49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Wilayah
Salah satu parameter yang sering digunakan untuk mengetahui perkembangan wilayah adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7. Perkembangan wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh penduduknya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh fasilitas yang
tersedia. Tabel 7. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun
2007
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Luas
Wilayah Ha
Kepadatan Penduduk
JiwaHa Kelas
Kepadatan 1 Jasinga
95.145 13.563,64 7,01
Rendah 2 Cigudeg
112.825 18.846,46 5,99
Rendah 3 Leuwiliang
111.161 9.205,82
12,08 Rendah
4 Leuwisadeng 72.592
3.464,93 20,95
Sedang 5 Cibungbulang
122.522 3.535,55
34,65 Sedang
6 Pamijahan 135.807 11.242,24
12,08 Rendah
7 Ciampea 138.974
3.430,06 40,52
Sedang 8 Tenjolaya
50.674 4.556,38
11,12 Rendah
9 Ciomas 128.738
1.637,13 78,64
Tinggi 10 Cijeruk
75.083 4.639,00
16,19 Rendah
11 Cigombong 83.030
4.325,16 19,2
Rendah 12 Sukaraja
151.906 4.452,92
34,11 Sedang
13 Ciawi 92.510
4.744,26 19,5
Rendah 14 Cisarua
109.800 7.281,03
15,08 Rendah
15 Cariu 47.176
8.564,89 5,51
Rendah 16 Tanjungsari
48.778 15.962,49 3,06
Rendah 17 Jonggol
112.710 11.578,12 9,73
Rendah 18
Babakan Madang 86.202
9.181,09 9,39
Rendah 19 Sukamakmur
74.231 18.931,00 3,92
Rendah 20 Cileungsi 201.087
6.993,60 28,75
Sedang 21 Citeureup
168.445 6.848,82
24,59 Sedang
22 Gunung Putri
197.205 6.094,74
32,36 Sedang
23 Cibinong 250.996
4.575,68 54,85
Tinggi 24 Parung
101.503 2.583,72
39,29 Sedang
25 Gunung Sindur
85.140 4.971,11
17,13 Rendah
26 Rumpin 124.626 13.648,13
9,13 Rendah
27 Parung Panjang 93.476 7.070,61
13,22 Rendah
28 Nanggung 88.108 16.414,34
5,37 Rendah
29 Bojonggede 205.572
2.980,98 68,96
Tinggi 30 Tajurhalang
87.801 2.949,95
29,76 Sedang
31 Caringin 109.589
8.474,71 12,93
Rendah
50 Tabel 7. Lanjutan
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Luas
Wilayah Ha
Kepadatan Penduduk
JiwaHa Kelas
Kepadatan 32 Dramaga
90.110 2.445,46
36,85 Sedang
33 Megamendung 91.069
6.198,03 14,69
Rendah 34 Tenjo
63.849 8.188,37
7,80 Rendah
35 Tamansari 81.934
4.121,64 19,88
Rendah 36 Rancabungur
48.435 2.391,21
20,26 Sedang
37 Ciseeng 94.340
4.063,26 23,22
Sedang 38 Klapanunggal
76.076 9.639,12
7,89 Rendah
39 Sukajaya 62.900 16.011,09
3,93 Rendah
40 Kemang 79.713
3.212,28 24,82
Sedang
Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2008 diolah
Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor Tabel 7 dikelompokkan menjadi tiga kelas kepadatan yaitu
tinggi 42-79 jiwaha, sedang 16-41 jiwaha dan rendah 0-15 jiwaha, maka Kabupaten Bogor memiliki 3 kecamatan dengan tingkat kepadatan tinggi, 18
kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang, dan 19 kecamatan dengan tingkat kepadatan rendah Gambar 5.
