4 Struktur Komunitas, habitat, dan Keragaman Serangga

Fragmentasi dan kerusakan habitat bisa jadi penyebab yang mengganggu interaksi tanaman dengan penyerbuk Steffan-Dewenter et al. 2002. Praktik pertanian dapat menyebabkan hilangnya atau punahnya suatu jenis, berkurangnya habitat alami, dan meningkatnya fragmentasi dan isolasi habitat Rosenzweig 1995. Kerusakan dan fragmentasi habitat merupakan penyebab utama menurunnya keanekaragaman hayati Quinn Harrison 1998. Fragmentasi habitat tidak hanya berpengaruh terhadap kekayaan jenis penyerbuk, tetapi juga berpengaruh terhadap perilaku foraging dan ukuran tubuh Rathcke Jules 1993. Kerusakan habitat yang cepat juga menjadi penyebab kepunahan beberapa jenis serangga terutama bagi beberapa grup Hymenoptera yang sensitive terhadap gagngguan lingkungan Sahari 2004

2. 4 Struktur Komunitas, habitat, dan Keragaman Serangga

Sebuah komunitas tersusun atas segala organisme yang terdapat pada suatu tempat Schowalter 2000, tiga pendekatan umun untuk mendeskripsikan struktur komunitas dapat diketahui dari; keanekaragaman spesies, interaksi spesies, dan organisasi fungsional. Setiap pendekatan memberikan informasi yang berguna, dan dalam pemilihan sebagian besar merupakan pencerminan dari tujuannya dan pertimbangan praktikal. Keragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan dari kelimpahan individu tiap jenis Odum 1971. Krebs 1978 menambahkan bahwa konsep ukuran keragaman diversity dibedakan atas tiga ukuran yang dikenal secara umun yaitu kekayaan jenis species richness, heterogenitas heterogenity, dan kemerataan evenness. Pada tingkat yang sederhana, keanekaragaman hayati didefinisikan sebagai jumlah spesies yang ditemukan pada suatu komunitas, suatu ukuran yang disebut kekayaan spesies Primack et al. 1998. Keanekaragaman spesies merupakan inti dari tema ekologi. Keanekaragaman dapat terwakilkan dengan beberapa cara Magurran 1983. Keterwakilan yang paling sederhana ialah sebuah katalog spesies, atau jumlah total spesies species richness, sebuah ukuran yang dapat mengindikasikan variasi spesies dalam suatu komunitas α diversity. Keanekaragaman spesies biasanya muncul ke puncak pertengahan tingkat gangguan the intermediate disturbance hypothesis dikarenakan suatu kombinasi kecukupan sumberdaya dan tidak cukupnya waktu untuk persaingan keluar Connell 1978; Huston 1979 dalam Schowalter 2000. Variasi spesies di suatu komunitas tidak sama dengan kelimpahan. Biasanya, sedikit spesies adalah berlimpah, dan banyak spesies hanya terwakili oleh satu atau sedikit individu Magurran 1988; Stiling 1996 dalam Schowalter 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman dalam komunitas alamiah menurut Campbell 2004 adalah: 1. ketersedian energi; peningkatan radiasi matahari di daerah tropis meingkatkan aktivitas fotosintesis tumbuhan, yang menyediakan peningkatan dasar sumberdaya untuk organisme lain dan dengan demikian kemampuannya lebih besar untuk mendukung spesies. 2. Heterogenitas habitat; dibandingkan dengan daerah lain, daerah tropis seringkali mengalami ganguan yang lebih bersifat lokal seperti pohon tumbang, angin ribut, dan banjir, dan memiliki ketidak seragaman lingkungan yang lebih besar, memungkinkan keanekaragaman yang lebih besar pada spesies tumbuhan untuk membentuk dasar sumberdaya bagi komunitas hewan yang sangat beranekaragam. 3. Spesialisasi relung; iklim tropis yang memungkinkan banyak organisme untuk mengalami spesialisasi terhadap kisaran sumberdaya yang lebih sempit. Relung yang lebih kecil akan mengalami persaingan dan memungkinkan tingkat pembagian sumberdaya yang lebih baik diantara spesies-spesies, yang selanjutnya akan menggalang keanekaragaman spesies yang besar. 4. Interaksi populasi; keanekaragaman dalam satu pengertian adalah memperbanyak diri sendiri karena interaksi populasi yang kompleks mengalami koevolusi, interaksi pemangsa-mangsa, dan interakasi simbiotik dihasilkan dalam komunitas yang beranekaragam untuk mencegah agar suatu populasi tidak menjadi dominan Kelimpahan adalah jumlah organisme per unti area kapadatan absolut atau sebagai kapadatan relatif, yaitu kepadatan dari satu populasi terhadap populasi lainnya. Kelimpahan relatif adalah perbandingan kelimpahan individu tiap jenis terhadap kelimpahan seluruh individu dalam satu komunitas Krebs 1978. Sedangkan menurut Odum 1971 menyatakan bahwa kelimpahan adalah istilah umum yang sering digunakan untuk suatu populasi satwa dalam hal jumlah yang sebenarnya dan kecenderungan untuk naik dan turunnya populasi atau keduanya. Secara sederhana, Odum 1971 menyatakan bahwa habitat merupakan suatu tempat dimana organisme dapat ditemukan. Habitat adalah kawasan yang terdiri dari bebeapa kawasan baik fisk maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwaliar. Satwaliar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya Alikodra 2002. Komponen fisik dan biotik habitat membentuk sistem yang dapat mengendalikan kehidupan satwaliar. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari sejumlah komponen. Secara terperinci, komponen fisik terdiri dari air, udara, iklim, topografi, tanah, dan ruang, sedangkan komponen biotik terdiri dari vegetasi mikro dan makro fauna serta manusia Alikodra 2002. Habitat terdiri dari beberapa habitat mikro yang seringkali sangar besar pengaruhnya terhadap satwa karena adanya variasi iklim mikro. Untuk jenis-jenis serangga, iklim mikro erat kaitannya dengan aktivitas foraging atau mencari pakan. Bailey 1984 menyatakan bahwa kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam termasuk makanan, perlindungan, dan faktor lain yang diperlukan oleh suatu spesies untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil. Hal ini menunjukan bahwa habitat merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen seperti fisik yang terdiri dari tanah, air, topografi, dan iklim serta komponen biologis yang mencakup tumbuhan, satwaliar, dan manusia.

2. 5 Bio-ekologi Serangga