sumber yang paling kaya akan vitamin B
12
, selain itu vitamin ini juga ditemukan dalam susu, daging, ikan, dan telur Gaman dan Sherrington 2002.
Vitamin B
12
berfungsi dalam metabolisme asam amino serta biosintesis
protein dan asam nukleat Okuzumi dan Fujii 2000. Vitamin B
12
juga diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan fungsi normal tubuh terutama
jaringan syaraf serta merupakan kofaktor enzim. Jumlah harian vitamin B
12
yang diperbolehkan bagi orang dewasa adalah sebesar 2,4 µghari. Kekurangan vitamin
B
12
dapat menyebabkan pernicious anemia anemia karena kekurangan folat.
Penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh gangguan penyerapan vitamin daripada defesiensi Sizer dan Whitney 2002.
2.5 Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia adalah analisis yang diterapkan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu bahan yang tidak dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek menguntungkan bagi manusia. Senyawa fitokimia bukan merupakan zat gizi, karena tanpa komponen tersebut
tubuh manusia tetap melakukan metabolisme secara normal. Konsumsi senyawa fitokimia akan membantu meningkatkan kesehatan dan ketahanan tubuh manusia
Astawan dan Kasih 2008.
2.5.1 Alkaloid
Alkaloid pada umumnya mencangkup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai
bagian dari sistem siklik, yaitu cincin heterosiklik Harborne 1987. Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang terbentuk
berdasarkan prinsip pembentukan campuran Sirait 2007. Alkaloid merupakan turunan yang paling umum dari asam amino. Secara kimia, alkaloid merupakan
suatu golongan heterogen. Secara fisik, alkaloid dipisahkan dari kandungan tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi sebagai kristal
hidroklorida atau pikrat Harborne 1987. Senyawa alkaloid dikelompokkan menjadi tiga antara lain, alkaloid
sesungguhnya, protoalkaloid, dan pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa
terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, dan biasanya terdapat di tanaman
sebagai garam asam organik. Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana di dalam nitrogen asam amino tidak terdapat cincin heterosiklik
dan diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino dan biasanya senyawa
ini bersifat basa Sastrohamidjojo 1996.
2.5.2 SteroidTriterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Triterpenoid dapat dibagi menjadi empat kelompok senyawa, yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida
jantung cardiac glycoside. Beberapa triterpen dikenal dengan rasanya, terutama rasa pahit. Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Steroid
merupakan golongan triterpena yang tersusun atas sistem cincin cyclopetana perhydrophenanthrene. Steroid pada mulanya dipertimbangkan hanya sebagai
komponen pada substansi hewan saja sebagai hormon seks, hormon adrenal, asam empedu, dan lain-lain, akan tetapi akhir-akhir ini steroid juga ditemukan
pada jaringan tumbuhan Harborne 1987. Prekursor pembentukan steroid adalah kolesterol atau fitosterol. Menurut
Bose et al. 1997, profil steroid yang terdapat pada Achatina fulica yang merupakan salah satu jenis gastropoda, meliputi progesterone, 17-
β-estradiol, testosterone, 4-androstene-dione dan cortisol. Steroid juga diduga memiliki efek
peningkat stamina tubuh aprodisiaka dan anti-inflamasi. Hasil penelitian Setzer 2008 menunjukkan bahwa sejumlah triterpenoid alami memiliki aktivitas
antitumor karena mempunyai kemampuan menghambat kinerja enzim topoisomerase II, dengan cara berikatan dengan sisi aktif enzim yang nantinya
akan mengikat DNA dan membelahnya. Hal ini menyebabkan enzim menjadi terkunci dan tidak dapat mengikat DNA.
2.5.3 Flavonoid