Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain nampan, pisau bedah, cawan petri, dan mikroskop untuk identifikasi sampel. Alat-alat yang
digunakan untuk preparasi bahan baku antara lain timbangan digital, penggaris, pisau, nampan, dan grinder. Alat-alat yang digunakan untuk analisis proksimat
antara lain timbangan digital, cawan porselin, gegep, desikator, oven, kompor, tanur, pipet, bulb, labu kjeldahl, tabung sokhlet, labu lemak, desilator, buret,
dan erlenmeyer. Alat-alat yang digunakan untuk analisis mineral adalah timbangan digital, sudip, pipet, bulb, hotplate, corong, labu takar, labu destruksi,
spektrofotometer dan Atomic Absorption Spectrophotometer AAS. Alat-alat yang digunakan untuk analisis vitamin adalah shaker, saringan milipore,
tabung reaksi, penangas air, sentifugasi dan High Performance Liquid Chromatografi HPLC. Alat-alat yang digunakan untuk uji fitokimia adalah
oven, timbangan digital, erlenmeyer, sudip, pipet, bulb, orbital shaker, rotary vacuum evavorator, tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu takar, dan
penangas air.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu identifikasi spesies sampel, preparasi sampel, perhitungan rendemen, analisis proksimat kadar air,
abu, lemak, protein, karbohidrat by difference, analisis mineral dan logam berat, analisis vitamin, dan analisis fitokimia. Tahapan penelitian disajikan dalam
diagram alir pada Gambar 2.
3.3.1 Preparasi bahan baku dan perhitungan rendemen
Sotong Sepia recurvirostra diperoleh dari pasar Muara Angke, Jakarta. Bahan baku selanjutnya dianalisis morfometrik meliputi berat total, panjang, lebar
dan tebal. Bagian kepala, badan, jeroan, dan cangkang sotong dipisahkan untuk kemudian dihitung rendemennya. Daging kepala dan badan sotong, masing-
masing dicampur, dihancurkan dan dihomogenkan, kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama untuk kepentingan analisis proksimat, bagian kedua
untuk analisis mineral dan logam berat, dan bagian ketiga untuk analisis kandungan vitamin. Daging badan, tinta, dan cangkang digunakan untuk analisis
fitokimia.
Gambar 2 Diagram alir metode penelitian Rendemen masing-masing bagian dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: Rendemen =
x 100
3.3.2 Analisis proksimat AOAC 1995
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi penentuan kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan karbohidrat by difference.
1 Kadar air
Analisis kadar air didasarkan pada perbedaan berat contoh sebelum dan sesudah dikeringkan. Cawan porselin kosong dikeringkan di dalam oven
selama 30 menit dengan suhu 102-105
o
C, lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam
Pengukuran berat dan morfometrik
Analisis fitokimia Analisis proksimat
Analisis mineral dan logam berat Analisis vitamin
Tinta Preparasi sampel
Pengukuran rendemen
Cangkang Jeroan
Badan Kepala
Sotong
Identifikasi spesies
cawan tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105
o
C selama ± 6 jam. Setelah ± 6 jam cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator
selama 30 menit hingga dingin kemudian ditimbang bobotnya. Pengukuran diulang sebanyak 2 kali sampai mendapat bobot tetap . Persentase kadar air dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar air =
x 100 Keterangan: A = Berat cawan porselen kosong g
B = Berat cawan porselen dengan sampel g sebelum dioven C = Berat cawan porselen dengan sampel g setelah dioven
2 Kadar abu
Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam tanur. Cawan porselin kosong dikeringkan di dalam oven selama 30 menit dengan
suhu 102-105
o
C, lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian
dibakar dengan menggunakan kompor listrik hingga tidak berasap. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 600
o
C selama ± 8 jam hingga diperoleh abu yang berwarna putih keabu-abuan. Setelah itu, cawan beserta
sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit hingga dingin dan ditimbang. Pengukuran diulang sebanyak 2 kali sampai mendapat bobot tetap.
Persentase kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu =
x 100 Keterangan: A = Berat cawan porselen kosong g
B = Berat cawan porselen dengan sampel g sebelum ditanur C = Berat cawan porselen dengan sampel g setelah ditanur
3 Kadar protein
Analisis kadar protein dilakukan dalam tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode semi
mikro Kjeldahl. Sampel sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam labu Kjedahl, kemudian ditambahkan 0,25 g selenium dan 3 ml H
2
SO
4
pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410
o
C selama ± 2 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan akuades sampai 100 ml. Sebanyak
10 ml larutan sampel dan 20 ml NaOH 40 dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100
o
C. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml larutan H
3
BO
3
2 dan 2 tetes indikator bromcherosol green 0,1 dan methyl red 0,1 2:1.
Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda, kemudian volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Persentase kadar protein dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar nitrogen =
Kadar protein = kadar nitrogen x faktor konversi 6,25
4 Kadar lemak
Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dibungkus dalam kertas saring kemudian kedua ujungnya ditutup dengan kapas bebas lemak. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Labu lemak yang sudah dikeringkan ditimbang, kemudian disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak
dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet. Pelarut lemak n-heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya. Proses refluks dilakukan
selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak
menguap. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ˚C, setelah itu dimasukkan dalam desikator sampai
beratnya konstan. Selanjutnya lemak beserta labunya ditimbang dan kadar lemak dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar lemak = x 100
Keterangan: W1 = berat sampel g W2 = berat labu lemak tanpa lemak g
W3 = berat labu lemak dengan lemak g
5 Kadar karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode by difference yaitu: Karbohidrat = 100 - kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein
3.3.3 Analisis mineral dan logam berat Reitz et al. 1987