Skenario Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida

141 Berdasarkan hasil identifikasi dari para pakar yang terdiri dari 2 orang akademisi, 1 mantan kepala BPTPH Propinsi Jawa Timur, 3 koordinator PPH, 1 orang subdin tanaman hortikultura Propinsi Jawa Timur, 2 KTA tanaman sayuran di Kabupaten Malang, 2 KTA tanaman sayuran di Kabupaten Nganjuk, 1 KTA tanaman sayuran di Kabupaten Probolinggo dan 1 KTA tanaman sayuran di Kabupaten Kediri. Hasil identifikasi dimaksudkan didapatkan 10 sepuluh faktor kunci yang dianggap berpengaruh dalam implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur di masa depan, yaitu: 1 kondisi SDM petani, 2 kepedulian petugas lapangan, 3 dukungan pemerintah, 4 tekanan lingkungan, 5 tekanan formulator, 6 pengawasan terhadap petugas lapangan, 7 ketersediaan teknologi alternatif, 8 akses pestisida, 9 pendidikan dan latihan dan 10 koordinasi lintas sektor. Hasil analisis secara matriks hubungan antara faktor kunci dari pakar terhadap pengaruh langsung dan tidak langsung antar faktor kunci tersebut dari sistem yang dikaji, secara rinci disajikan pada Lampiran. Selanjutnya hasil analisis silang antar faktor kunci tersebut dipresentasikan secara grafik dalam salib sumbu Kartesien Bourgeois 2002; Hardjomidjojo 2002. Berdasarkan grafik dalam salib sumbu tersebut, terpilih lebih sedikit faktor kunci penting yang berpengaruh dalam pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama , sebagaimana tertera pada Gambar 31. Gambar 31 Gambar tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur. Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Sayuran Di Jawa Timur Dukungan Pemda Peran Petugas Koordinasi Lintas Sektor Serangan OPT SDM Petani Akses Pestisida Peran Formulator Pengawasan Thdp Petugas Teknologi Alternatif Pendidikan Pelatihan Petugas - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 Ketergantungan Pe n g ar u h 142 Dari analisis prospektif Gambar 31 terlihat bahwa faktor penting dalam pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama terkelompokkan dalam 4 kuadran. Kuadran kiri atas kuadran I merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari dua faktor, yakni: 1 peran petugas, dan 2 kondisi SDM petani. Faktor-faktor ini akan digunakan sebagai input atau driver di dalam sistem pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang dikaji. Kuadran kanan atas kuadran II merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, sehingga digunakan sebagai stake penghubung di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari tiga faktor yaitu: 1 tingkat serangan OPT dan 2 dukungan pemerintah daerah dan 3 kerjasama lintas sektor. Kuadran kanan bawah kuadran III memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga menjadi output di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari dua faktor, yaitu: 1 pendidikan dan pelatihan petugas dan 2 penggunaan teknologi alternatif. Kuadran kiri bawah kuadran IV mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari tiga faktor, yaitu: 1 pengawasan terhadap petugas, 2 tekanan formulator, dan 3 akses pestisida. Berdasarkan pada penilaian pengaruh langsung antar faktor sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 31 dari ke-10 faktor kunci tersebut didapatkan sebanyak tiga faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, yaitu: 1 serangan OPT, 2 dukungan pemerintah daerah dan 3 koordinasi antar lintas sektor, serta dua faktor yang mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap kinerja sistem walaupun ketergantungan antar faktor rendah, yaitu 1 kondisi SDM petani, dan 2 peran petugas lapangan. Oleh sebab itu, kelima faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat state kondisi yang mungkin terjadi di masa depan sehubungan dengan pengelolaan penggunaan pestisida. Deskripsi dari masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung antar faktor adalah sebagai berikut: 143 a Serangan