Gambar 5. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor JiwaHa
PARUNG PANJANG
GN.SINDUR
51 Kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan tinggi dan sedang
cenderung berada di sekitar Kota Bogor dan arah utara Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciomas merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi
yaitu 78,64 jiwaha. Hal ini disebabkan karena letaknya yang strategis berdekatan dengan Kota Bogor dan memiliki aksesibilitas yang baik. Kecamatan Bojonggede
memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi kedua yaitu 68,96 jiwaha, dan Kecamatan Cibinong memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi ketiga yaitu
54,85 jiwaha, sedangkan kecamatan dengan penduduk terbesar adalah Kecamatan Cibinong dengan jumlah penduduk 250.996 jiwa. Kondisi ini merupakan
konsekuensi akibat perkembangan pemanfaatan lahan di Kecamatan Cibinong dan Bojonggede sebagai salah satu kawasan sub-urban yang menyangga kawasan
industri sekitarnya
.
Kecamatan Cariu merupakan kecamatan dengan populasi terendah yaitu 47.176 jiwa, sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah
Kecamatan Tanjungsari yaitu 3,06 jiwaha. Kecamatan Tanjungsari ini semula merupakan bagian dari Kecamatan Cariu.
Perkembangan wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh penduduknya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia. Pusat pertumbuhan wilayah
berdasarkan fasilitas yang dimilikinya diidentifikasi dengan menggunakan analisis skalogram. Dengan analisis ini dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan
dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang
kurang akan menjadi daerah belakang hinterland. Metode ini pada dasarnya memberikan hirarki yang lebih tinggi pada pusat-pusat pengembangan yang
mempunyai persediaan jumlah jenis dan unit fasilitas pembangunan yang lebih banyak.
Metode skalogram lebih menekankan kepada kriteria kuantitatif dalam sistem pelayanan dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut perbedaan
derajat fungsi-fungsi atau peranan pelayanan itu sendiri. Disamping itu, distribusi penduduk dan jangkauan pengaruh pelayanan secara spasial tidak
dipertimbangkan secara spesifik dalam metode ini.
52 Distribusi spasial dari berbagai macam aktivitas dengan treshold yang
berbeda menyebabkan tumbuhnya berbagai tingkatan lokasi pusat pelayanan, yang membentuk pola spasial sistem lokasi pusat-pusat pelayanan. Menurut
Rustiadi et al., 2008, hirarki dari pusat pelayanan yang lebih tinggi memiliki sarana pelayanan yang lebih banyak dan lebih beragam dari pusat pelayanan yang
berhirarki lebih rendah, namun hirarki tersebut tidak selalu sama dengan hirarki administratif. Secara teoritis hirarki mencerminkan adanya perbedaan massa,
dimana hirarki yang lebih tinggi mempunyai massa yang lebih besar daripada yang berhirarki lebih rendah. Menurut Tarigan 2005 ada beberapa faktor yang
tidak diragukan lagi menciptakan daya tarik bagi sebuah wilayah, misalnya adalah pasar, komplek pertokoan, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.
Variabel yang digunakan dalam analisis skalogram pada penelitian ini adalah jumlah mushola, masjid, gereja, pura, vihara, TPA, madrasah diniyah,
madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiah, madrasah aliyah, pesantren, SD negeri swasta, SLTP negeri swasta, SLTA negeri swasta, rumah sakit,
puskesmas pustu, tempat praktek dokter umum, tempat praktek dokter gigi, tempat praktek dokter spesialis, kantor pos tambahankantor pos pembanturumah
pos, hotel berbintang, objek wisata, KUD dan non KUD, pasar tradisional, restoran, rumah makan, hotel berbintang, hotel melati dan terminal Lampiran 3.
Berdasarkan hasil analisis skalogram, fasilitas yang tersedia di 40 kecamatan Kabupaten Bogor sebagian besar adalah fasilitas kebutuhan dasar
manusia seperti fasilitas peribadatan mushola dan masjid, fasilitas pendidikan TPA, Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Pesantren,
SD, SLTP dan SLTA, fasilitas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan tempat praktek dokter umum serta KUD dan Non KUD Tabel 8.
