83 Tabel 29. Asal Buah-Buahan yang Dijual di Pasar Baru Bogor
No Komoditas Asal
Buah-Buahan 1
Jeruk Pasar Induk Kramat Jati
2 Mangga
Pasar Induk Kramat Jati 3
Semangka Pasar Induk Kramat Jati
4 Pepaya
Leuwiliang dan sekitar Bogor 5
Pisang Leuwiliang dan sekitar Bogor
Sumber : Data Primer, 2009
Para pedagang di Pasar Baru Bogor tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Disebabkan adanya faktor musiman
dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah- buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan dari
Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas alpukat, jeruk, mangga, melon, dan semangka sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari
sentra produksi sekitar Bogor yaitu Leuwiliang dan sekitar Bogor yang langsung datang ke Pasar Baru Bogor.
Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali
perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang
pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama homogen.
Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Baru Bogor tidak terdeferensiasi berdasarkan asal buah, melainkan berdasarkan pada kondisi fisik
dan ukuran.
5.2.11. Komoditas Sayuran dan Buah-buahan Kabupaten Bogor
Berdasarkan data asal sayuran di pasar yang ada saat ini eksisting Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, diketahui bahwa pasar-pasar terpilih di lokasi
tersebut tidak menjadi outlet sayuran asal Kabupaten Bogor. Komoditas yang diperdagangkan yang berasal dari wilayah Kabupaten
Bogor hanya komoditas kangkung dan bayam, sedangkan untuk penyediaan komoditas sayuran yang agak tahan lama bawang merah, cabe merah, kentang
dan wortel di Kabupaten Bogor masih tergantung pada luar Kabupaten Bogor sedangkan untuk sayuran yang tidak tahan lama kangkung dan bayam sebagian
84 besar berasal dari Kabupaten Bogor yaitu dari Kecamatan Ciampea, Kecamatan
Leuwiliang dan Kecamatan Cibungbulang. Sebenarnya Kabupaten Bogor memiliki sentra produksi sayuran
cenderung berada di selatan. Hal ini menandakan bahwa lahan yang digunakan untuk penanaman sayuran membutuhkan udara yang lebih segar. Komoditas
sayuran yang paling unggul di Kabupaten Bogor adalah petsai, kacang panjang, ketimun, kangkung, dan bayam Tabel 30 dan Gambar 17.
Tabel 30. Komoditas Sayuran Unggulan Kabupaten Bogor No Komoditas
Lokasi 1
Petsai Cibungbulang dan Cigudeg
2 Kacang panjang
Nanggung, Cigudeg, Sukajaya, Leuwiliang, dan Parung Panjang
3 Ketimun
Jasinga, Cigudeg, dan Parung Panjang 4
Kangkung Cibungbulang, Leuwiliang, Leuwisadeng dan Sukajaya
5 Bayam
Leuwisadeng, Leuwiliang, dan Cibungbulang
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009
Tanjungsari
Buah Cenderung Menyebar di Sekitar Kota Bogor + Tanjungsari Sayuran Cenderung Menyebar di Bogor Selatan + Gunung Sindur
Sukajaya Pamijahan
Gunung Sindur
Cisarua
Lokasi Pemusatan Buah-Buahan Lokasi Pemusatan Sayuran
Legenda:
Lokasi Pemusatan Sayuran dan Buah-buahan Kabupaten Bogor
Megamendung
Gambar 17. Lokasi Pemusatan Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Bogor
85 Kecamatan Megamendung dan Cisarua merupakan kecamatan dengan
keberadaan banyak komoditas sayuran yang hampir tidak ada di kecamatan lainnya. Komoditas-komoditas tersebut diantaranya adalah kentang, tomat, dan
wortel Gambar 18.