OPT sayuran adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan dan menyebabkan kerusakan tanaman sayuran yang dibudidayakan. Peningkatan serangan OPT akan berpengaruh terhadap meningkatnya volume penggunaan pestisida per satuan waktu dan luas tanaman sayuran. Pertambahan luas serangan OPT didasarkan pada pertambahan historis tiap tahunnya Sumber data Laporan Tahunan Tanaman Hortikultura Jawa Timur 2005 – 2009. b Pemerintah daerah yang dimaksud adalah instansi pemerintah yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya untuk menjaga ketahanan pangan di Propinsi Jawa Timur. Dukungan yang diberikan dapat berupa bantuan tentang pelatihan bagi tenaga lapangan, petani dan penyediaan teknologi alternatif dan mengawal program yang telah dilaksanakan dalam upaya menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan termasuk didalamnya adalah pengelolaan organisme pengganggu tanaman. c Kerjasama lintas sektor yang dimaksud adalah kerjasama antar sektor yang terkait dalam perlindungan tanaman, distribusi pestisida, penggunaan pestisida, pengawasan dan dampak yang ditimbulkan. Kerja sama lintas sektor ini meliputi dinas peratanian, ketahahan pangan, dan dinas perindustrianperdagangan serta kerjasama yang harmonis antar UPT didalam dinas pertanian, d Produktifitas petugas lapangan yang dimaksudkan adalah peran petugas lapangan dalam melakukan pembinaan, pendampingan, pengawasan dan membantu mencarikan solusi kesulitan petani dalam menjaga keberhasilan budidaya tanaman sayuran. Peran ini sealigus sebagai pengawal program yang telah diluncurkan sebelumnya melalui program SLPHT. e SDM petani, kondisi pengetahuan, penddidikan, pengalaman petani menentukan kebrhasilan program implementasi kebijakan dalam penggunaan pestisida. Keberhasilan penggunaan pestisida harus didukung oleh kemampuan petani untuk memahami komponen-komponen pendukung tujuan penggunaan pestisida dan dapak negatif yang ditimbulkan. Skenario pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida dibuat berdasarkan pendapat responden pakar mengenai kondisi faktor kunci di masa 144 mendatang. Berdasarkan pendapat responden perihal faktor-faktor penting tersebut di masa mendatang, selanjutnya disusun skenario yang mungkin terjadi di daerah penelitian. Hasil pendapat responden mengenai kondisi faktor-faktor di masa datang, selanjutnya dilakukan kombinasi yang mungkin terjadi antar kondisi faktor tersebut. Dari kombinasi antar kondisi faktor tersebut, didapatkan tiga skenario yang dinamai dengan skenario 1 optimistik, 2 moderat, dan 3 pesimistik. Secara ringkas penamaan dan susunan dari skenario tersebut disajikan pada Tabel 33 dan 34. Tabel 33 Keterkaitan antar faktor dan kondisi state untuk analisis prospektif No Faktor Kondisi di masa datang 1 SDM Petani 1A 1B 1C Meningkat secara draktis, karena adanya pelatihan, pendampingan dan pembinaan petugas lapangan Tetap, karena pengalaman pribadi, informasi sesama petani atau formulator Menurun 2 Dukungan Pemerintah 2A 2B 2C Meningkat secara draktis, dukungan ini berupa program pelatihan, dan penyediaan sarana pendukungnya Tetap Menurun, karena belum dianggap prioritas dalam program pembangunan 3 Koordinasi lintas sektor 3A 3B 3C Meningkat, koordinasi Mantri Tani, PPL dan PHP dibawah naungan Dinas untuk melakukan pengawalan program. Tetap Menurun, kordinasi Mantri Tani, PPL dan PHP berjalan sendiri-sendiri 4 Peran petugas lapangan 4A 4B 4C Meningkat, petugas khususnya PPL secara aktif melakukan pendampingan dan pembinaan serta kolaborasi kepada kelompok tani Tetap, berkunjung bukan pembinaan lebih menekankan kepentingan administratif petugas Menurun, petugas khususnya PPL tidak aktif melakukan pendampingan dan pembinaan 5 Serangan OPT 5A 5B 5C Meningkat secara tajam, sebagai akibat kondisi lingkungan yang mendukung berkembangnya OPT Meningkat secara bertahap, karena pengendalian yang tidak baik Menurun, upaya pengendalian OPT yang