2. 2 Indeks Kesamaan Jenis Serangga Penyerbuk

soliter Borror et al. 1996. Megachilidae.001 tidak hanya ditemukan di habitat tepi hutan pada titik H12 dan H14, namun juga di temukan di habitat permukiman penduduk yaitu pada titik P01 yang merupakan titik terjauh dari tepi hutan. Ditemukannya Megachilidae.001 pada habitat permukiman diduga karena habitat permukiman dekat dengan kebun warga yang umumnya ditanami pohon-pohon penghasil buah-buahan. Dengan kondisi di sekitar titik P01 yang seperti itu, sangat memungkinkan bagi Megachilidae.001 untuk bersarang sehingga spesies ini dapat ditemukan di habitat permukiman penduduk meskipun titik P01 merupakan titik terjauh dari tepi hutan.

6. 2. 2 Indeks Kesamaan Jenis Serangga Penyerbuk

Tiap titik pengamatan memiliki keragaman jenis maupun komposisi jenis serangga penyerbuk yang berbeda antara satu titik dengan titik yang lain, namun bukan berarti diantara titik-titik pengamatan tersebut tidak memiliki persamaan jenis penyusun komunitas serangga penyerbuk di masing-masing titik pengamatan. Indeks kesamaan jenis Sǿrensen pada Tabel 15 telah menunjukkan tingkat kesamaan keterwakilan atau presents spesies penyusun komunitas serangga penyerbuk di masing-masing titik pengamatan. Dua titik pengamatan dengan indeks kesamaan jenis sǿrensen tertinggi ialah antara titik H12 dengan H14 yang terletak pada habitat sekitar tepi hutan dengan nilai indeks kesamaan 0,92 yang dapat diartikan bahwa kedua titik tersebut memiliki jenis serangga penyerbuk yang hampir serupa 92. Kemiripan komunitas serangga penyerbuk antara H12 dengan H14 dikarenakan kedua titik tersebut mewakili tipe habitat yang sama yaitu tepi hutan Tabel 1, dan juga memiliki persamaan jarak yang cukup dekat ke habitat ladang dibanding dengan titik H13 dan H15 Gambar 2. Faktor persamaan habitat dan jarak antara dua titik pengamatan tidak selalu menjadi penyebab utama tingginya indeks kesamaan jenis. Contohnya pada H12 dengan H13 yang memiliki jarak sekitar 20 meter Gambar 2 memiliki indeks kesamaan sebesar 0,73, yang ternyata masih lebih kecil bila dibandingkan indeks kesamaan jenis antara H12 dengan H14 yang berjarak lebih jauh yaitu sekitar 30meter Gambar 2, bahkan indeks kesamaan jenis antar H13 dengan H14 jauh lebih kecil 0,67 meski hanya berjarak 10 meter. Sehingga penyebab utama tingginnya indeks kesamaan jenis antar titik H12 dan titik H14 ialah memiliki persamaan jarak yang lebih dekat ke habitat ladang dibandingkan dengan titik- titik tepi hutan lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa jarak dari tepi hutan dapat menentukan komposisi spesies serangga penyerbuk. Semakin jauh jarak dari tepi hutan yang berbatasan dengan ladang, maka semakin terjadi penurunan kelimpahan dan juga berkurangnya spesies-spesies yang umum ditemukan di tepi hutan, kekurangan yang terjadi pada relung tersebut kemudian diisi oleh spesies- spesies lainnya yang umum ditemukan pada habitat disekitar titik pengamatan. Indeks kesamaan jenis terendah yaitu terdapat pada antar titik H12 dengan S02 dengan nilai kesamaan jenis 0,13 yang mengindikasikan bahwa kemiripan jenis serangga penyerbuk antara dua titik tersebut sangat jauh 13, atau dengan kata lain bahwa jenis serangga penyerbuk yang ditemukan melimpah di H12 namun hanya sedikit ditemukan di S02, dan juga sebaliknya. Selain karena jarak kedua titik ini terbentang sangat jauh 940 meter, penyebab kecilnya nilai kesamaan jenis kedua titik ini adalah perbedaan tipe habitat yaitu tepi hutan H12 dan sawah S02. Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies yang umum ditemukan pada habitat tepi hutan jauh berkurang bahkan tidak ditemukan pada habitat pertanian. Hal senada juga pernah diungkapkan oleh Klein et al. 2003 dalam hasil penelitiannya bahwa nilai keanekaragaman serangga semakin menurun seiring dengan jaraknya yang semakin menjauhi habitat alami. Namun, hasil penelitian ini menunjukan bahwa meskipun titik pengamatan yang terletak jauh dari habitat alaminya juga memiliki jumlah spesies yang tidak selalu lebih kecil dari jumlah spesies yang ada di hutan atau pinggiran hutan. Habitat pertanian ternyata masih dapat menyimpan keanekaragaman spesiesnya sendiri dan mampu memberikan tempat hidup yang ideal bagi beberapa spesies, terutama bagi spesies-spesies yang tidak bersarang dengan membuat lubang pada cabang-cabang pohon. Selain itu, menurut Fǽgri K dan Pijl LVD 1971 daerah dimana terjadi kelangkaan lebah sosial maka daerah tersebut akan diambil alih secara fisiognomik oleh lebah-lebah soliter. Berdasarkan pada pola penyebaran spesies, pada penelitian ini menunjukan bahwa lebah-lebah sosial lebih banyak ditemukan di hutan atau di tepian hutan, sehingga kemungkinan lebah-lebah soliter yang tidak hidup di hutan menguasai daerah berbunga yang dalam hal ini adalah titik- titik pengamatan yang jauh dari tepi hutan. Dari hasil penelitian ini ditemukan kejanggalan yaitu titik P01 yang terletak paling jauh dari tepi hutan ternyata memiliki angka indeks kesamaan yang lebih besar dari titik S02 terhadap titik di tepi hutan H12 dan H14 Tabel 15. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya morfospesies Megachilidae.001 di titik P01 yang juga terdapat di titik H12 dan H14, sementara spesies ini tidak ditemukan pada titik-titik pengamatan lainnya. Morfospesies Megachilidae.001 diduga bersarang pada lubang-lubang di pohon sehingga hanya di temukan di habitat tepi hutan, sementara ditemukannya spesies ini di permukiman penduduk diduga karena lokasi permukiman dekat dengan perkebunan masyarakat yang ditumbuhi banyak pohon buah-buahan, atau Megachilidae.001 diduga bersarang dengan membuat lubang pada kayu-kayu kusen di permukiman penduduk. Selain indeks kesamaan, juga terdapat indeks ketidaksamaan yang merupakan kebalikan dari indeks kesamaan. Nilai 1 pada indeks ketidaksamaan ini mengindikasikan tidak ditemukan adanya kemiripan jenis antar dua titik pengamatan yang dibandingkan, sedangkan nilai 0 mengindikasikan bahwa kedua titik pengamatan yang dibandingkan memiliki kesamaan jenis yang sempurna. Diagram pohon tersebut menggambarkan hubungan ketidakmiripan antar titik pengamatan dengan mengunakan satuan indeks jarak hubungan linkage distance , sehingga dapat terlihat pola pengelompokan titik berdasarkan kemiripan jenis terdekat Gambar 3. Nilai indeks ketidaksamaan terkecil terdapat pada hubungan titik H12 dan H14 dengan nilai indeks ketidaksamaan 0,08 Lampiran 13. Rendahnya nilai indeks ketidaksamaan tersebut menunjukan bahwa kedua titik tersebut memiliki persamaan yang tinggi. Pada nilai indeks ketidaksamaan 0,8 seperti yang ditunjukan dengan garis strip Gambar 4 maka dapat terlihat adanya pembagian 2 kluster atau 2 akar utama, yaitu akar pertama 1 yang menghubungkan 4 titik H15, H13, H14, dan H12 dan akar ke-dua 2 yang menghubungkan 11 titik sisanya L11, L10, L09, L08, S07, S06, S04, S03, S02, S05, dan P01. Dengan menunjukan sketsa peta letak titik-titik pengamatan Gambar 5, maka pada indeks ketidaksamaan 0,8 secara jelas memisahkan kelompok spesies-spesies yang terdapat pada habitat tepi hutan elips 1 dan non-hutan elips 2. Elips 1 menunjukan pola kemiripan jenis antar titik-titik H15, H13, H14, dan H12 yang secara kebetulan keempat titik tersebut mewakili habitat tepi hutan. Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies serangga penyerbuk yang berasal dari dalam hutan memberi pengaruh yang besar dalam penyusunan komposisi keragaman jenis di titik-titik tersebut. Elips 1 terlihat memiliki hubungan kemiripan jenis yang paling jauh diantara elips-elips lainnya. Hal ini menunjukan adanya keunikan pada spesies-spesies serangga penyusun komunitas serangga penyerbuk pada habitat tepi hutan yang kemudian dapat dibedakan dengan mudah, atau membedakan spesies mana saja yang merupakan ciri serangga hutan dan spesies mana yang bukan ciri serangga hutan. Elips 2 juga dibuat untuk memperjelas pola kemiripan dari titik-titik yang berada pada habitat non hutan yang terdiri gabungan 3 tipe habitat yaitu habitat ladang, persawah, dan permukiman penduduk. Pada nilai indeks ketidaksamaan 0,8 ini membuktikan bahwa terdapat kemiripan komposisi spesies yang terdapat di ketiga habitat tersebut yang sangat jauh kemiripannya dengan komposisi spesies yang terdapat di hutan. Hal ini dapat ditinjau kembali berdasarkan pola penyebaran spesies Tabel 14 yang menunjukkan spesies-spesies apa saja yang dapat ditemukan pada masing-masing habitat. Pada batas indeks ketidaksamaan sebesar 0,7 Gambar 6 menunjukan pola kemiripan yang lebih mendetil pada tiap-tiap titik pengamatan. Secara garis besar, diagram terbagi menjadi tiga akar utama, yaitu akar pertama 1 sebanyak 4 titik H15, H13, H14, dan H12, akar ke-tiga 3 sebanyak 5 titik L11, L10, L09, L08, dan S07, dan akar ke-empat 4 sebanyak 6 titik S06, S04, S03, S02, S05, dan P01. Sketsa peta letak titik-titik pengamatan Gambar 7 menunjukan pengelompokan 3 akar utama pada indeks ketidaksamaan 0,7 yaitu kelompok kesamaan jenis pada titik-titik di tepi hutan elips 1, titik-titik di ladang elips 3 dan titik-titik di sawah dan permukiman elips 4. Elips 2 pada indeks ketidaksamaan 0,8 terbagi menjadi dua elips yaitu elips 3 dan 4 pada indeks ketidaksamaan 0,7. Elips 3 juga memperjelas pola kemiripan dari titik-titik yang berada pada tipe habitat ladang, kecuali titik S07 yang semestinya termasuk ke dalam habitat sawah Gambar 7. Letak S07 yang berbatasan dengan habitat ladang menyebabkan keragaman jenis serangga penyerbuk di titik ini banyak disusun oleh serangga-serangga penyerbuk yang biasa ditemukan di habitat ladang seperti morfospesies Ceratinini sp.007, Nomia sp.005, dan Hylaeus sp. Elips 4 dibuat untuk memperjelas pola pengelompokan kemiripan terdekat pada titik-titik pengamatan di habitat sawah yaitu titik S02, S03, S04, S05, dan S06. Meskipun titik S01 mewakili habitat permukiman, namun dikarenakan komposisi spesies di titik tersebut sebagian besar tersusun oleh spesies-spesies yang biasa ditemukan pada habitat sawah maka diagram indeks ketidaksamaan menunjukan relasi yang dekat antara titik S01 dengan titik S05 dan S02. 6. 3 Dominansi Serangga Penyerbuk 6. 3. 1 Dominansi Serangga Penyerbuk di Seluruh Titik Pengamatan