Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Wilayah menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional. Sedangkan menurut Rustiadi et al., 2008, wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan dengan batas-batas yang spesifik tertentu, dimana bagian-bagian dari wilayah tersebut sub wilayah satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Dari definisi tersebut, terlihat bahwa tidak ada batasan yang spesifik dari luasan suatu wilayah. Batasan yang ada lebih bersifat memiliki arti, baik untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian, maupun evaluasi. Dengan demikian, batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis berubah-ubah. Sehingga istilah wilayah lebih menekankan pada interaksi antar manusia dengan sumberdaya- sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah 1 wilayah homogen uniform, 2 wilayah sistemfungsional, dan 3 wilayah perencanaan pengelolaan planning region atau programming region. Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan dapat beragam heterogen. Pada dasarnya terdapat beberapa faktor penyebab homogenitas wilayah. Secara umum terdiri atas penyebab alamiah dan penyebab artificial. Faktor alamiah yang dapat menyebabkan homogenitas wilayah adalah kelas kemampuan lahan, iklim, dan berbagai faktor lainnya. Sedangkan homogenitas yang bersifat artificial adalah homogenitas yang didasarkan pada pengklasifikasian berdasarkan aspek tertentu yang dibuat oleh manusia. Salah satu bentuk dari wilayah sistemfungsional adalah wilayah nodal. Wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah diumpamakan sebagai suatu “sel hidup” yang mempunyai plasma dan inti. Inti pusat simpul adalah 8 pusat-pusat pelayananpermukiman sedangkan plasma adalah daerah belakang peripheryhinterland yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan fungsional Rustiadi et al., 2008. Pusat wilayah berfungsi sebagai: 1 tempat terkonsentrasinya penduduk pemukiman, 2 pasar bagi komoditi- komoditi pertanian maupun industri, 3 pusat pelayanan terhadap daerah hinterland, 4 lokasi pemusatan industri manufaktur yang diartikan sebagai kegiatan mengorganisasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu output tertentu. Sedangkan hinterland berfungsi sebagai : 1 pemasok produsen bahan-bahan mentah dan atau bahan baku, 2 pemasok tenaga kerja melalui proses urbanisasi, 3 daerah pemasaran barang dan jasa industri manufaktur umumnya terdapat suatu interdependensi antara inti dan plasma, 4 penjaga fungsi-fungsi keseimbangan ekologis. Secara filosofis suatu batas wilayah nodal memotong suatu daerah pada suatu garis yang memisahkan dua daerah karena memiliki orientasi terhadap pusat pelayanan yang berbeda. Dengan demikian batas fisik dari setiap daerah pelayanan bersifat sangat baur dan dinamis. Disamping itu, batas wilayah nodal sangat dipengaruhi oleh perkembangan sistem transportasi sebab kemampuan suatu pusat wilayah melayani hinterland-nya sangat ditentukan oleh sistem transportasi yang ada. Konsep wilayah berikutnya adalah wilayah perencanaanpengelolaan, yaitu wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun artificial dimana keterkaitannya sangat menentukan sehingga perlu perencanaan secara integral. Sebagai contoh, secara alamiah suatu daerah aliran sungai DAS merupakan suatu wilayah yang terbentuk dengan matrik dasar kesatuan hidrologis yang perlu direncanakan secara integral. Sedangkan secara artificial wilayah Jabotabek yang mempunyai keterkaitan faktor-faktor sosial ekonomi yang cukup signifikan juga perlu direncanakan secara integral. Namun cara klasifikasi konsep wilayah seperti tersebut di atas ternyata kurang mampu menjelaskan kompleksitas atau keragaman konsep-konsep wilayah yang ada. Strategi pengembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh karakteristik dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan perumusan kebijakan yang dilaksanakan perlu mengetahui 9 tipejenis wilayahnya. Menurut Tukiyat 2002 dalam Mirza 2006, secara umum terdapat lima tipe wilayah dalam suatu Negara, yaitu: 1 wilayah yang telah maju, 2 wilayah netral, yang dicirikan dengan adanya tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi, 3 wilayah sedang, yang dicirikan adanya pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik, 4 wilayah yang kurang berkembang atau kurang maju, yang dicirikan adanya tingkat pertumbuhan yang jauh di bawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada tanda-tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pengembangan, dan 5 wilayah tidak berkembang. Salah satu konsep pengembangan wilayah yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan ekonomi wilayah, sehingga konsep pengembangan ekonomi wilayah harus berorientasi pada pertumbuhaan ekonomi wilayah dengan menggali potensi produk unggulan daerah.

2.2. Hirarki Pusat Aktivitas