5 Bio-ekologi Serangga TINJAUAN PUSTAKA

seluruh individu dalam satu komunitas Krebs 1978. Sedangkan menurut Odum 1971 menyatakan bahwa kelimpahan adalah istilah umum yang sering digunakan untuk suatu populasi satwa dalam hal jumlah yang sebenarnya dan kecenderungan untuk naik dan turunnya populasi atau keduanya. Secara sederhana, Odum 1971 menyatakan bahwa habitat merupakan suatu tempat dimana organisme dapat ditemukan. Habitat adalah kawasan yang terdiri dari bebeapa kawasan baik fisk maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwaliar. Satwaliar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya Alikodra 2002. Komponen fisik dan biotik habitat membentuk sistem yang dapat mengendalikan kehidupan satwaliar. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari sejumlah komponen. Secara terperinci, komponen fisik terdiri dari air, udara, iklim, topografi, tanah, dan ruang, sedangkan komponen biotik terdiri dari vegetasi mikro dan makro fauna serta manusia Alikodra 2002. Habitat terdiri dari beberapa habitat mikro yang seringkali sangar besar pengaruhnya terhadap satwa karena adanya variasi iklim mikro. Untuk jenis-jenis serangga, iklim mikro erat kaitannya dengan aktivitas foraging atau mencari pakan. Bailey 1984 menyatakan bahwa kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam termasuk makanan, perlindungan, dan faktor lain yang diperlukan oleh suatu spesies untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil. Hal ini menunjukan bahwa habitat merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen seperti fisik yang terdiri dari tanah, air, topografi, dan iklim serta komponen biologis yang mencakup tumbuhan, satwaliar, dan manusia.

2. 5 Bio-ekologi Serangga

Serangga dimasukkan ke dalam kelas Hexapoda Insecta Serangga, Sub- filum Mandibulata, filum Arthropoda Sunjaya 1970. Tubuhnya terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen. Pada kepala terdapat sepasang antena yang ukurannya bervariasi, alat mulutnya memiliki berbagai bentuk yang disesuaikan dengan macam makanannya, diantaranya mempunyai bentuk mulut yang berfungsi untuk menggigit dan mengunyah, menghisap, menusuk dan menghisap, serta menjilat. Kahono et al. Tanpa tahun. Ciri utama serangga adalah pada bagian kepalanya memilki sepasang sungut, sepasang mandibel istilah untuk rahang-rahang yang berpasangan, tidak beruas, terletak tepat dibelakang labrum, sepasang maksila istilah untuk struktur yang berpasangan terletak di belakang mandibel, beruas, dan masing2 maksila mengandung organ seperti perasa, sebuah hipofaring istilah untuk lidah pendek yang terletak diatas labium diantara maksilae, tempat bermuara kelenjar-kelenjar air liur, sebuah labium istilah untuk bibir atas. Kemudian pada bagian memiliki tiga pasang tungkai, dengan satu pasang pada masing-masing ruas toraks. Pada bagian abdomennya dicirikan dengan liang kelamin pada bagian posterior abdomen, tidak ada embelan-embelan lokomotor pada abdomen dewasa. Bila ada embelan-embelan terletak pada ujung abdomen dan terdiri dari sepasang sersus, sebuah epiprok, dan sepasang paraprok sersus merupakan istilah untuk satu dari sepasang embel-embelan pada ujung posterior abdomen, epiprok merupakan sebuah juluran embelan yang terletak di atas dubur dan kelihatan timbul dari ruas abdomen ke-sepuluh yang sebenarnya merupakan bagian dorsal ruas abdomen yang ke-sebelas, dan paraprok merupakan