12
2.3.1. Masalah Lokasi
Menurut Rushton 1973 dalam banyak kasus, kasus lokasi merupakan salah satu variabel yang hampir selalu diabaikan. Padahal di dalam penetapan
lokasi yang tepat dari suatu jenis kegiatanaktivitas, pada dasarnya hendaknya tidak hanya sekedar menerapkan aktivitaskegiatan tersebut sebagaimana adanya
melainkan harus dibuat suatu putusan yang rasional bagaimana dan mengapa aktivitaskegiatan tersebut berada di suatu tempat.
Rushton 1973 menyebutkan bahwa dalam rangka penetapan lokasi suatu aktivitas agar optimum harus dilihat dari dua segi kepentingan yang
berlainan, yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Untuk kepentingan pribadi, pemilihan lokasi ditentukan atas dasar perolehan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Dimana keuntungan tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan biaya transportasi yang dikeluarkan, baik untuk
pengangkutan bahan baku maupun pendistribusian hasil produksi pada para produsen, dan menekan biaya operasi semurah mungkin. Untuk kepentingan
umum, penentuan lokasi memperhatikan lokasi sebagai fasilitas pelayanan umum sehingga tidak mempertimbangkan keuntungan semata. Dimana penetapan lokasi
suatu fasilitas umum lebih sulit dioptimumkan karena memerlukan berbagai pertimbangan sebelum diputuskan. Hasil penetapan lokasi suatu fasilitas umum
biasanya merupakan kompromi dari berbagai kepentingan, rasa dan pertimbangan politis. Bahkan banyak pada lokasi fasilitas umum harus dibuat melalui proses
yang berbelit-belit dengan memperhatikan prioritas sektor-sektor lainnya. Dalam penetapan lokasi fasilitas umum juga perlu membedakan jenis
pelayanan yang dapat diberikan oleh fasilitas umum tersebut ke dalam dua hal, yaitu pelayanan biasa dan pelayanan darurat. Pelayanan biasa tidak mensyaratkan
ketentuan khusus dalam penetapannya. Sedangkan pelayanan darurat mensyaratkan bahwa dalam penempatannya harus memenuhi standar minimum
agar dapat dijangkau secepat-cepatnya dan memerlukan fasilitasperalatan yang memadai.
Menurut Rushton 1973 penentapan lokasi suatu fasilitas umum di negara-negara sedang berkembang dihadapkan pada masalah-masalah nyata
seperti berikut:
13 a Belum berkembangterbangunnya sistem transportasi sehingga pemecahan
lokasi fasilitas umum sangat tergantung pada pembangunan sarana transportasi;
b Pola integrasi lokasi sebagai fasilitas umum, yaitu berbagai fasilitas umum harus diintegrasikan sedemikian rupa sehingga pengembangan pola yang
optimal suatu fasilitas umum tertentu menjadi sulit dilakukan; c Fungsi melayani ataukah menciptakan kebutuhan, yaitu apakah fasilitas
umum yang akan ditempatkan tersebut dapat berperan melayani kebutuhan selain hanya menciptakan kebutuhan;
d Memperbaiki kesalahan lokasi sistem kolonial. Pada masa kolonialisasi pola fasilitas umum sangat dikaitkan dengan kepentingan penjajah yang
memperlihatkan tujuan dan kebutuhan penguasa semata. Keadaan ini sangat berbeda setelah negara berkembang tersebut merdeka karena tujuan
pembangunan pada umumnya adalah pemerataan fasilitas umum sehingga setelah negara tersebut merdeka pola fasilitas umum akan tersebar tidak
seperti pada zaman kolonial yaitu mengelompok; e Pemerataan tingkat kesejahteraan, penempatan suatu fasilitas umum sering
dilihat sebagai salah satu alternatif pemerataan pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi penduduk daerah perkotaan umumnya tersebar tidak merata dan penduduk tetap harus mendapatkan pelayanan dari fasilitas-fasilitas yang
dialokasikan di tempat yang berbeda-beda. Namun yang pasti semua penduduk berhasrat sama agar lokasi fasilitas-fasilitas itu benar-benar memiliki kemudahan
untuk dicapai most accessible untuk melakukan berbagai kegiatan penduduk Rushton, 1973. Oleh karena itu suatu fasilitas harus berlokasi pada tempat-
tempat yang memiliki kemudahan untuk dicapai. Lokasi untuk pelayanan umum biasanya ditentukan oleh biaya yang
dapat dijangkau masyarakat. Lokasi ini pun mempunyai banyak pilihan. Dari pilihan yang ada tersebut masyarakat akan memilih yang berada dalam posisi most
accessible bagi mereka. Tidak hanya pada masalah lokasi umum namun pada masalah lain mereka juga akan tertarik pada fasilitas yang most accessible.
14 Pengertian most accessible sendiri menurut pendapat Rushton 1973
adalah: 1. Jumlah jarak total semua penduduk dari fasilitas yang terdekat adalah
minimum. Kriteria ini disebut juga ‘meminimalkan jarak rata-rata atau disebut dengan kriteria jarak rata-rata
2. Jarak terjauh dari penduduk ke fasilitas yang terdekat adalah minimum. Kriteria ini disebut meminimalkan jarak maksimum
3. Jumlah penduduk di sekitar masing-masing fasilitas yang terdekat kira-kira sama. Kriteria ini disebut kesamaan penetapan
4. Jumlah penduduk di sekitar fasilitas yang terdekat selalu lebih besar dari jumlah tertentu. Kriteria ini disebut kendala batas ambang
5. Jumlah penduduk di daerah sekitar fasilitas yang terdekat tidak pernah lebih besar dari jumlah tertentu. Kriteria ini disebut kendala kapasitas.
Secara umum kita dapat mendefinisikan most accessible sebagai mudah tidaknya seseorang mencapai lokasi pusat pelayanan yang terdekat dalam hal ini
adalah lokasi pasar.
2.3.2. Pemilihan Metode yang Sesuai