4. 2 Nilai Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Jarak Yang Berbeda Dari Hutan

pengamatan di habitat sawah dan ladang. Hal ini turut memperkuat hasil-hasil penelitian yang telah menunjukan adanya pengaruh banyaknya paparan cahaya terhadap keanekaragaman jenis serangga penyerbuk pada suatu lokasi Atmowidi 2008.

6. 4. 2 Nilai Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Jarak Yang Berbeda Dari Hutan

Titik S03 pada jarak 850 meter dari tepi hutan dan titik L10 pada jarak 120 meter dari tepi hutan memiliki jumlah spesies terbanyak dan sama besarnya meskipun kedua titik tersebut terletak di jarak dan tipe habitat yang berbeda, yaitu sawah S03 dan ladang L10. Jumlah spesies yang ditemukan ialah sebanyak 13 spesies yang 8 spesies diantaranya sama-sama ditemukan di kedua titik tersebut Tabel 20. Sedangkan titik H13 yang terdapat di habitat hutan merupakan titik pangamatan yang paling sedikit ditemukan serangga penyerbuk yaitu sebanyak 5 spesies. Penyebab sedikitnya jumlah spesies pada habitat hutan diduga karena faktor penempatan bunga yang kurang dapat menarik perhatian serangga penyerbuk karena petak bunga kurang terpapar sinar matahari akibat terhalang tajuk-tajuk pepohonan di sekitar titik. Selain itu, faktor habitat sebagai tempat tinggal serangga penyerbuk juga dapat mempengaruhi jumlah spesies yang dapat ditemukan. Titik-titk pengamatan pada habitat hutan sangat jarang mendapat kunjungan dari spesies-spesies yang berasal dari habitat terbuka atau habitat non- hutan. Komposisi spesies pada kedua titik S03 dan L10 sebagian besar disusun oleh beberapa spesies yang biasa ditemukan pada habitat terbuka, namun terdapat perbedaan pada komposisi penyusun kekayaan spesies serangga penyerbuk seperti pada titik L10 yang komposisi serangga penyerbuknya diperkaya oleh spesies- spesies yang umum ditemui pada tepi hutan, hal ini terkait dengan jarak lokasi titik L10 yang lebih dekat dengan hutan 110 meter. Sebaliknya, komposisi serangga penyerbuk di titik S03 pada habitat sawah tidak diperkaya oleh spesies- spesies yang umum ditemukan di tepi hutan, namun penyebab tingginya jumlah spesies di titik S03 ini karena disusun oleh melimpahnya spesies-spesies yang hanya dapat ditemukan di habitat persawahan saja. Tiap titik-titik pengamatan memiliki jumlah spesies yang berbeda meski terletak dalam tipe habitat yang sama, dan begitu juga dengan jumlah kelimpahan serangga penyerbuknya, meskipun di dalam kondisi habitat yang sama namun kelimpahan serangga penyerbuk bisa menjadi jauh berbeda. Kelimpahan serangga penyerbuk tertinggi terdapat pada titik L10 pada habitat ladang yaitu sebanyak 103 ekor serangga yang didominasi oleh spesies A. cerana 30,10 atau 31 individu dan morfospesies Colletidae.002 sebesar 39, 81 atau sebanyak 41 individu. Kelimpahan serangga penyerbuk kedua tertinggi ialah pada titik S03 pada habitat sawah yaitu sebanyak 91 ekor serangga yang didominasi oleh morfospesies Colletidae.002 dengan nilai dominansi sebesar 71,43 atau sebanyak 65 individu. Kelimpahan serangga penyerbuk yang tinggi di suatu titik pengamatan cenderung disebabkan oleh tingginya jumlah spesies serangga penyerbuk yang ditemukan, meskipun kecenderungan tersebut tidak selalu benar. Seperti pada titik pengamatan dengan kelimpahan serangga penyerbuk terendah terdapat pada titik P01 pada habitat pemukiman yaitu hanya terdapat 17 ekor serangga penyerbuk yang diwakili oleh 6 spesies, hal ini diduga karena habitat permukiman penduduk bukanlah tempat yang biasa dijelajahi oleh serangga penyerbuk dalam mencari nektar, sedangkan titik pengamatan H13 pada habitat hutan yang hanya diwakili oleh 5 spesies namun memiliki kelimpahan yang lebih banyak yaitu 30 ekor serangga penyerbuk. Hal ini diduga karena hutan merupakan habitat alami bagi beberapa spesies serangga penyerbuk dalam aktivtas mencari