Namun berdasarkan pengamatan di pasar yang ada saat ini eksisting tempat dilakukannya penelitian, komoditas-komoditas sayuran yang berasal dari
Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua tidak diperdagangkan di pasar-pasar tersebut. Hal ini disebabkan komoditas-komoditas sayuran tersebut
diperdagangkan tidak melalui pasar dimana penelitian berlangsung melainkan diperdagangkan di lokasi lain atau telah bekerjasama dengan pihak lain seperti
supermarket untuk pemasarannya. Berdasarkan data asal buah-buahan di pasar yang ada saat ini eksisting
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, diketahui bahwa pasar-pasar terpilih di lokasi tersebut tidak menjadi outlet buah-buahan asal Kabupaten Bogor. Komoditas
yang diperdagangkan yang berasal dari wilayah Kabupaten Bogor hanya komoditas pepaya dan pisang, sedangkan untuk komoditas yang selalu tersedia
seperti jeruk, mangga, dan semangka sebagian besar berasal dari Pasar Induk Kramat Jati.
Gambar 18. Peta Komoditas Sayuran Kabupaten Bogor
CISARUA MEGAMENDUNG
86 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penyediaan
komoditas buah-buahan di Kabupaten Bogor masih tergantung pada luar Kabupaten Bogor. Ketergantuan terbesar dalam pemenuhan kebutuhan buah-
buahan selain pisang dan pepaya adalah terhadap Pasar Induk Kramat Jati. Sebenarnya Kabupaten Bogor memiliki sentra produksi buah-buahan di
Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Tanjungsari, dengan jenis komoditas unggulan pisang dan pepaya.
Komoditas pisang banyak terdapat di Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cigudeg, dan Kecamatan Cibinong, sedangkan pepaya banyak terdapat di
Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Cibinong Gambar 19.
Gambar 19. Peta Komoditas Buah-buahan Kabupaten Bogor Hal ini menjawab pertanyaan mengapa komoditas yang terdapat di pasar-
pasar penelitian yang berasal dari Kabupaten Bogor hanya pisang dan pepaya. Meskipun Kabupaten Bogor memiliki komoditas unggulan mangga yang berasal
dari Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Jonggol, namun di pasar-pasar penelitian tidak terdapat komoditas mangga yang berasal dari wilayah
tersebut, hal ini dapat disebabkan komoditas tersebut diperdagangkan tidak melalui pasar dimana penelitian berlangsung, melainkan telah bekerjasama
CIBINONG
BABAKAN MADANG
PR.PANJANG GN
SINDUR
87 dengan supermarket atau diperdagangkan di lokasi lain. Adapun buah unggulan
lainnya di Kabupaten Bogor berasal dari kecamatan-kecamatan berikut ini Tabel 31 dan Gambar 19.
Tabel 31. Komoditas Buah Unggulan Kabupaten Bogor No Komoditas
Lokasi 1
Alpukat Megamendung, Cisarua, dan Sukaraja
2 Belimbing Bojonggede, Tajurhalang, dan Cibinong
3 Durian
Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung, dan Sukamakmur 4
Jambu biji Bojonggede dan Tajurhalang 5
Jambu air Cigudeg dan Sukajaya
6 Mangga
Cigudeg, Sukajaya, dan Jonggol 7 Manggis Jasinga
8 Nangka
Parung Panjang, Jasinga, dan Pamijahan 9 Nenas
Cijeruk 10 Rambutan
Tajurhalang, Gunungputri, dan Tanjungsari
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009
Peta kesesuaian lahan di Kabupaten Bogor, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Kabupaten Bogor memang sesuai untuk tanaman pangan,
hortikultura dan tanaman tahunan Gambar 20. Hal tersebut menandakan bahwa produksi sayuran dan buah-buahan yang tinggi di Kabupaten Bogor didukung
dengan kesesuaian lahannya, sehingga masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan.
