus bertambah dan program penambahan luas tanam tanaman sayuran. Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan produsen pestisida sejak tahun 2005 mencapai 2,1 persen dan luas tanam per tahun di Jawa Timur mencapai 1,8 persen. Kondisi ini dapat dihitung melalui pendekatan diskriptif sumbangan peran ketersediaan pestisida dalam penggunaan pestisida oleh petani sayuran lebih kurang 7 persen dari total penggunaan. Berdasarkan uraian tersebut fk_Produsen Lj_JmlSales Fr_Jl_Sales Fr_Kunj Jml_Kunj VPest_4 JmlhSales PromoMedia Fr_Media Fr_VPest 131 dapatlah ditarik model dinamik ketersediaan pestisida di sekitar petani dengan peubah, sebagai berikut ketersediaan pestisida, laju ketersediaan pestisida, jumlah penggunaan pestisida, fraksi luas tanam Fr_L_Tanam, fraksi produsen Fr_Produsen dan fraksi penggunaan pestisida Fr_PenggPest. Membangun sub model kemudahan akses memperoleh pestisida dengan asumsi : 1 ketersediaan kios pestisida di awal di empat sentra tanaman sayuran sebanyak 120 unit, 2 pertumbuhan produsen per tahunnya 3,8 dan 3 pertumbuhan luas tanam tanaman sayuran di sekitar lokasi sebesar 1,6. Dengan menggunakan pendekatan data dasar dan asumsi yang dibangun maka semua peubah berhubungan baik secara langsung mapun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model peran formulator dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 26. Gambar 26 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model ketersediaan pestisida Keterangan : SdaPest = ketersediaan pestisida Lj_SdaPest = laju ketersediaan pestisida VPest = volume penggunaan pestisida Fr_PenggPest = fraksi penggunaan pestisida Fr_Produsen = fraksi produsen Fr_L_Tanam = fraksi luas tanam Berdasarkan Gambar 26 mempresentasikan bahwa volume penggunaan pestisida berfungsi sebagai auxilary yang merupakan hasil perkalian antara daya beli penggunaan pestisida dengan ketersediaan pestisida di kios. Perhitungannya didasarkan pada vulume yang tersedia di kios per musim tanam dengan kebutuhan petani per musim tanam. Penggabungan kelima sub-model sub-Serangan OPT, sub-model kuas tanam, sub-model kualitas petani, sub-model luas tanam, sub-model peran salesformulator Lj_SdaPest VPest Fr_L_Tanam Fr_PenggPest Fr_Produsen SdaPest 132 dan sub-model ketersediaan pestisida merupakan gambaran total faktor yang mempengaruhi penggunaan pestsida pada petani sayuran utama di Jawa Timur. Penyusunan diagram alir sebab akibat dalam model ini didasarkan pada keterkaitan antara variabel-variabel dalam struktur sistem yang mempengaruhi implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada pertanian sayuran, seperti pertumbuhan luas tanam tanaman sayuran, tekanan serangan OPT, variabel SDM petani, peran sales dan promosi produsen pestisida, dan mudahnya akses mendapatkan pestisida. Diagram tersebut memperlihatkan bahwa inti dari pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran adalah yang berhubungan dengan luas tanam, laju serangan OPT, kualitas SDM petani, tekanan salesformulator dan mudahnya akses mendapatkan pestisida. Jadi semua unsur tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi dalam sistem. Berdasarkan diagram lingkar sebab akibat tersebut, disusun diagram alir