nektar sehingga meskipun pada titik pengamatan ini hanya tersusun oleh sedikit spesies namun memiliki kelimpahan yang cukup. Indeks kekayaan spesies Margalef merupakan salah satu dari berbagai pendekatan sederhana untuk menduga nilai kekayaan spesies pada suatu lokasi yang tidak terlalu terpengaruh oleh banyaknya jumlah pengambilan petak contoh. Nilai kekayaan spesies tertinggi terdapat pada titik S02 pada habitat persawahan dengan nilai D Mg =2,83. Berdasarkan rumusnya pada Bab III, nilai kekayaan spesies secara sederhana dipengaruhi oleh banyaknya spesies yang ditemukan di titik pengamatan, namun terdapat juga faktor kelimpahan serangga penyerbuk yang menjadi pembaginya, sehingga semakin melimpah serangga penyerbuk pada titik pengamatan maka semakin kecil indeks kekayaan jenisnya. Seperti halnya pada titik S03 dan L10 memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dari spesies pada S02 namun kelimpahan individu pada kedua titik tersebut S03 dan L10 yang sangat melimpah menyebabkan indeks kekayaan spesies di kedua titik tersebut tidak lebih tinggi dari titik S02. Indeks kekayaan terendah terdapat di titik pengamatan H13 dengan nilai D Mg =1,18 yang merupakan habitat hutan, hal ini disebabkan karena pada titik pengamatan H13 hanya ditemukan 5 spesies yang merupakan jumlah spesies terendah dari keseluruhan 15 titik pengamatan, selain juga karena faktor kelimpahan serangga penyerbuk yang sedang yaitu 30 ekor serangga. Dalam hasil penelitian ini, ternyata habitat hutan umumnya memiliki indeks kekayaan yang rendah, hal ini disebabkan oleh perolehan jumlah spesies yang kecil namum dengan kelimpahan serangga penyerbuk yang cukup banyak, kecuali pada titik H15 dimana jumlah spesiesnya cukup banyak tetapi kelimpahan serangga penyerbuknya tidak terlalu banyak. Habitat hutan merupakan habitat yang sangat kurang mendapat sinar matahari pada lantai hutannya akibat tertutup tajuk pepohonan, sehingga bunga-bunga yang ditanam di titik-titik pengamatan pada lantai hutan tidak terlalu menarik perhatian serangga penyerbuk karena bunga-bunga tersebut kurang optimal memantulkan cahaya matahari Atmowidi 2008. Selain itu, faktor habitat sebagai tempat tinggal serangga penyerbuk juga dapat mempengaruhi jumlah spesies yang dapat ditemukan. Titik-titk pengamatan pada habitat hutan sangat jarang mendapat kunjungan dari spesies-spesies yang berasal dari habitat terbuka atau habitat non-hutan. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H’ serangga penyerbuk pada 15 titik pengamatan berkisar antara H’=0,81 – 1,74. Indeks keanekaragaman tertinggi tercatat pada titik S02 yaitu H’=1,74 pada habitat sawah dengan jaraknya dari tepi hutan sejauh 940 meter, kemudian indeks keanekaragaman ke-2 tertinggi ialah titik L11 yaitu H’= 1,7 pada habitat ladang dengan jaraknya dari tepi hutan sejauh 110 meter. Indeks keanekaragaman terendah tercatat pada titik S06 yaitu H’= 0,81 pada habitat sawah dengan jaraknya dari tepi hutan sejauh 520 meter. Tinggi-rendahnya nilai indeks keanekaragaman yang beragam dari titik P01 hingga ke titik H15 membentuk pola yang fluktuatif. Hal tersebut diduga adanya pengaruh faktor jarak dari hutan dan habitat atau lingkungan biotik sekitar titik pengamatan. Dalam pembahasan ini, indeks keanekaragaman jenis akan dibagi dalam 3 golongan yaitu; indeks diatas 1,5 H’1,5; diantara 1,5 dan 1 1,5≥ H’ ≥ 1; dan dibawah 1 H’1. Titik-titik pengamatan yang memiliki indeks lebih besar dari 1,5 H’1,5 ialah titik S02, S04, S05, L09, L10, L11, dan H15. Penyebab titik-titik tersebut relatif lebih tinggi dari titik-titik lainnya kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti titik S02, S04, dan S05 lebih dipengaruhi oleh faktor vegetasi di sekitar titik pengamatan. Titik S02 terletak di bawah naungan sebuah pohon aren yang menghasilkan nektar sehingga diduga lokasi ini banyak