istilah untuk satu dari sepasang gelambir yang berbatasan dengan dubur di sebelah lateroventral. Beberapa jenis serangga hidup di tanah teresterial dan ada pula yang hidup di air akuatik untuk seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya Schowalter 2000. Kebanyakan serangga aktif pada siang hari diurnal, namun tidak sedikit yang aktif pada malam hari nokturnal. Serangga tergolong sebagai binatang berdarah dingin atau poikilothermal, oleh karena itu suhu badannya tidak tetap, naik turun mengikuti suhu lingkungannya. Suhu optimum serangga darat adalah sekitar 26˚C dengan kisaran suhu maksimalnya adalah 48 – 50 ˚C, sedangkan titik-titik estivasi berada disekitar 38 – 50˚C Sunjaya 1970. Istilah suhu dalam ekologi pada hakekatnya adalah produk faktor suhu dan waktu karena sebagian besar jenis serangga hidup pada lingkungan di dekat dan dibawah permukaan tanah, maka suhu muka tanah dan suhu diatas permukaan tanah menjadi tolak ukur dalam mempelajari serangga Sunjaya 1970. Dari segi makanannya, serangga digolongkan ke berbagai macam golongan diantaranya fitofag, predator, skavanger, dan juga parasit. Evans 1984 manyatakan bahwa 50 dari hampir keseluruhan serangga ialah herbivora yang kemudian dibagi dalam 3 tahap tingkatan konsumen heterotropik yaitu: 1. konsumen utama primer; a. Fitofagus = pemakan tanam-tanaman 2. konsumen tingkat lebih tinggi sekunder dan tersier; a. Predator = seekor hewan yang menyerang dan memakan hewan lainnya. Biasanya hewan yang lebih kecil atau kurang kuat dari dirinya. Korban biasanya dibunuh atau dimakan seluruhnya. Banyak individu korban dimakan oleh masing-masing pemangsa b. Parasitoid = hewan yang hidup di dalam atau diatas dari hewan hidup lainnya, dengan jangka yg relatif lama, makan semua atau makan jaring-jaringan ringannya dan kemudian membunuhnya. c. Parasit = seekor hewan yang hidup di dalam atau diatas dari hewan hidup lainnya, makan jaring-jaringan induk semangnya 3. pengurai; a. Skavenger = seekor hewan yang makan tumbuh-tumbuhan atau hewan yang mati, atau material-material yang membusuk atau limbah-limbah hewan. b. Saprofagus = makan material tumbuh-tumbuhan atau hewan sedang membusuk, seperti bangkai, tinja, kayu gelondongan yang mati, dsb. Sunjaya 1970 menerangkan bahwa setiap jenis serangga memiliki keterbatasan yang berbeda dalam membedakan warna, seperti lebah madu hanya dapat melihat 4 golongan warna berdasarkan panjang gelombang cahaya yaitu; 6500 – 5000 Å warna merah, kuning, dan hijau; 5000 – 4800 Å biru kehijau- hijauan; 4800 – 4000 Å biru dan ungu; 4000 – 3100 Å ultra viollet. Ditambahkan pula bahwa warna hijau kekuning-kuningan dengan panjang gelombang antara 5330 – 5350 Å adalah warna yang sangat efektif untuk menarik jenis-jenis lebah, karena warna kuning dan biru dapat memantulkan kembali sinar ultra violet dengan kuat, sedangkan kebanyakan warna putih menyerap cahaya ultra voilet dari matahari, sehingga warna putih sering dianggap tidak terlihat. Kelas hexapoda serangga terdiri dari berbagai ordo diantaranya adalah Coleoptera, Dermaptera, Hemiptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera. Diantara ordo-ordo tersebut, terdapat 3 ordo yang berperan penting dalam proses penyerbukan yaitu; Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera. Ordo coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga-serangga dan mengandung kira2 40 dari jenis