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2007
Gambar 20. Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Bogor
88 Berdasarkan data asal sayuran dan buah-buahan di pasar yang ada saat ini
eksisting Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, pasar-pasar tersebut tidak menjadi outlet sayuran dan buah-buahan asal Kabupaten Bogor. Komoditas sayuran dan
buah-buahan asal Kabupaten Bogor yang diperdagangkan hanya kangkung, bayam, pisang dan pepaya. Sedangkan sayuran dan buah-buahan unggulan asal
Kabupaten Bogor lainnya tidak diperdagangkan di pasar-pasar tersebut karena telah bekerjasama dengan supermarket atau diperdagangkan di lokasi lain seperti
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Gambar 21. Data produksi sayuran dan buah-buahan Kabupaten Bogor
mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki tingkat produksi yang cukup besar, demikian juga dengan permintaan demand akan sayuran dan buah-buahan
yang cukup besar. Sehingga untuk memfasilitasi hal tersebut dibutuhkan Pasar Induk Kabupaten Bogor.
Dengan adanya pasar induk Kabupaten Bogor selain mengakomodir produk-produk sayuran dan buah-buahan asal Kabupaten Bogor, tapi juga dapat
meningkatkan efisiensi pasar, dimana pengelola pasar induk bekerjasama dengan petani produsen, koperasi atau pedagang pengumpul untuk memasarkan
produksinya di pasar induk sehingga mata rantai pemasaran menjadi lebih pendek. Menjamin terjualnya produk sayuran dan buah-buahan yang relatif banyak, karena
pasar induk merupakan pasar pemasok bagi pasar-pasar tradisional atau lembaga pemasaran lain. Memperkuat posisi rebut tawar petani, apabila pasar semakin
efisien maka perilaku pasar menjadi lebih pasti sehingga petani produsen diharapkan akan mendapatkan bagian keuntungan yang lebih baik. Kedudukan
petani bargaining position dibandingkan dengan para pelaku pasar lainnya akan meningkat.
Pasar induk pun akan menjadi sumber informasi harga. Dengan sistem transaksi yang transparan, dimana akses informasi pasar diantara para pelaku
pasar sudah relatif baik, maka diharapkan akan terwujud mekanisme pembentukan harga yang transparan dan mencerminkan kekuatan pasar, sehingga petani akan
menerima tingkat harga yang wajar. Dengan harga yang wajar tersebut diharapkan petani akan lebih bergairah dalam meningkatkan produksi dan kualitasnya,
sehingga pendapatannya menjadi lebih baik.
89
Gambar 21. Keadaan Eksisting di Pasar-pasar yang Ada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, 2009
Keluar Wilayah Ekspor
Supermarket
Produksi Tinggi
Produk dari Luar Wilayah
Pasar Demand Tinggi
Permasalahan: • Harga tinggi Demand
• Kualitas kurang Demand • Petani menghadapi fluktuasi harga Supply
90 Dalam rangka penyediaan informasi harga yang lengkap, baru, dan
mudah, maka perlu adanya jaringan sistem informasi antara Sub Terminal Agribisnis STA dengan pasar induk maupun pasar lainnya. Pasar induk
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk, dengan tersedianya berbagai sarana pendukung seperti pengolahan, penyimpanan, informasi harga, dan
lainnya, maka peningkatan kualitas akan lebih luas sehingga nilainya pun akan meningkat serta dapat mengembangkan diversifikasi produk sesuai permintaan
pasar. Selain itu, dengan adanya pasar induk dapat menambah segmentasi pasar, dimana dengan meningkatnya efisiensi pemasaran maka pasar induk akan mampu
melayani keperluan yang lebih luas seperti pasar ekspor, pasar swalayan, hotel dan restoran, dan sebagainya, dan disisi lain konsumen pun dapat menikmati
produk pertanian yang berkualitas Gambar 22. Keadaan saat ini, petani tidak memiliki kedaulatan karena adanya
tengkulak. Tengkulak merupakan institusi yang paling stabil di pedesaan, karena adanya hubungan patron klien, yaitu pertukaran hubungan antara kedua peran
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-
ekonominya yang lebih tinggi patron menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi
seseorang dengan status yang dianggapnya lebih rendah klien. Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa
pribadi kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul
dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Pemenuhan kebutuhan ekonomi petani oleh tengkulak atau pun bandar secara tidak langsung mengikat
petani untuk menjual hasil pertaniannya kepada pemberi modal. Sehingga petani tidak memiliki kebebasan untuk menjual produk hasil pertanian ke lokasi lain.
