1. 2 Komposisi dan Kelimpahan Fungsi Serangga Pengunjung

6. 1. 2 Komposisi dan Kelimpahan Fungsi Serangga Pengunjung

Dalam penelitian ini peranan serangga secara garis besar dibagi menjadi dua fungsi yaitu serangga penyerbuk dan bukan penyerbuk yang terdiri atas 6 peranan jenis diantaranya; Predator, Parasitoid, Fitofag, Saprofag, Skavenger, dan Parasit. Kelimpahan serangga penyerbuk yang ditemukan ialah sebanyak 747 individu atau 56,94 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak semua serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga tanaman merupakan serangga penyerbuk. Sedangkan sisa 43,06 atau sejumlah 565 ekor serangga dianggap sebagai serangga bukan penyerbuk meskipun serangga-serangga bukan penyerbuk tersebut mungkin saja membantu penyerbukan secara tidak sengaja. Kelimpahan serangga predator pemangsa yang ditemukan 166 individu atau 12,65 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Serangga pemangsa merupakan golongan jenis serangga yang memangsa serangga lain yang masi hidup, mangsa dari golongan jenis serangga ini umumnya berupa imago fase dewasa maupun larva ulat dari serangga lain. Kehadiran serangga pemangsa pada bunga-bunga caisin ini diduga sebagai aktivitas serangga tersebut dalam mencari mangsanya. Pada tanaman caisin, bagian bunga merupakan bagian yang paling banyak dikunjungi oleh serangga-serangga lain, dan selama pengamatan tidak jarang ditemukan ulat pada bagian bunga ini. Kelimpahan serangga parasitoid yang ditemukan ialah sebanyak 109 individu atau 8,31 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Serangga parasitoid merupakan golongan serangga yang berkembangbiak dengan cara memasukkan telurnya ke dalam serangga lain yang masi hidup sebagai inang, mangsa dari golongan serangga ini umumnya berupa larva ulat dari spesies serangga lain, dan pada beberapa spesies parasitoid membutuhkan inang berupa imago fase dewasa. Telur-telur yang telah disuntikan atau diletakan pada tubuh mangsanya, akan berkembang secara lambat dan terus memakan bagian dalam tubuh inang mangsa tampa membunuhnya, hingga parasitoid dewasa keluar dari tubuh inang yang telah mati secara perlahan. Kehadiran serangga parasitoid pada bunga-bunga caisin ini diduga sebagai aktivitas serangga tersebut dalam mencari inang bagi telur-telurnya. Selama pengamatan, bagian bunga pada tanaman caisin kerap kali ditemukan ulat-ulat yang sedang berdiam dan berkamuflase pada tangkai bunga, sehingga hal tersebut yang membuat serangga-serangga parasitoid sering mengunjungi bagian bunga caisin. Kelimpahan serangga fitofag yang ditemukan ialah sebanyak 96 individu atau 7,32 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Serangga fitofag merupakan golongan serangga yang memakan atau memanfaatkan bagian tumbuhan atau tanaman sebagai sumber pakannya. Kehadiran fitofag pada bagian bunga, diduga serangga-serangga tersebut sedang memakan polen yang terdapat pada bunga ataupun mungkin memakan mahkota bunga yang mungkin disukai oleh beberapa spesies fitofag tertentu. Beberapa golongan fitofag ini yang biasa kita kenali dengan mudah ialah sebangsa kumbang-kumbangan Coleoptera, belalang Orthoptera, dan beberapa jenis lalat Diptera. Kelimpahan serangga saprofag yang ditemukan ialah sebanyak 60 individu atau 4,57 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Serangga saprofag