terkenal dalam hexapoda. Salah satu sifat coleoptera adalah struktur sayap-sayapnya, memiliki 4 sayap dengan sepasang sayap depan elytra elytron = tunggal yang menebal seperti kulit, keras, atau rapuh. Bila dalam keadaan istirahat, sayap belakang terlipat dibawah sayap depan yang bertindak sebagai selubung pelindung. Bagian-bagian mulut dalam ordo ini sebagai tipe mulut pengunyah, dan mandibel sangat bagus dan berkembang, dan dipakai untuk menggilas biji atau meremukan kayu. Binatang dari ordo coleoptera yang paling umum dikenal adalah kumbang. Kumbang mengalami metamorfosis sempurna, banyak diantaranya yang memakan tumbuhan memakan bagian-bagian bunga dan zat organik yg membusuk Borror et al. 1996. Ordo Dermaptera atau yang biasa disebut dengan cocopet merupakan serangga yang memanjang, meramping, agak gepeng, dan memiliki sersi sersus seperti capit. Dewasa kadang bersayap dan tidak besayap. Bila bersayap, sayap depan pendek seperti kulit, tidak mempunyai rangka sayap tegmia elitra. Dan sayap belakang bila ada bersalaput tipis dan membulat. Dermaptera memiliki jumlah tarsi 3 ruas, bagian mulut tipe pengunyah, dan mengalami metamorfosis sederhana. Makanan sebagian besar Dermaptera berupa sayuran mati dan membusuk, beberapa makan tumbuhan hidup, dan jarang sebagai pemangsa. Mereka hidup pada malam hari, pada waktu siang terdapat pada celah-celah di bawah kulit kayu dan lubang-lubang kecil Borror et al. 1996. Ordo Hemiptera atau yang biasa disebut sebagai golongan kepik ini dinamai hemiptera karena berdasarkan struktur sayap-sayap depan dengan bagian dasar yang menebal dan seperti kulit, dan ujungnya berselaput tipis, tipe sayap ini disebut hemelytron jamak hemeytra. Sayap belakangnya seluruhnya berselaput tipis, agak lebih pendek dari sayap depannya. Bagian mulut merupakan tipe menusuk-menghisap dalam bentuk paruh probosis yang biasanya beruas dan ramping. Binatang-binatang ini memakan cairan tumbuhan dan merupakan hama ganas bagi tanaman-tanaman budidaya. Perbedaannya dengan homoptera yaitu terdapat pada probosis yang mana probosis hemiptera timbul dari bagian depan kepala, sedangkan homoptera probosis timbul dari posterior kepala. Kebanyakan hemiptera dewasa mempunyai kelenjar bau yang bermuara pada sisi toraks. Binatang yang bermetamorfosis sederhana ini biasa meletakkan telur-telur mereka pada atas tumbuhan atau celah-delah tumbuhan. Ordo Lepidoptera dibagi menjadi dua sub ordo penting yaitu; rhopalocera kupu-kupu dan heterocera ngengat. Ordo ini memiliki ciri-ciri utama yaitu sayap yang tertutup oleh sisik-sisik. Binatang ini memiliki daur metamorfosis sempurna, dengan larva merupakan pemakan tumbuhan, dan ketika dewasa tipe mulut berubah fungsi sebagai penghisap. Beberapa jenis mempunyai bagian mulut yang menyusut dan tidak makan pada tahapan yang dewasa, mandibel pada Lepidoptera hampir tidak ada. Ordo Diptera menyusun salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga, secara individual dan jenis adalah banyak, dan terdapat hampir dimana- mana. Sayap belakang menyusut halter sehingga hanya mimiliki sepasang sayap depan. Tubuh relatif kecil, bertubuh lunak. Tipe mulut penghisap, dan beberapa merupakan penusuk. Penghisap darah, zat organik yang membusuk, beberapa penyerbuk, dan musuh bagi gulma-gulma yang berbahaya. Diptera hidup dengan memakan cairan-cairan hewan dan tumbuhan seperti nektar. Diptera mengalami metamorfosis