Dengan adanya pembelian sistem ijon ini, posisi tawar menawar petani sangat dilemahkan. Sehingga selama belum ada instusi lain yang masuk ke dalam
lingkungan tersebut maka petani tidak akan mengalami kemajuan. Oleh karenanya dalam pengembangan pasar induk perlu memperhatikan
kondisi seperti yang disebutkan diatas. Dalam pengembangan pasar induk
91 dianggap perlu untuk mengembangkan Sub Terminal Agribisnis STA di daerah-
daerah sentra produksi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar kepada petani. Agar keberadaan STA ini dapat berfungsi optimal maka
perlu meminimalisasikan hambatan yang ada. Salah satunya adalah penyediaan modal usahatani bagi para petani yang perlu dikembangkan ragam dan
jangkauannya sehingga petani tidak lagi menggantungkan diri kepada tengkulak yang mengikat untuk menjual hasil produksinya kepada mereka.
Gambar 22. Situasi Apabila Dibangun Pasar Induk Kabupaten Bogor Keluar Wilayah
Ekspor Supermarket
Pasar Induk Produksi
Tinggi Demand
Tinggi Pasar
Pasar
Pasar
Solusi: • Efisiensi pasar
• Menjamin terjualnya produk sayuran dan buah-buahan yang relatif banyak
• Petani memiliki bargaining position • Sumber informasi harga
• Menambah segmentasi pasar • Konsumen mendapatkan produk pertanian yang berkualitas
92
5.3. Analisis Penentuan Lokasi Optimal Pasar Induk
Dalam penentuan lokasi suatu aktivitas seperti pasar induk, agar optimum harus dilihat dari segi kepentingan yang berlainan, yaitu kepentingan
pribadi dan kepentingan umum. Untuk kepentingan pribadi, pemilihan lokasi ditentukan atas dasar perolehan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kepentingan
pribadi dalam pasar induk berarti penduduk yang memanfaatkan jasa pasar induk, dimana penduduk mengharapkan lokasi suatu fasilitas atau pasar induk memiliki
keterjangkauan jarak yang dekat dari konsentrasi permintaan sayuran dan buah- buahan.
Untuk kepentingan umum, penentuan lokasi memperhatikan lokasi sebagai fasilitas umum sehingga tidak mempertimbangkan keuntungan semata.
Kepentingan umum biasanya diatur oleh pemerintah, dimana pemerintah menetapkan suatu lokasi pasar induk berdasarkan banyak aspek yang harus
dipertimbangkan. Dalam studi ini, penentuan lokasi pasar induk akan dilihat dari kedua
kepentingan diatas, yang kemudian dari hasil lokasi masing-masing kepentingan didapatkan lokasi yang menjadi rekomendasi bagi lokasi pasar induk Kabupaten
Bogor. Pada tahap pertama, penentuan lokasi dilihat dari kepentingan umum atau pemerintah. Dalam hal ini berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor. Sedangkan
untuk kepentingan penduduk, berdasarkan teori penentuan lokasi dengan menggunakan metoda P-Median dari dalil Hakimi dengan bantuan program
GAMS. Teori-teori yang berkaitan dengan penentuan lokasi pasar induk umumnya bertujuan agar fungsi pasar induk dapat menjadi ideal dan dapat
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
5.3.1. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor telah mengeluarkan Peraturan Daerah Perda nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2005–2025,
yang menjelaskan secara rinci fungsi ruang dalam bentuk struktur ruang dan pola ruang. Dalam perda ini disebutkan adanya orde-orde pertumbuhan utama yang
berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang sistematis, dimana segala sarana prasarana dan infrastruktur penunjang pembangunan harus dibangun di pusat-