Hasil dari analisis skalogram dapat ditentukan bahwa wilayah-wilayah yang mempunyai nilai indeks perkembangan wilayah paling besar dapat
dikategorikan ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan maju, atau dicirikan oleh jumlah dan jenis sarana, prasarana dan infrastruktur yang tersedia
cukup memadai. Sedangkan untuk wilayah-wilayah yang mempunyai indeks perkembangan sedang – lambat atau wilayah terbelakang dan kelompok wilayah
53 ini lebih dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana sangat
terbatas. Tabel 8. Fasilitas yang Tersedia di Kabupaten Bogor
No Jenis Fasilitas
Jumlah Wilayah yang Memiliki Fasilitas
1 Mushola 40
2 Masjid 40
3 TPA 40
4 Madrasah Diniyah
40 5 Madrasah
Ibtidaiyah 40
6 Madrasah Tsanawiah
40 7 Pesantren
40 8
SD Negeri Swasta 40
9 SLTP Negeri Swasta
40 10 Puskesmas
PustuUnit 40
11 Tempat Praktek Dokter Umum Unit
40 12
KUD Non KUD unit 40
13 SLTA Negeri Swasta
38 14 Madrasah
Aliyah 34
15 Tempat Praktek Dokter Gigi Unit
26 16 Kantor Pos TambahanKantor Pos
PembantuRumah Pos 24
17 Pasar Tradisional
unit 23
18 Rumah Makan
23 19 Objek
Wisata 17
20 Tempat Praktek Dokter Spesialis Unit
15 21 Gereja
12 22 Hotel
Melati 12
23 Vihara 11
24 Rumah Sakit
Unit 9
25 Hotel Berbintang
9 26 Hotel
Berbintang 9
27 Terminal 9
28 Restoran 4
29 Pura 2
Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2008 diolah
Hasil analisis skalogram berdasarkan indeks perkembangan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor terdapat 7 kecamatan yang termasuk dalam hirarki wilayah I
atau memiliki tingkat perkembangan tinggi yang dicirikan oleh jumlah dan jenis sarana, prasarana dan infrastruktur yang tersedia cukup memadai. Adapun
kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cisarua, Kecamatan
54 Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Leuwiliang
dan Kecamatan Gunung Sindur. Kecamatan yang termasuk dalam hirarki II atau tingkat perkembangan
sedang yang dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana terbatas sebanyak 14 kecamatan adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cileungsi,
Kecamatan Ciampea, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Parung, Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan
Ciomas, Kecamatan Kemang, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Tenjolaya.
Sedangkan kecamatan yang termasuk dalam hirarki III atau tingkat perkembangan rendah yang dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan
prasarana sangat terbatas sebanyak 19 kecamatan. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Cibungbulang,
Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan
Sukamakmur, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Rumpin,
Kecamatan Tamansari, Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Sukajaya. Tabel 9 dan Gambar 6.