dilakukan secara terpadu berjalan dengan baik 145 Tabel 34. Skenario dan kombinasi keadaan faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur No Skenario Kombinasi kondisi faktor 1 Pesimistik 1C, 2C, 3C, 4C, 5A 2 Moderat 1B, 2B, 3B, 4B, 5B 3 Optimistik 1A, 2A, 3A, 4A, 5C Jumlah skenario yang dapat dirumuskan dalam rangka mengembangkan strategiskenario implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur bisa lebih dari tiga, namun dari keadaan dari masing- masing faktor kunci, kemungkinan yang paling besar diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang adalah ketiga skenario tersebut. 1. Skenario Pesimistik Skenario pesimistik dibangun berdasarkan pada kondisi saat ini dilapangan dengan kondisi faktor kunci sebagai berikut ; 1 kondisi SDM petani menurun dimana persepsi dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida kategori tidak tepat dalam penggunaan pestisida sebesar 96,90 tepat 3,10 , 2 dukungan pemerintah khususnya pemerintah daerah menurun yang disebabkan oleh anggapan bahwa penggunaan pestisida untuk mengendalikan OPT belum menjadi prioritas sehingga alokasi pendanaan untuk kepentingan lainnya. Akibatnya pengetahuan tentang penggunaan pestisida krang dan tindakan petani dalam pengendalian OPT dengan pestisida tetap tidak tepat, 3 kooordinasi antar lintas sektor seperti Mantri Tani, PPL dan PHP menurun, hal ini disebabkan oleh leading sector yang berbeda sehingga terdapat jarak antar petugas menjadi terbuka lebar, kondisi ini menyebabkan komunikasi antara petugas dan petani menjadi berkurang akibatnya pengetahuan dan perilaku petani dalam penendalian OPT dengan menggunakan pestisida menjadi tinggi. 4 kunjungan petugas lapangan ke petani menurun hal ini terjadi karena peran dinas dalam melakukan pengawasan kepada petugas lapangan yang tidak efektif sehingga peran petugas lapangan dalam pendampingan dan pembinaan tidak berjalan dengan baik. Rendahnya peran petugas maka pengetahuan dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida untuk mengendalikan OPT tidak terpantau dengan baik. 5 Serangan OPT akan meningkat secara tajam, peningkatan ini di dorong oleh kondisi lingkungan yang mendukung berkembangnya OPT karena resurgensi, resistensi dan tersedianya ekosistem OPT. 146 Implementasi skenario pesimistik ini akan memberikan implikasi sebegai berikut ; 1 kemampuan petani dalam penggunaan pestisida rendah berimplikasi pada penggunaan pestisida menjadi tidak tepat. 2 pemerintah kurang memberikan perhatian berimplikasi terhadap pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida tetap kurang dan pengunaan pestisida cenderung tidak tepat. 3 rendahnya komunikasi, kolaborasi dan koordinasi pada tingkat petugas lapangan berdampak pada pemecahan pokok permasalahan yang up to date tentang penanganan OPT tidak teratasi dengan baik dan ada kecenderungan menumpuk. 4 rendahnya kunjungan petugas lapangan ke petani berimplikasi pada kurangnya pendampingan dan pembinaan pada petani dalam penggunaan pestisida, didukung dengan rendahnya pengetahuan mendorong penggunaan pestisida menjadi tidak tepat dan 5 meningkatnya serangan OPT dapat memacu penggunaan pestisda semakin meningkat sehingga resiko lingkungan juga semakin tinggi. Peningkatan serangan OPT dapat terjadi lebih dari 5,14 per tahunnya. Adapun hasil simulasi skenario pesimistik dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Prediksi volume penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur skenario pesimistik sampai tahun 2025 2. Skenario Moderat Skenario moderat mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki saat ini. Skenario ini dibangun berdasarkan state dari faktor kunci dengan kondisi sebagai berikut; 1 SDM petani mengalami perubahan mebaik secara bertahap merayap pelan hal ini terjadi Tahun To n VPest_SDMPtn 1 VPest_SerOPT 2 VPest_LTanam 3 VPest_Promo 4 VPest_Sedia 5 2.010 2.013 2.016 2.019 2.022 2.025 