merupakan golongan serangga yang memakan bagian tumbuhan tanaman yang telah mati atau membusuk, atau dengan kata lain sebagai serangga yang memanfaatkan sisa-sisa metabolisme sebagai sumber pakannya. Kehadiran serangga-serangga saprofag pada bagian bunga diduga sedang menghisap sari juice bunga-bunga yang layu dan kemudian membusuk. Masa penelitian dengan cuaca yang sering turun hujan, dan lokasi penelitian yang bersuhu relatif rendah dan dengan kelembaban yang tinggi, sering ditemui bunga-bunga yang membusuk di tangkai akibat sering terkena hujan dan embun. Kelimpahan serangga skavengger pemakan bangkai yang ditemukan ialah sebanyak 55 individu atau 4,19 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Kehadiran serangga-serangga pemakan bangkai ini pada bagian bunga diduga memanfaatkan bangkai binatang-binatang kecil yang terjebak atau sisa mangsa laba-laba. Selama pengamatan berlangsung terkadang ditemukan jaring-jaring laba-laba diantara tangkai-tangkai bunga sebagai perangkap untuk menangkap serangga-serangga yang sering mengunjungi bunga. Serangga-serangga pemakan bangkai yang ditemukan dalam penelitian ini ialah jenis-jenis dari ordo Hymenoptera yaitu famili Formicidae yang umum kita sebut sebagai semut. Kelimpahan serangga parasit yang ditemukan ialah sebanyak 20 individu atau 1,52 dari keseluruhan 1312 individu Tabel 11. Parasit merupakan serangga yang hidupnya bergantung dari mahluk hidup lain, dan dapat menurunkan produktivitas mahluk hidup yang ditumpanginya. Kehadiran serangga parasit di bunga caisin ini belum dapat diketahui penyebabnya. Berdasarkan komposisi spesiesnya, persentase spesies serangga-serangga penyerbuk jauh lebih sedikit daripada total gabungan serangga-seranggga pengunjung yang bukan penyerbuk. Spesies-spesies serangga penyerbuk hanya mewakili 21,77 yaitu 32 spesies dari keseluruhan 147 spesies serangga Tabel 11, sedangkan 82 spesies selebihnya merupakan serangga pengunjung yang memiliki peran yang beragam. Namun bila ditinjau perbandingan jumlah spesiesnya, penggolongan fungsi fitofag merupakan yang tertinggi yaitu 38 spesies Tabel 11. Spesies-spesies serangga penyerbuk yang ditemukan selama pengamatan ialah merupakan perwakilan dari 2 ordo yaitu Diptera dan Hymenoptera. Ordo Diptera terdiri dari 1 famili mewakili 9 spesies serangga penyerbuk Lampiran 12, Famili Syrphidae seringkali ditemukan di sekitar bunga, dan melakukan terbang setempat. Banyak spesies dari famili tersebut memili warna yang cermelang menyerupai lebah madu, namun tidak pernah menggigit Borror et al 1996. Ordo Hymenoptera terdiri dari 6 famili mewakili 23 spesies serangga penyerbuk Lampiran 11. Famili-famili tersebut adalah Andrenidae 2 spesies, Apidae 11 spesies, Colletidae 5 spesies, Halictidae 1 spesies, Megachilidae 3 spesies, dan Vespidae 1 spesies. Famili-famili tersebut umumnya memiliki rambut halus diseluruh tubuhnya terutama pada kaki-kakinya. Pada spesimen famili-famili tersebut kerap kali ditemukan serbuk kuning menempel pada bulu- bulu halus yang diduga sebagai serbuksari bunga caisin, hal ini membuktikan bahwa famili-famili tersebut memiliki peran penting dalam prosesn penyerbukan. Beberapa dari famili-famili tersebut bahkan memiliki scopa atau kantung polen pada tibia atau segmen ke dua dari kaki serangga tersebut yang sering digunakan untuk mengumpulkan polen dari