Tabel 9. Hirarki Kecamatan dalam Kabupaten Bogor Berdasarkan Indeks Perkembangan Kecamatan
No Nama Kecamatan
Indeks Perkembangan Kecamatan
Hirarki Berdasarkan IPK
1 Cibinong 47,27181495
I 2 Cisarua
50,13592680 I
3 Caringin 38,32469882
I 4 Ciawi
44,33679359 I
5 Megamendung 39,69859891
I 6 Leuwiliang
38,14072507 I
7 Gunung Sindur
37,91438665 I
8 Cileungsi 32,85083805
II 9 Ciampea
28,43191262 II
10 Cigombong 35,30469944
II 11 Jonggol
32,71259174 II
55 Tabel 9. Lanjutan
No Nama Kecamatan
Indeks Perkembangan Kecamatan
Hirarki Berdasarkan IPK
12 Parung 29,99709717
II 13 Babakan
Madang 31,80620223
II 14 Gunung
Putri 28,01247718
II 15 Ciomas
29,60519641 II
16 Kemang 29,73470620
II 17 Parung
Panjang 31,94833926
II 18 Cariu
35,90819378 II
19 Tanjungsari 29,87110711
II 20 Tenjo
28,55514274 II
21 Tenjolaya 29,91211675
II 22 Sukaraja
24,27484465 III
23 Citeureup 25,34050184
III 24 Cibungbulang
27,12085024 III
25 Cigudeg 22,54698904
III 26 Ciseeng
19,14188718 III
27 Jasinga 27,89224255
III 28 Klapanunggal
17,26156929 III
29 Nanggung 25,29523541
III 30 Pamijahan
21,94441340 III
31 Sukamakmur 18,70430579
III 32 Tajurhalang
14,99478967 III
33 Bojonggede 13,10524989
III 34 Cijeruk
25,20645370 III
35 Dramaga 22,19991103
III 36 Leuwisadeng
22,78640488 III
37 Rumpin 21,36653855
III 38 Tamansari
15,98795862 III
39 Rancabungur 6,72466348
III 40 Sukajaya
13,56628091 III
Sumber: BPS, 2008 diolah
Kecamatan yang termasuk dalam hirarki I berdasarkan indeks perkembangan kecamatan hanya Kecamatan Cibinong yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk tinggi dan jumlah penduduk yang tertinggi di Kabupaten Bogor, hal ini karena Kecamatan Cibinong merupakan ibukota Kabupaten Bogor
yang memiliki fasilitas lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bogor. Dalam hal ini terdapat hubungan
yang erat antara ketersediaan fasilitas dengan aspek demografis, dimana semakin
56 besar jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, maka ketersediaan fasilitas
semakin besar. Kecamatan Cisarua, Kecamatan Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan
Megamendung, Kecamatan Leuwiliang, dan Kecamatan Gunung Sindur meskipun termasuk dalam hirarki I berdasarkan indeks perkembangan kecamatan namun
memiliki tingkat kepadatan penduduk rendah. Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Gunung Sindur termasuk dalam
penataan ruang kawasan puncak Bopunjur berdasarkan Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur yang
bertujuan mengendalikan perkembangan di kawasan puncak tersebut agar dominasi fungsi lindung dapat dipertahankan dan dimantapkan. Sehingga
sangatlah wajar meskipun kecamatan-kecamatan tersebut masuk dalam hirarki I namun memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah.
Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam hirarki II sebagian besar memiliki kepadatan penduduk rendah dan sedang, hanya Kecamatan Ciomas yang
memiliki tingkat kepadatan tinggi, hal ini disebabkan karena Kecamatan Ciomas didominasi oleh permukiman namun tidak diiringi dengan pengadaan fasilitas-
fasilitas umum, karena kebutuhan akan fasilitas tersebut telah dipenuhi oleh Kota Bogor yang letaknya sangat dekat dengan Kecamatan Ciomas.
Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam hirarki III sebagian besar memiliki kepadatan penduduk rendah dan sedang hanya kecamatan Bojonggede
yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi. Dalam hal ini untuk kecamatan yang masuk dalam hirarki II dan III terdapat hubungan antar ketersediaan fasilitas
dengan aspek demografis. dimana semakin rendah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, maka ketersediaan fasilitas semakin rendah.
Kecamatan-kecamatan yang memiliki indeks perkembangan yang rendah sebagian besar berada di bagian barat Kabupaten Bogor Gambar 6. Sehingga
perlu dilakukan pengembangan dan penambahan sarana prasarana dan infrastruktur yang cukup strategis guna menunjang pengembangan kecamatan-
kecamatan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi kebutuhan masyarakat sehingga pembangunan dan penambahan tersebut diharapkan dapat memicu pola
pengembangan wilayah yang terpadu dan berkesinambungan.
57
Gambar 6. Peta Hirarki Kecamatan Berdasarkan Indeks Perkembangan Kecamatan
58
5.2. Aliran Sayuran dan Buah-buahan di Pasar yang Ada Saat Ini Eksisting