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800 3.000 3.200 3.400 3.600 3.800 4.000 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 5 147 karena pengalaman pribadi, tukar informasi antar petani, komunikasi dengan formulator maupun petugas meskipun sangat jarang bahkan ada yang menyatakan tidak pernah komunikasi dengan petugas lapangan, 2 Dukungan pemerintah tetap seperti sekarang dengan program pendidikan dan pelatihan penggunaan pestisida untuk mengendalikan OPT melalui program SLPHT, sejak tahun 1991 sampai tahun 2007 telah memberikan pelatihan kepada petani lebih kurang 19 dari seluruh petani sayuran. 3 Sementara koordinasi lintas sektor baik antar dinas maupun antar UPT tetap tidak berjalan dengan baik, sehingga muncul kesan masing-masing institusi berjalan sendiri-sendiri. 4 Dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah lapang pengendalian hama terpadu 5, 5 Peran petugas tetap kurang efektif hal ini terjadi dikarenakan oleh kunjungan yang dilakukan oleh petugas kurang menekankan kependampingan dan pembinaan 10, dan 6 Kondisi serangan OPT meningkat secara bertahap dengan laju peningkatan sebesar 5,14 per tahunnya. Gambar 33 Prediksi volume penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur skenario moderat sampai tahun 2025 Penerapan skenario moderat ini dapat memberikan implikasi sebagai berikut ; 1 SDM petani terjadi peningkatan namun berjalan secara lambat karena pengalaman namun penggunaan pestisida tetap mengalami peningkatan, 2 koordinasi lintas sektor tidak berjalan efektif sehingga persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kebijakan penggunaan pestisida dalam perlindungan tanaman semakin menumpuk dan tidak terselesaikan dengan baik, 3 peran petugas sebagai pendamping dan pembina tidak berjalan efektif sehingga petani harus mencari Tahun Ton VPest_SDMPtn 1 VPest_SerOPT 2 VPest_LTanam 3 VPest_Promo 4 VPest_Sedia 5 2.010 2.013 2.016 2.019 2.022 2.025 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800 3.000 3.200 3.400 3.600 3.800 4.000 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 5 148 solusi sendiri dalam pengendalian OPT dan tetap menggunakan pestisida sebagai alternatif utama dan kecil kemungkinan menggunakan alternatif lain. 4 serangan OPT tetap mengalami peningkatan secara perlahan bahkan bisa jadi secara eksponensial sebagai dampak penggunaan pestisida yang tinggi, dan lingkungan yang mendukung lainnya. Adapun simulasi penerapan skenario moderat dapat dilihat pada Gambar 33. 3. Skenario Optimistik Skenario optimistik dibangun berdasarkan kondisi saat ini dengan perbaikan faktor kunci, sebagai berikut ; 1 SDM petani memiliki kemampuan meningkat secara draktis, hal ini dapat dibangun jika pelatihan, pendampingan dan pembinaan secara berkesinambungan, 2 dukungan pemerintah dalam bentuk program pelatihan dan penyediaan sarana prasarana pendukungnya termasuk penyediaan teknologi alternatif, 3 koordinasi antara mantri tani, PPL dan PHP dibawah naungan dinas kabupaten dan provinsi sekaligus melakukan pengawalan program, 4 petugas lapangan secara aktif melakukan pendampingan, pembinaan dan kolaborasi mengembangkan program teknik budidaya yang ramah lingkungan dan 5 serangan OPT menurun perlu dilakukan pengendalian secara terpadu dan berkesinambungan. Skenario optimistik yang di bangun akan memberikan implikasi sebagai berikut ; 1 Kulaitas SDM petani meningkat karena program pelatihan, pendampingan, pembinaan dan kolaborasi. Jumlah petani yang berkualitas lebih dari 3,1; 2 Pemerintah akan memperhatikan pentingnya menjaga ketahanan pangan yang sehat, dengan program pelatihan yang ditingkatkan jumlah petani sasaran 19,9 seluruh Jatim; 3 sistem kerja lintas sektor yang terkait dapat berjalan dengan baik; 4 petugas lapangan dapat berperan aktif sesuai tupoksi yang dibebankan dan mampu mengikuti perkembangan lapangan, intensitas kujungan meningkat 6 ; 5 serangan OPT dapat diturunkan 5,14. Implikasi sebagaimana diuraikan tersebut semuanya akan bermuara pada penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dapat dilakukan dengan tepat sehingga resiko lingkungan dapat ditekan. Resiko lingkungan yang dimaksud adalah pencemran tanah, air udara, gangguan kesehatan pengguna pestisida, resistensi dan resurgensi dapat dturunkan. Adapun hasil simulasi penerapan dapat dilihat pada Gambar 34. 149 . Gambar 34 Prediksi volume penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur skenario optimistik sampai tahun 2025

