3. 5. 4 Analisis Pengaruh Jarak Hutan
Pengaruh jarak dari tepi hutan beserta faktor-faktor lainnya terhadap kekayaan, kelimpahan, dan keanekaragaman spesies serangga penyerbuk
ditunjukan oleh gambar sebaran titik Scatter plot yang menghubungkan jarak dari tepi hutan dan atau faktor-faktor lainnya pada sumbu x dan jumlah
kuantitatif spesies, kelimpahan, serta indeks keanekaragaman spesies serangga penyerbuk pada sumbu y. Garis regresi digunakan untuk melihat kecenderungan
ada atau tidaknya korelasi antar variabel-variabel tersebut. Krebs 1978 mengungkapkan bahwa teori garis regresi dipakai pada situasi dimana satu
variabel bebas sumbu x digunakan untuk memprediksi nilai dari sebuah variabel tak bebas sumbu y. Pembuatan garis regresi standar dengan persamaan
“
bx a
y +
=
” dengan penghitungan rumus Krebs 1978 dimana;
a
= y intercept
x b
y −
=
b
=
slope
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
=
2 2
n x
x n
y x
xy
Korelasi koefisien yang disimbolkan dengan r
2
R square
digunakan untuk melihat besarnya kecenderungan kemiringan garis penurunan dan atau
peningkatan pengaruh jarak dari tepi hutan, dihitung dengan rumus Krebs 1978:
r
=
correlation coefficient
−
− −
=
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
n y
y n
x x
n y
x xy
2 2
2 2
Penilaian besar atau kecilnya korelasi antara variabe-variabel penentu juga dibuktikan dengan uji ANOVA dengan selang kepercayaan 95. Dalam
penelitian ini korelasi antara variabel bebas dan variabel tak bebas dinyatakan berbeda nyata atau signifikan bila memiliki nilai
P-value
di bawah 0,05 p≤ 0,05
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1 Letak dan Luas Kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan SK Menhut No.175Kpts- II2003 diperluas menjadi 113.357 hektar dengan nama Taman Nasional Gunung
Halimun Salak TNGHS yang sebagian berasal dari kawasan Hutan Lindung dan HPT Perhutani. TNGHS secara goegrafis terletak diantara 6°37’ – 6° 51’LS
106°21’ – 106°38’ BT bagian barat daya Propinsi Jawa Barat. TNGHS termasuk ke dalam tiga wilayah kabupaten, yaitu Bogor, Sukabumi, dan Lebak. Meliputi 13
kecamatan dan 46 desa.
4. 2 Keadaan Kawasan 4. 2. 1 Kondisi Fisik
Iklim TNGHS menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk ke
dalam golongan iklim A dengan nilai Q persentase jumlah rata-rata bulan kering per bulan basah antar 5 hingga 9. Angin musim yang bertiup di TNGHS
meliputi pola iklim muson, artinya selam musim hujan terutama pada bulan Desember sampai Maret angin kencang bertiup dari barat daya. Sementara itu
pada musim kemarau, angin bertiup pada kecepatan rendah bertiup dari arah timur laut. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 4.000 mm hinggga 5.000 mm.
Di musim hujan bulan-bulan kering berlangsung dari bulan Juni hingga bulan agustus di bagian utara dan dari bulan Juni hingga bulan September di bagian
selatan. Tanah di TNGHS terdiri atas 12 tipe tanah dan dapat digolongkan menjadi
2 kelompok, yaitu andosol dan latosol. Untuk tujuan pertanian jenis tanah ini mempunyai kesuburan kimiawi yang miskin, namun sifat-sifat fisiknya cukup
bagus. Tanah dan batuan di kawasan TNGHS mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik. Sebagai daerah tangkapan air hujan kawasan ini peka
terhadap erosi, tekstur tanah umumnya didominasi oleh partikel seukuran debu yang mudah terurai, sifat-sifat tanah juga menunjukkan adanya evolusi tanah dari
vulkanik tua dan sebenarnya sedang mengalami transisi dari andosol dan latosol.