bunga-bunga yang dikunjunginya. Serangga fitofag merupakan golongan serangga dengan kekayaan jenis tertinggi diantara golongan-golongan fungsi serangga, yaitu 38 spesies atau 25,85 dari keseluruhan 147 spesies Tabel 12. Ordo-ordo yang tergolong serangga fitofag adalah Coleoptera kumbang-kumbangan, Diptera lalat-lalatan, Hemiptera kepik, Homoptera sebangsa penggerek, dan Orthoptera belalang. Jumlah spesies yang paling banyak ditemukan ialah berasal dari ordo Diptera Lampiran 12 dengan jumlah sebanyak 12 spesies perwakilan dari 3 famili yaitu Diospidae 1 spesies, Drosophilidae 6 spesies, dan Tephritidae 5 spesies. Lalat-lalat tersebut memiliki tipe mulut penghisap, memakan cairan-cairan tumbuhan segar dan juga termasuk nektar pada bunga. Coleoptera atau serangga kumbang-kumbangan dikenal sebagai serangga pemakan tumbuhan-tumbuhan yang sangat sering memakan bagian-bagian bunga tumbuhan. Kumbang mengalami siklus metamorfosis sempurna, memiliki tipe mulut pengunyah, dan mandibel sangat bagus dan berkembang, sehingga dapat dipakai untuk menggilas biji-biji atau meremukan kayu. Terdapat 3 famili yang ditemukan dari ordo Coleoptera ini yaitu; Chrysomelidae 2 spesies, coccinelidae 3 spesies, Curculidae 1 spesies. Hemiptera atau kepik dikenal luas sebagai hama ganas bagi tanaman-tanaman budidaya, memiliki tipe mulut menusuk-menghisap dengan bentuk probosis paruh yang beruas-ruas dan ramping. Ordo yang memiliki siklus metamorfosis sederhana ini ditemukan mewakili 3 famili yaitu; Anthocridae 1 spesies, Cicadellidae 1 spesies, Pentatomidae 3 spesies. Homoptera juga dikenal sebagai serangga hama yang menyebabkan kerusakan yang cukup berat pada tanaman karena menghisap cairan tanaman disamping juga dapat berperan sebagai vektor virus Kirk 1990. Perbedaannya dengan Hemiptera yaitu probosis pada Hemiptera timbul dari bagian depan kepala, sedangkan probosis Homoptera timbul dari posterior kepala. Dalam penelitian ini, Homoptera hanya ditemukan 1 spesies. Orthoptera atau sebangsa belalang ini mewakili jumlah individu yang cukup banyak yaitu 17 ekor dari 75 ekor serangga fitofag. Belalang memiliki tipe mulut pengunyah dan dikenal sebagai hama yang sangat merusak hasil pertanian terlebih bila dalam jumlah kelompok yang besar. Dalam penelitian ini, belalang hanya ditemukan 2 spesies yang berasal dari famili Tettigoniidae. Jumlah spesies serangga saprofag yang ditemukan ialah 16 spesies atau 10,88 terdiri dari 2 ordo yaitu Dermaptera dan Diptera Lampiran 12 dan 13. Dermaptera merupakan serangga sebangsa cocopet yang biasa dikenal hidup pada malam hari, dan jika pada waktu siang biasa ditemukan terdapat pada celah-celah, di bawah kulit kayu, dan lubang-lubang kecil. Ordo ini mengalami metamorfosis sederhana, memiliki bagian mulut tipe pengunyah. Dermaptera merupakan serangga yang pemakan sayuran-sayuran yang telah mati atau membusuk, meskipun terdapat beberapa yang memakan makanan tumbuhan hidup, dan jarang sebagai pemangsa. Famili yang tergolong saprofag dari ordo Dermaptera adalah Anisollabididae dengan hanya ditemukan 1 spesies Lampiran 13. Famili-famili serangga saprofag dari ordo Diptera adalah Micropezidae 2 spesies dan Muscidae 13 spesies. Beberapa bunga caisin selama pengamatan ditemukan layu dan terdapat beberapa yang membusuk akibat jarang terkena panas matahari setelah beberapa hari hujan. Kelembaban udara