Pemanfaatan Lahan Arahan Pengembangan

39 pedagang kecil dan buruh. Kegiatan ekonomi informal tersebut umumnya terdapat di luar Kabupaten Bogor yaitu Kota Bogor dan Jakarta. Sehingga terjadi pergerakan tenaga kerja dengan kualitas rendah dari Kabupaten Bogor ke wilayah lainnya untuk mengisi pasar kerja di sektor informal. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan informal juga tidak terlalu besar, sehingga terjadinya pola mobilitas yang tinggi belum dapat berimplikasi pada peningkatan ekonomi Kabupaten Bogor secara signifikan, hal tersebut berdampak kepada besarnya tingkat pengangguran terbuka mencapai 204.858 jiwa, dan angka kemiskinan sebesar 1.157.391 jiwa 27,46 tahun 2006 dari total penduduk Kabupaten Bogor. Sebagai akibat dari tidak tertampung dalam sektor-sektor yang berkembang di perkotaan sektor modern, dan rendahnya penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang hanya menyerap 155.497 jiwa yang bekerja di sektor pertanian atau 3,7 dari total penduduk. Sementara jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2007sebesar 1.017.879 jiwa, atau mencapai 24,02 dari jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 4.237.962 jiwa. Besarnya jumlah penduduk miskin ini menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Bogor dalam melaksanakan program pembangunannya . Indeks Pembangunan Manusia IPM, Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebesar 70,18. Bila dibandingkan tahun 2006 angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,73 poin. Secara rinci nilai tersebut terdiri dari Angka Harapan Hidup 67,58 tahun, Angka Melek Huruf 95,78, Rata-rata Lama Sekolah 7,11 tahun, dan Kemampuan Daya Beli Masyarakat sebesar Rp 559.300kapitabulan. Angka IPM ini diharapkan dapat ditingkatkan setiap tahunnya sehingga kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Bogor semakin baik.

4.3. Pemanfaatan Lahan

Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland Kota Jakarta merupakan kawasan yang dipandang strategis bagi investasi. Kegiatan investasi yang berkembang saat ini perumahan, industri, peternakan, pertambangan dengan sektor perumahan yang paling banyak diminati oleh investor. Pemanfaatan lahan pada periode 1994-2000 meliputi industri, perumahan seluas 29.145,416 ha, perumahan paling besar terdapat di Kecamatan Babakan 40 Madang 13,2, Kecamatan Sukamakmur 13,0, Kecamatan Tenjo 11,2, Kecamatan Gunung Putri 7, dan Kecamatan Cileungsi 6. Pemanfaatan lahan untuk agrowisata dan industri seluas 929,6 ha atau 2,3 , lokasi penyebarannya paling luas terdapat di Kecamatan Citeureup seluas 1.715,7 ha 39, Kecamatan Cigombong seluas 744,16 ha 17,06 dan Kecamatan Babakan Madang seluas 490,78 ha atau 11,25, sedangkan pemanfaatan untuk industri terbesar seluas 314,9 ha 30,34 terdapat di Kecamatan Citeureup, dan di Kecamatan Klapanunggal seluas 162,84 ha atau 15, di Kecamatan Cileungsi seluas 105,17 atau 10, Kecamatan Babakan Madang seluas 63,62 ha atau 6,13, dan selebihnya 10 ha di Kecamatan Caringin dan Kecamatan Kemang, pemanfaatan lainnya yang ada diperuntukkan untuk pemakaman, sirkuit, gelanggang olah raga, tower, pusat pengolahan limbah industri, pertanian, kehutanan dan TPST.

4.4. Arahan Pengembangan

Untuk mengembangkan sektor Kabupaten Bogor, tentunya harus melihat arahan pengembangan yang ada khususnya dalam RTRW Jawa Barat dan Kabupaten Bogor. Ada 2 arahan penting dalam RTRW Jawa Barat, yaitu masuknya Kabupaten Bogor ke dalam 2 Kawasan Andalan, yaitu 1. Kawasan Andalan Bogor Depok Bekasi Bodebek dengan kegiatan prioritas industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia 2. Kawasan Andalan Bogor Puncak Cianjur Bopunjur dengan kegiatan prioritas agribisnis dan pariwisata Untuk arahan pengembangan internal Kabupaten Bogor adalah: 1. Adanya batasan kawasan hutan lindung Gunung Halimun-Salak, Gunung Gede-Pangrango dan sekitarnya pada bagian Timur dan Barat wilayah Kabupaten Bogor 2. Pengembangan infrastruktur transportasi khususnya peningkatan jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur tentunya akan meningkatkan interaksi untuk Kawasan Andalan Bopunjur. 41

4.5. Infrastruktur Wilayah