Iklim dan Hidrologi TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

71 komoditas di suatu wilayah, iklim di Jawa Timur meliputi tingkat kebasahan dan tinggi rendahnya suhu. Tingkat kebasahan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan komoditas pada keadaan lengas tanah sepanjang tahun di dalam Soil Moisture Control Section SMCS pada tegangan kurang dari 1.500 kPa. Tegangan 1.500 kPa adalah titik layu permanen, sehingga tegangan di atas titik tersebut air tidak dapat tersedia untuk mempertahankan kehidupan sebagian besar tanaman. Berdasarkan Agroclimatic Map of Java and Madura Oldeman 1975, kondisi lengas tanah di Jawa Timur tertera pada Tabel 15. Kondisi lengas tanah di Jawa Timur, menunjukkan bahwa lengas tanah yang paling dominan adalah kategori Ustic dengan tipe C3, D3 dan E yang mempunyai luasan 2.333.750 ha atau 77,01, kategori berikutnya adalah Udik dengan tipe B2, Kondisi suhu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan komoditas tanaman adalah suhu tanah pada kedalaman 50 cm. Rejim suhu diperkirakan dari letak ketinggian dari permukaan laut berdasarkan peta topografis wilayah Jawa Timur yaitu : isohyperthermic, rata-rata tahunan suhu tanah 22 ° C dan berada pada ketinggian kurang 0-700 m; Isothermic, rata-rata tahunan suhu tanah 15 ° C - 22 ° C dan berada pada ketinggian 700-1500 m; dan isomesic, rata-rata tahunan suhu tanah 9 ° C-15 ° C dan berada pada ketinggian 1500-2500 m. Persentase rejim suhu di wilayah Jawa Timur yang terbesar adalah isothermic sebesar 5,80 dan isomesic sebesar 1,59 . Tabel 15 Kondisi lengas tanah di wilayah Provinsi Jawa Timur No. Lengas tanah Karakteristik tanah 1. Perudic Soil Moisture Control Section SMCS selalu sangat lembab Short dry period regime mempunyai 2 bulan kering berturut- turuttahun tipe A dan B1 2. Udic Soil Moisture Control Section SMCS jarang mengalami kekeringan selama lebih dari 90 hari kumulatiftahun Medium dry period regime dengan 2-4 bulan kering berturut- turuttahun tipe B2, C2 dan D2 3. Ustic Soil Moisture Control Section SMCS mengalami kekeringan selama lebih 90 hari kumulatif tahun Long dry period regime , mempunyai 4 bulan kering berturut- turuttahun tipe C3, D3 dan E. Sumber : Oldeman 1975 72

4.5. Curah Hujan

Rata-rata jumlah curah hujan dari bulan Januari sd Desember selama periode 5 lima tahun di Jawa Timur menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan dibandingkan rata-rata 5 lima tahun terutama pada musim penghujan. Sebaliknya curah hujan akan mengalami penurunan pada musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan sampai dengan akhir tahun 2009. Keadaan ini menunjukkan bahwa curah hujan tahun 2009 pada awal bulan bersifat di atas normal AN dan pertengahan bulan sampai akhir tahun bersifat di bawah normal BN. Data curah hujan di daerah penelitian diambil dari stasiun Pematauan UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura Surabaya. Rerata curah hujan lima tahun terakhir antara tahun 2006 sampai dengan 2010 sekitar 4.067 mm dengan jumlah hari hujan 271. Rerata curah hujan dimaksudkan berasal dari rerata tiga puluh kabupaten dan Kota di Jawa Timur. Curah hujan bulanan di Jawa Timur menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi di satu tahun terakhir ini khususnya pada tahun 2010 menunjukkan curah yang sangat tinggi mengingat jumlah hari hujan yang mencapai 368 dengan curah hujan rerata 6.275 mm Gambar 10. Gambar 10 Rerata curah hujan selama lima tahun di Jawa Timur 2006 sd 2010 Distribusi curah hujan selama lima tahun terkahir di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 11. 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 73 Gambar 11 Rerata curah hujan empat wilayah penelitian di Jawa timur tahun 2005 sd 2010 Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan 2009 curah hujan dan hari hujan memiliki data rerata yang konstan atau stabil sedangkan pada tahun 2010 menggambarkan adanya peningkatan curah hujan hal ini disebabkan oleh anomali iklim yang ekstrim dimana hari hujan di tiga puluh kabupaten mencapai 4.414 HH dan bulan kering relatif pendek. Sedangkan distribusi hujan bulanan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur mempunyai musim kemarau sekitar 4 bulan Juli – Oktober, musim hujan atau bulan basah terjadi pada November sampai dengan Mei, sedangkan kondisi hujan agak kurang terjadi pada Bulan Juni dan November. Adapun di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo rerata curah hujan dan hari hujan masing masing kabupaten secara berurutan sebagai berikut 105 mm ; 6 HH, 121 mm ; 7 HH, 30 mm ; 8 HH dan 22 mm ; 5 HH. Distribusi curah hujan dan hari hujan tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong beriklim basah dengan curah hujan relatif tinggi. Data curah hujan tersebut dapat dilihat bahwa wilayah penelitian di Kabupaten Probolinggo menunjukkan curah hujan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan ketiga kabupaten. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Probolinggo tersebut adalah daerah dataran tinggi. Kabupaten Probolinggo termasuk di wilayah dataran tinggi gunung Bromo. Rendahnya curah hujan disebabkan oleh data curah hujan pada tahun 2009 dan 2010 lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua kabupaten lainnya. Gambar didtribusi curah hujan dan hari hujan wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 12. 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nganjuk Kediri Malang Probolinggo