sempurna Borror et al. 1996. Khususnya pada famili Syrphidae lalat-lalat bunga seringkali ditemukan disekitar bunga, dan melakukan terbang setempat. Banyak jenis dengan warnanya yang cermelang menyerupai lebah madu, namun tidak pernah menggigit atau menyengat. Banyak yang bersifat pemangsa pada aphid, beberapa lainnya hidup dalam serangga-serangga sosial, dan yang lainnya hidup dalam tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kayu-kayu membusuk. Gaulet Huber 1993. Ordo Hymenoptera merupakan ordo yang paling berguna dari sudut kepentingan manusia dari keseluruhan kelas serangga yang ada. Meskipun ordo Hyemnoptera secara morfologi mewakili bentuk umum berbagai kelompok serangga, namun Hymenoptera memiliki banyak karakteristik yang menjadikanya sebagai satu kelompok ordo. Hymenoptera hidup di semua habitat teresterial dan habitat perairan tawar, dan selalu memegang peran penting dalam ekologi Mason Huber 1993. Gologan lebah-lebahan ini memiliki 4 buah sayap tipis bermembran, terkecuali pada sayap yang mengalami reduksi seperti semut pekerja dan semut tentara Mason Huber 1993, sayap belakangnya lebih kecil dari sayap depan Borror et al. 1996. Hymenoptera tampak seperti berbagai serangga primitif lainnya namun venasinya jauh lebih sederhana. Sayap depan ditutupi oleh sclerite pelat kecil membulat yang disebut tegula dan antara sayap depan dan belakang tersambung oleh kait kecil yang disebut hamuli Mason Huber 1993; Gaulet Huber 1993. Meskipun karakter-karakter tersebut dapat membantu dalam membedakan Hymenoptera-bersayap dengan kelompok serangga lain, namun hanya sedikit membantu untuk beberapa jumlah spesiesnya dengan sayap yang belum sempurna atau tidak bersayap. Satu lagi karakter yang secara tehnik dapat terlihat ialah segmen pertama pada abdomen yang bersumbu dengan segmen terakhir dari thoraks. Lebih lanjut lagi, Hymenoptera menunjukan pembatasan yang kuat antara segmen abdominal pertama dengan kedua, segmen pertama diacu sebagai propodeum. Dengan begitu, batasan yang kuat tersebut bukan memisahkan thoraks dengan abdomen, tetapi memisahkan thoraks plus segmen abdominal pertama mesosoma dari sisa abdomennya metasoma. Kombinasi karakteristik tersebut dijadikan para peneliti untuk membedakan Hymenoptera dengan serangga-serangga lainya. Hal ini sangat penting untuk dicatat bahwa Hymenoptera juga memiliki holometabolous yang berkembang atau mengalami metamorfosis sempurna Mason Huber 1993. Bagian-bagian mulut mandibulat namun bagi kebanyakan lebah, labium dan maksilae membentuk satu struktur seperti lidah, melalui alat itu makanan cairan diambil. Kelamin pada kebanyakan hymenoptera dikontrol oleh pembuahan telur. Telur yang dibuahi berkembang menjadi betina, dan telur yang tidak dibuahi biasanya berkembang menjadi jantan. Hymenoptera memiliki hal yang menarik dalam biologi mereka yaitu mereka menunjukan keragaman yang besar dari kebiasaan-kebiasaan dan kompleksitas kelakuan yang meningkat dalam hal organisasi sosial dari tabuhan, lebah, dan semut Gaulet Huber 1993. Pada famili Andrenidae, semua anggota dari famili ini bersarang di liang- liang berdekatan ditemukan pada daerah yang jarang terdapat tumbuh-tumbuhan Borror et al. 1996 dan sarangnya terkubur di dalam tanah Gaulet Huber 1993. Kebanyakan dari andrenid ini bersifat soliter, namun beberapa bersifat komunal, dan tidak ada yang bersifat parasit Gaulet Huber 1993. Famili