dikunjungi serangga-serangga pencari nektar yang sebagian besar juga merupakan serangga penyerbuk, sehingga titik S02 ini secara tidak sengaja mendapat kunjungan dari jenis-jenis yang biasa beraktifitas pada pohon aren kemudian datang ke titik pengamatan karena tertarik oleh sepetak kecil hamparan kuning dari warna bunga- bunga caisin, selain itu penyebab tingginya indeks keanekaragaman pada titik S02 ini adalah jumlah individu dari spesies-spesies penyusun komposisi serangga penyerbuk di titik ini yang lebih merata dan dengan total kelimpahan serangga yang lebih rendah Tabel 20 bila dibandingkan dengan titik S03 yang memiliki jumlah jenis yang lebih banyak, namun memiliki kelimpahan serangga penyerbuk yang lebih tinggi, dan kemerataan yang sangat rendah. Tingginya indeks keanekaragaman pada titik S04 juga diduga karena penyebab yang sama, yaitu banyaknya jumlah spesies dengan tingkat kemerataan sedang, serta kondisi sekitar titik pengamatan yang dekat dengan ladang tanaman ketimun yang sedang berbunga sehingga mudah menarik serangga penyerbuk pengunjung tanaman ketimun untuk datang ke petak pengamatan Titik L09, L10, dan L11 yang berlokasi di habitat ladang memiliki nilai indeks yang cukup tinggi dikarenakan lokasinya yang dekat dengan tepi hutan yaitu berjarak 190 m, 120 m, dan 110 m dari tepi hutan. Habitat ladang lebih terlihat sebagai perpaduan dua habitat ekoton yang biasanya memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi. Titik H15 yang berada pada tepi hutan, namun titik pengamatannya lebih masuk ke dalam hutan sehingga memiliki komposisi jenis yang turut disusun oleh jenis-jenis serangga penyerbuk yang khas hanya ditemukan di dalam hutan seperti Syrphidae. 006, Syrphidae. 015, dan Syrphinae. 001, maka indeks di titik 15 terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan 3 titik tepi hutan lainnya titik H12, H13, dan H14. Titik-titik yang memiliki nilai indeks keanekargaman diantara 1,5 dan 1 1,5H’1 ialah titik P01, S03, S07, L08, dan H14. Titik P01 terdapat pada pemukiman penduduk yang berbatasan dengan sawah, dan dekat dengan kebun masyarakat yang ditanami pepohonan buah-buahan. Meskipun titik pengamatan ini miskin akan vegetasi namun titik pengamatan ini dekat dengan kebun buah- buahan penduduk setempat menjadi tempat yang cukup ideal bagi lebah-lebah sosial yang bersarang di lubang-lubang pada pepohonan, sehingga memperkaya jumlah jenis serangga penyerbuk pada titik P01 ini. Titik S03, S07, dan L08 terletak di habitat sawah dengan kondisi sekitar berupa area persawahan seperti pada umumnya, titik L08 merupakan titik yang mewakili habitat ladang namun letaknya berbatasan dengan persawahan yang diairi. Titik H14 terdapat pada habitat tepi hutan yang dikelilingin tumbuhan bawah dan pepohonan dengan penutupan tajuk yang tidak rapat. Pada titik ini sinar matahari jatuh ke petak tanaman caisin sehingga warna kuning dari bunga caisin lebih banyak menarik perhatian serangga dibandingkan pada titik H12 dan H13. Titik-titik yang memiliki nilai indeks keanekargaman lebih kecil dari 1 H’1 ialah titik S06, H12, dan H13. Titik S06 diletakan diatas sebuah batu besar tepat diantara dua petak sawah yang sedang dibajak, sehingga tidak ada tumbuhan bunga lain ataupun tanaman pertanian lain disekitar titik pengamatan tersebut, hal ini yang menjadi dugaan penyebab rendahnya nilai keanekaragaman jenis di titik S06, selain dikarenakan faktor jaraknya dari tepi hutan yaitu sejauh 520 meter. Titik H12 dan H13 terletak di habitat tepi hutan namun letaknya yang lebih dekat batas tepi hutan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang dan tajuk yang cukup rapat sehingga sepetak kecil hamparan kuning dari warna bunga tanaman caisin tidak terlalu terlihat oleh serangga penyerbuk, sehingga kedua titik pengamatan tersebut memiliki keanekaragaman jenis rendah, selain