yang tinggi pada pagi hari dan bentuk mahkota bunga yang menadah keatas menyimpan tetesan hujan menyebabkan bunga-bunga caisin tersebut melunak dan membusuk sehingga menjadi makanan yang ideal bagi beberapa spesies-spesies lalat ini. Jumlah spesies serangga parasitoid yang ditemukan ialah 12 spesies atau dengan proporsi perbandingan sebesar 8,16 dari keseluruhan 147 spesies ditemukan Tabel 12. Serangga parasitoid yang ditemukan pada bunga caisin terdiri dari 2 ordo yaitu; Diptera dan Hymenoptera Lampiran 11 dan 12. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rizali 2000 bahwa golongan serangga parasitoid yang umum ditemukan pada persawahan di sekitar hutan ialah spesies- spesies yang berasal dari ordo Hymenoptera dan Diptera. Famili-famili dari ordo Diptera yang merupakan serangga parasitoid adalah Ceratogonidae 3 spesies, Pipunculidae 2 spesies, dan Tachinidae 1 spesies. Sedangkan famili-famili dari ordo Hymenoptera adalah Ichnemonidae 4 spesies, Spechidae 1 spesies, Tanaostigmatidae 1 spesies. Dari keseluruhan famili-famili tersebut, Pipunculidae merupakan famili dengan jumlah individu parasitoid terbanyak yaitu pada morfospesies Pipunculidae.002 dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 87 ekor, sebagian besar ditemukan pada tepi hutan Lampiran 12 dan hanya beberapa individu ditemukan di non hutan, hal senada juga dinyatakan oleh Rizali 2000 bahwa famili Pipunculidae hanya sedikit ditemukan pada lahan persawahan di Gunung Halimun. Pipunculidae merupakan parasitoid potensial bagi wereng coklat Kirk 1990. Famili Ichnemonidae dari ordo Hymenoptera merupakan famili yang ditemukan memiliki spesies terbanyak, Ichnemonidae merupakan salah satu famili serangga parasitoid potensial bagi larva serangga lain. Jumlah spesies serangga predator atau pemangsa yang ditemukan pada keseluruhan titik pengamatan ialah 9 spesies atau 6,12 Tabel 12. Serangga predator yang diperoleh adalah dari ordo Coleoptera dan Diptera Lampiran 12 dan 13. Famili-famili dari ordo Coleoptera ialah Cantharidae 1 spesies, Coccinelidae 5 spesies, Lycidae 1 spesies, Staphylinidae 1 spesies. Sementara ordo Diptera yang diperoleh hanya memiliki 1 spesies dari famili Therevidae. Rizali 2000 juga menyebutkan Coccinelidae ordo Coleoptera dalam penelitiannya sebagai salah satu predator yang umum dijumpai pada pertanaman padi. Jumlah spesies serangga parasit yang diperoleh adalah 6 spesies atau dengan proporsi perbandingan sebesar 4,08 terdiri dari 2 ordo yaitu Diptera dan Hymenoptera Lampiran 11 dan 12. Ordo Diptera hanya memiliki 1 famili yaitu Calliphoridae dengan jumlah 4 spesies, kemudian ordo Hymenoptera juga hanya memiliki 1 famili yaitu Rhopalosomatidae dengan jumlah 2 spesies. Serangga parasit ini sangat jarang karena hanya ditemukan di 6 titik pengamatan yaitu Calliphoridae pada S06, L10, dan L11, kemudian Rhopalosomatidae pada P10, S03, L09, L10, L11. Meski hasil identifikasi menunjukan bahwa kedua famili dari 2 ordo tersebut berperan sebagai parasit, namun dalam penelitian ini tidak mengamati perilaku spesies-spesies parasit tersebut sehingga kehadiran serangga parasit di bunga caisin ini belum dapat diketahui penyebabnya. Serangga skavengger atau pemakan bangkai merupakan peranan serangga yang paling sedikit diperoleh jumlah spesiesnya yaitu hanya sebanyak 5 spesies atau 3,40 dari total 147 spesies Tabel 11, mewakili famili Formicidae atau golongan semut-semut ordo Hymenoptera. Serangga-serangga skavenger ini juga sangat jarang karena hanya ditemukan di 5 titik pengamatan yaitu S02, S06, S07, L08, dan L11 Lampiran 11. 