Halictidae juga bersarang di liang di dalam tanah, beberapa jenis dari sub-famili Halictinae bersarang di permukaan tanah dan membuat liang pada tebing-tebing dengan sarang yang saling berdekatan Borror et al. 1996, terkecuali bagi beberapa jenis yang bersarang di dalam kayu yang melapuk Gaulet Huber 1993. Kebanyakan dari famili ini hidup soliter, dan sebagian dari sub-famili Nominae dan Halictinae adalah komunal Gaulet Huber 1993, namun menurut Borror et al. 1996 famili Halictidae ini merupakan serangga sosial yang mengembangkan spektrum soliter. Famili Megachilidae memiliki sebutan sebagai lebah pemtong daun, bersarang pada rongga-rongga di alam, terkadang di dalam tanah Borror et al. 1996, di dalam batang yang berinti, atau menyerupai tempat tinggal Coleoptera di dalam kayu Gaulet Huber 1993. Khususnya pada sub-famili Fidelinae membuat liang di dalam tanah dan tidak terbuat dari bahan-bahan material yang berasal dari tempat lain Gaulet Huber 1993. Famili ini merupakan serangga yang hidup soliter Borror et al. 1996. Famili Vespidae merupakan golongan tabuhan yang membuat sarang terbuat dari lumpur yang biasa ditemukan pada liang-liang di dalam tanah dan tebing-tebing Borror et al. 1996. Kebanyakan dari famili ini hidup soliter meski ada beberapa yang hidup sosial Gaulet Huber 1993, sedangkan Borror et al. 1996 menyatakan bahwa famili ini eusosial yang terbentuk dari koloni, dan khusus untuk sub-famili Anthoporinae bersifat soliter namun bersarang komunal. Famili Apidae atau golongan lebah-lebahan merupakan famili yang paling umum dikenal oleh masayarakat umum sebagai lebah madu seperti pada kebanyakan genus Apis yang hidup sosial, dan bersarang di pohon-pohon berlubang Borror et al. 1996. Pada genus Trigona yang juga umum sebagai lebah madu, hidup berkoloni dengan merawat dan memproduksi keturunan yang dihasilkan dengan cara berkerumun, kemudian ratu lebah yang lama akan meninggalkan sarang bersama-sama dengan sejumlah besar lebah pekerja Gaulet Huber 1993. Trigona sering ditemukan bersarang pada lubang-lubang pohon, batu-batu, atau tanah, dan di Asia Tenggara sering ditemukan pada sarang yang terbuka dengan ruang-ruang sel yang tersusun menyerupai sisir tergantung menempel dibawah cabang-cabang pohon Gaulet Huber 1993. Famili Colletidae merupakan lebah-lebah penambal yang membuat liang ke dalam tanah untuk bersarang Gaulet Huber 1993; Borror et al. 1996. Pada beberapa genus dari famili ini, betina membawa polen di luar tubuh tepatnya pada bagian scopa kaki belakang Gaulet Huber 1993. Genus Hylaeus dicirikan dengan betina yang tidak memiliki scopa, polen dibawa ke sarang bersamaan dengan nektar. Kebanyakan dari genus ini bersarang di lubang-lubang pohon yang mati atau di batang berongga Gaulet Huber 1993, juga pada celah-celah dan liang di tanah Borror et al. 1996. Genus Ceratinini hidup berkoloni, dengan hampir semua spesies dari genus ini bersarang di kayu dan batang Gaulet Huber 1993, atau melubangi sumsum dari batang-batang berbagai semak-semak Borror et al. 1996. Sub-famili Xylacopinae hidup secara komunal, hampir semua jenisnya bersarang di liang-liang dalam tanah, dan beberapa betinanya menggunakan sarang yang sama Gaulet Huber 1993. Borror et al. 1996 menambahkan bahwa kemungkinan besar Xylacopinae hidup secara soliter, menggali lorong-lorong di dalam kayu padat, dan batang tanaman.

2. 6 Tanaman Caisin Brassica rapa L.