dikarenakan oleh tingginya kelimpahan serangga penyerbuk, serta rendahnya kemerataan individu pada titik H12 sehingga mempengaruhi penilaian indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman Hill N 1 menjadi pilihan alternatif penilaian keanekaragaman jenis selain indeks Shannon-Wiener yang sulit diinterpretasikan. Indeks Hill lebih menekankan pada jumlah spesies yang dapat ditemukan dalam contoh pengamatan bila semua spesies yang didapat dengan setara adalah umum. Nilai indeks Hill tertinggi terdapat pada titik S02 yaitu N 1 = 5,7 yang dapat diartikan secara langsung bahwa jumlah spesies yang diperkirakan akan ditemukan pada titik pengamatan S02 dalam satu kali pengamatan ialah sebanyak 5,7 spesies. Nilai indeks Hill kedua tertinggi ialah pada titik L11 yaitu N 1 = 5,5 sedangkan nilai indeks Hill terendah terdapat pada titik S06 yaitu N 1 = 2,26. Berdasarkan rumusnya pada Bab III, nilai indeks Hill dipastikan selalu berbanding lurus dengan nilai indeks Shannon-Wiener. Oleh karena itu, tinggi rendahnya indeks Hill pada tiap-tiap titik pengamatan juga diduga karena adanya faktor pengaruh jarak dari hutan, habitat atau lingkungan biotik sekitar titik pengamatan, serta kemerataan dan kelimpahan serangga penyerbuk pada titik-titik tersebut, seperti yang sudah dipaparkan dalam paragraf-paragraf sebelumnya. Indeks kemerataan Heip E Heip merupakan salah satu indeks kemerataan yang banyak disarankan oleh para pakar ekologi karena cukup sensitif dalam penilaian yaitu dapat menunjukan nilai yang sangat rendah bila data memperlihatkan perbedaan jumlah antar individu yang sangat jauh. Dalam hasil penelitian ini banyak ditemukan proporsi individu spesies yang sangat jauh tertimpang dalam satu titik pengamatan yang sama, seperti pada titik S03 dimana sebagian besar spesies yang ditemukan hanya memiliki 1 individu namun terdapat satu spesies Colletidae.002 yang berjumlah hingga 65 individu Lampiran 16. Indeks kemerataan Heip serangga penyerbuk pada 15 titik pengamatan sebagian besar menunjukan nilai yang tidak merata karena tidak satupun dari 15 titik pengamatan yang mendekati angka E Heip = 1, melainkan hanya berkisar antara 0,19 – 0,54. Nilai indeks kemerataan yang relatif rendah hingga sedang ini menunjukan bahwa kelimpahan tiap-tiap spesies serangga pada semua titik pengamatan tidaklah merata. Titik-titik pengamatan dengan indeks kemerataan yang rendah umumnya memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah pula bila jumlah spesiesnya sedikit dengan kelimpahan yang besar. Nilai indeks kemerataan Heip tertinggi terdapat pada titik H15 dengan nilai indeks E Heip = 0,54 kemudian indeks kemerataan kedua tertinggi ialah titik P01 dan S02 dengan nilai yang sama besar yaitu E Heip = 0,52. Persamaan dari ketiga titik tersebut ialah jumlah individu spesies dominan Colletidae.002 yang tidak terlalu tertimpang jauh yaitu berkisar antara 10 – 12 individu Lampiran 16, dibandingkan dengan spesies-spesies non-dominan yang umum ditemukan 1 ekor. Dari sudut kuantitas spesies dominan tersebutlah yang menyebabkan ketiga titik pengamatan tersebut memiliki nilai kemerataan yang lebih tinggi dari titik-titik pengamatan lainnya, meskipun E Heip = 0,52 – 0,54 masih dikategorikan sebagai nilai kemerataan sedang. Nilai indeks kemerataan Heip terendah terdapat pada titik S03 dengan nilai indeks E Heip = 0,19 yang dapat dikategorikan sebagai nilai kemerataan sangat rendah atau tidak merata. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah kuatitas individu spesies dominan Colletidae.002 yang sangat jauh tertimpang yaitu 65 individu dibandingkan dengan individu spesies non-dominan yang umumnya berjumlah 1 individu. Perbedaan jumlah individu yang sangat mencolok tersebut dapat dilihat pada Lampiran 16

6. 4. 3 Pengaruh Jarak Dari Tepi Hutan Terhadap Komunitas Serangga Penyerbuk