5.9. Analisis Perbandingan Penerapan antar Skenario

Perbandingan kinerja sistem hasil simulasi dari ketiga skenario yang dirumuskan menjadi dasar utama untuk menentukan skenario yang paling tepat diterapkan dalam rangka implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran utama di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 35. Kinerja sistem dengan skenario pesimistik memperlihatkan kondisi sistem yang mempunyai kinerja yang lambat dalam rangka pengendalian penggunaan pestisida, hal ini dapat dilihat bahwa kinerja sistem ini akan memberikan konstribusi pengendalian penggunaan pestisida bekerja secara lambat, dibuktikan sampai tahun akhir simulasi tidak ada gambaran terjadi penurunan volume penggunaan pestisida. Data menggambarkan bahwa diakhir simulasi dengan asumsi semua faktor konsisten maka volume pestisida pada tahun 2025 akan mencapai 53.338,70 ton per tahun. Hal ini terjadi karena oleh dukungan pemerintah yang kurang bahkan menurun, koordiansi antar sektor akan menurun karena fasilitas dari pemerintah yang kurang, penurunan koordinasi akan berpengaruh terhadap kepedulian petugas lapangan kepada petani, sehingga SDM petani menurun implikasinya petani mengalami kesulitan dalam berbudidaya tanaman khususnya pengendalian OPT maka petani akan bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Petani akan bertindak pribadi dimaksudkan adalah petani akan melakukan pengambilan Tahun Ton VPest_SDMPtn 1 VPest_SerOPT 2 VPest_LTanam 3 VPest_Promo 4 VPest_Sedia 5 2.010 2.013 2.016 2.019 2.022 2.025 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800 3.000 3.200 3.400 3.600 3.800 4.000 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 5 150 keputusan tanpa bantuan dari petugas.Keputusan yang diambil petani sudah dapat dipastikan bahwa petani akan melakukan tindakan pengendalian OPT sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan mempertimbangkan keselamatan investasi maka petani cenderung menggunakan pestisida berlebih. Fenomena ini berjalan secara terus menerus maka akan menimbulkan berbagai persoalan lingkungan termasuk resistensi dan resurgensi disamping matinya musuh alami, apabila kedua hal ini muncul maka serangan OPT menjadi meningkat. Sehingga implikasi lanjutan adalah peningkatan penggunaan pestisida menjadi tinggi. Sebagaimana diketahui jika serangan OPT 5,14 , dukungan pemerintah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan menururn sehingga petani sasaran kurang dari 19 , kepedulian petugas 1 , laju promosi meningkat 68,00 maka laju pertumbuhan penggunaan pestisida mencapai 299,85 dengan volume penggunaan pestisida diakhir simulasi mencapai 53.338,7 ton. Gambar 35 Grafik perbandingan tiga skenario pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur tahun 2009-2025 Skenario moderat adalah adalah kondisi eksisting yang berlangsung pada saat ini, dimana state menghasilkan kinerja sistem mampu mengendalikan penggunaan pestisida di masa depan dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2025, didukung oleh laju serangan OPT 5,14 kondisi SDM petani yang didukung pelatihan 19 promosi 58,0 dan kemudahan akses mendapatkan pestisida 4,1 , maka pertumbuhan penggunaan pestisida mencapai 244,64 di akhir simulasi, adapun puncak penggunaan pestisida terjadi pada tahun 2022 besaran volume 40.143,4 ton 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Tahun Ton Moderat Pesimistis Optimistis