model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dengan bentuk struktur modelnya seperti Gambar 27. Gambar 27 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur gabungan beberapa sub model Lj_PtnKwlts Dosis_2 Lj_Per_Lhn Lj_Jl_Sales Lj_Kios Int_Smprt Promo KunJ_Sales Fr_Produsen_2 Fr_Pngrngn Lj_Pngrn Lj_Pngrngn Int_Seprt Dosis_1 Lj_Ptn Lj_Purna Fr_LTnm_2 Jml_Kios Jl_Sales Jl_Ptn LTnm L_SerOPT Fr_Smprt Fr_Keb_Syr Fr_LhnBr Lj_LTnm Fr_Per_Lhn Jl_PtnKwlts Fr_Purna Fr_Ptn Fr_Dosis_1 Fr_Lj_Ptn Lj_SerOPT Fr_Crhjn Fr_Promo Fr_Produsen Fr_TLain Fr_KunjSales PPest Fr_IntSeprt Fr_LmBtn Fr_SerOPT VPest_SDMPtn VPest_SerOPT VPest_LTanam VPest_Promo VPest_Sedia Fr_LTnm Fr_Dosis_2 Lj_PPest Fr_Jl_Sales Fr_VPest Fr_VPest_2 Fr_VPest_1 Fr_VPest_4 Fr_Pest_5 Fr_Pddkn SDMPtgs Fr_Tknlg Fr_Plthn 133 Keterangan : Jl_Ptn = 298635Fr_Ptn Jl_Ptn = -dtLj_Purna+dtLj_Ptn Jl_PtnKwlts = 0.03 Jl_PtnKwlts = +dtLj_PtnKwlts Jl_Sales = 495Fr_Jl_Sales Jl_Sales = +dtLj_Jl_Sales Jml_Kios = 2970 Jml_Kios = -dtLj_Pngrn` +dtLj_Kios L_SerOPT = 3868 L_SerOPT = +dtLj_SerOPT LTnm = 130653 LTnm = +dtLj_LTnm -dtLj_Per_Lhn PPest = 13339.67 PPest = -dtLj_Pngrngn+dtLj_PPest Lj_Jl_Sales = Jl_SalesFr_Produsen Lj_Kios = Jml_KiosFr_LTnm_2+Fr_Produsen_2 Lj_LTnm = LTnmFr_LhnBr+Fr_Keb_Syr+Fr_LTnm Lj_Per_Lhn = LTnmFr_Per_Lhn+Fr_TLain Lj_Pngrn = Jml_KiosFr_Pngrngn Lj_Pngrngn = PPestJl_PtnKwltsFr_Tknlg+SDMPtgs Lj_PpestVPest_SDMPtn+VPest_SerOPT+VPest_LTanam+VPest_Promo+ VPest_Sedi Lj_Ptn = Jl_PtnFr_Lj_Ptn Lj_PtnKwlts = Jl_PtnKwltsFr_LmBtn+Fr_Pddkn+Fr_Plthn Lj_Purna = Jl_PtnFr_Purna Lj_SerOPT = Fr_Crhjn+Fr_SerOPTL_SerOPT Dosis_1 = Jl_PtnFr_Dosis_1 Dosis_2 = L_SerOPTFr_Dosis_2 Int_Seprt = Jl_PtnFr_Smprt Int_Smprt = L_SerOPTFr_IntSeprt KunJ_Sales = Jl_SalesFr_KunjSales Promo = Jl_SalesFr_Promo VPest_LTanam = LTnmFr_VPest VPest_Promo = KunJ_SalesPromoFr_VPest_4 VPest_SDMPtn = Dosis_1Int_SeprtFr_VPest_1 VPest_Sedia = Jml_KiosFr_Pest_5 VPest_SerOPT = Dosis_2Fr_VPest_2Int_Smprt Fr_Crhjn = 0.005 Fr_Dosis_1 = 0.0035 Fr_Dosis_2 = 0.0040 Fr_IntSeprt = 0.041 Fr_Jl_Sales = 0.95 Fr_Keb_Syr = 0.0058 Fr_KunjSales = 0.45 Fr_LhnBr = 0.0012 Fr_Lj_Ptn = 0.03 Fr_LmBtn = 0.12 Fr_LTnm = 0.015 Fr_LTnm_2 = 0.025 Fr_Pddkn = 0.019 Fr_Per_Lhn = 0.0003 Fr_Pest_5 = 0.03213 Fr_Plthn = 0.18 134 Fr_Pngrngn = 0.02 Fr_Produsen = 0.038 Fr_Produsen_2 = 0.0383 Fr_Promo = 0.123 Fr_Ptn = 0.869 Fr_Purna = 60 Fr_SerOPT = 0.041 Fr_Smprt = 0.012 Fr_Tknlg = 0.02 Fr_TLain = 0.006 Fr_VPest = 0.008 Fr_VPest_1 = 0.00016048 Fr_VPest_2 = 0.19923 Fr_VPest_4 = 0.01997 SDMPtgs = 0.10

5.6. Analisis Kecenderungan Sistem Simulasi Model

Analisis kecenderungan sistem ditujukan untuk mengeksplorasi perilaku sistem dalam jangka panjang ke depan, melalui simulasi model. Perilaku simulasi ditetapkan selama 16 tahun, yakni dimulai tahun 2009 sampai dengan 2025. Dalam kurun waktu simulasi tersebut, diungkapkan perkembangan yang mungkin terjadi pada peubah-peubah yang dikaji. Peubah-peubah model yang akan disimulasikan adalah penggunaan pestisida karena luas tanam, penggunaan pestisida karena tekanan OPT, penggunaan pestisida oleh karena kondisi SDM petani, penggunaan pestisida karena peran formulator, dan kemudahan mendapatkan pestisida. Dinamika beberapa peubah sistem dalam kurun waktu 15 tahun disajikan pada Gambar 27. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa pertumbuhan luas tanam setiap tahunnya mencapai 0,093 dengan laju peningkatan kebutuhan sayuran 0,58 dan pembukaan baru 0,12 per tahunnya. Disamping penambahan luas tanam yang disebabkan oleh peningkatan laju kebutuhan tanaman sayuran per kapita, lahan pertanian mengalami alih fungsi lahan sebesar 0,03 per tahunnya dan lahan pertanian yang ditanami sayuran akan mengalami pergiliran tanaman yang diasumsikan seluas 0,6 per tahun. Sehingga diperoleh hasil simulasi diperoleh data dari 130.653 ha pada awal simulasi menjadi 167.636 ha pada akhir simulasi. Pola peningkatan luas tanam membawa konsekuensi penggunaan pestisida, hal ini disebabkan oleh budaya petani, yang selalu menggunakan pestisida selama budidaya tanaman sayuran berlangsung. Sebagaimana hasil survei dengan 135 pendekatan kuesioner diperoleh data yang menunjukkan bahwa penggunaan pestisida 44,9 dipengaruhi oleh luas areal tanam. Sehingga pada awal simulasi penggunaan pestisida dengan luas tanam 130.653 ha adalah 1.045,22 ton meningkat menjadi 1.341,09 ton di akhir simulasi. Demikian juga dengan pengaruh tekanan serangan OPT, sebagaimana diketahui bahwa perilaku petani jika mereka menemukan ada tanda-tanda serangan OPT mereka akan meningkatkan penggunaan pestisida baik volume maupun intensitas penyemprotan. Peningkatan penggunaan pestisida ini diidentifikasi mencapai 21 , data yang berhasil dikumpulkan bahwa serangan OPT untuk tanaman sayuran utama sebesar 3.868 ha pada tahun 2009 dengan laju peningkatan serangan OPT sebesar 5,2 maka pada akhir simulasi menjadi 7.943,16 ha, adapun pengunaan pestisida di awal sebesar 488,85 ton per tahun menjadi 2.795,23 ton. Penggunaan pestisida ini juga dipengaruhi oleh kondisi SDM petani yang rerata masih berkemampuan kurang dalam pengelolaan OPT tanaman sayuran sehingga SDM petani mendorong penggunaan pestisida sebesar 19,5 dari total penggunaan pestisida. Pada awal simulasi diketahui bahwa dengan jumlah petani yang berkemampuan kurang dalam penggunaan pestisida sebanyak 289.377,32 orang dengan volume penggunaan pestisida sebesar 693,53 ton di akhir simulasi. Besaran penggunaan pestisida juga dipengaruhi oleh peran formulator yang secara atif melakukan kunjungan kepada kelompok-kelompok tani maupun secara perorangan. Dalam pertemuan tersebut fomulator memberikan tambahan informasi yang berkenaan dengan penanganan OPT dengan pendekatan pestisida sintesis dan berbagai kemudahan dan atau pengahargaan-penghargaan tertentu sehingga petani menjadi tertarik. Kondisi inilah peran formulator dalam mendorong penggunaan pestisida pada tanaman sayuran mencapai 10,5 . Diidentifikasi jumlah formulator di wilayah sentra pertanian sayuran Jawa Timur sebanyak 495 orang dengan tingkat keaktifan sebesar 96 maka berpengaruh dalam penggunaan pestisida sebesar 244,43 ton di awal simulasi dan 806,25 ton di akhir simulasi. Keberadaan formulator dalam sistem ini ditunjang oleh keberadaan kios-kios pestisida sebagai kepanjangan tangan dari sistem distribusi pestisida, keberadaan kios pestisida ini mendorong kemudahan para petani sayuran untuk mendapatkan pestisida sebelum berfikir penggunaan alternatif pengendalian lain. Besaran