6. 2 Penyebaran dan Indeks Kesamaan Jenis Serangga Penyerbuk 6. 2. 1 Penyebaran Jenis Serangga Penyerbuk Serangga penyerbuk yang ditemukan pada 15 titik dari tepi hutan hingga jarak kira-kira 1100 meter dari tepi hutan Tabel 1 adalah sebanyak 32 spesies tersebar di 4 tipe habitat yaitu; permukiman penduduk, persawahan, perladangan, dan habitat ekoton tepi hutan. Dari keseluruhan 32 spesies tersebut, hanya terdapat 1 spesies yang memiliki penyebaran terluas disemua titik pengamatan yaitu Colletidae.002 dengan nilai frekuensi relatif sebesar 11,54, kemudian Apis cerana yang dapat ditemukan di hampir semua titik pengamatan kecuali di titik S02 dengan nilai frekuensi relatif 10,77 Tabel 14. Terdapat 4 spesies yang memiliki penyebaran ke semua tipe habitat yaitu: Colletidae.002 11,54; Apis cerana 10,77; Apidae.004 7,69; dan Ceratinini sp.002 6,15. Kemudian sisa ke-28 spesies serangga penyerbuk tersebut tersebar di beberapa tipe habitat dan bahkan hanya dapat ditemukan di habitat tertentu Tabel 14. Berdasarkan kategori tipe habitatnya, persawahan atau pada titik pengamatan S02 hingga S07, memiliki jumlah spesies serangga penyerbuk terbanyak diantara ketiga tipe habitat lainnya, yaitu sebanyak 22 spesies termasuk 4 spesies diantaranya yang dapat ditemukan di keempat habitat, dan 8 diantara 22 spesies tersebut hanya ditemukan di persawahan saja. kedelapan spesies yang memiliki penyebaran di tipe habitat persawahan saja adalah; Apis dorsata 2,31; Xylocopa confusa 1,54; Syrphidae.002 0,77; Syrphidae.016 0,77; Ceratinini.004 0,77; Colletidae.005 0,77; Fideliinae.001 0,77; Fideliinae.002 0,77. Tipe habitat ladang atau pada titik pengamatan L08 hingga L11, memiliki jumlah spesies serangga penyerbuk terbanyak ke-dua setelah tipe habitat sawah, yaitu sebanyak 18 spesies dengan 4 diantaranya hanya ditemukan di habitat ladang saja. Keempat spesies yang memiliki penyebaran di tipe habitat ladang saja adalah; Syrphidae.008 0,77; Syrphidae.009 0,77; Syrphidae.011 0,77; Ceratinini.006 0,77. Tipe habitat tepi hutan atau pada titik pengamatan H12 hingga H15, memiliki jumlah spesies serangga penyerbuk sebanyak 11 spesies dengan 4 diantaranya hanya ditemukan di habitat tepi hutan saja. Keempat spesies tersebut adalah; Apidae.003 3,08; Syrphidae.006 0,77; Syrphidae.015 0,77; dan Syrphinae.001 0,77. Permukiman penduduk atau pada titik pengamatan P01, merupakan tipe habitat yang paling sedikit memiliki spesies serangga penyerbuk. Hal tersebut dimungkinkan karena jumlah pengambilan contoh sampling di permukiman hanya 1 titik, selain disebabkan oleh faktor kondisi sekitar yang minim akan vegetasi, dan letaknya yang paling jauh dari habitat alami atau hutan. Jumlah spesies serangga penyerbuk yang terdapat di lokasi permukiman ini sebanyak 6 spesies, 4 diantaranya merupakan spesies yang terdapat di keempat tipe habitat, dan 2 sisanya ialah Andrenidae.001 3,08 dan Megachilidae.001 2,31. Selain ditemukan di lokasi permukiman, Andrenidae.001 juga ditemukan di habitat sawah, sedangkan Megachilidae.001 juga ditemukan di habitat tepi hutan. Spesies-spesies pada habitat permukiman penduduk tersusun atas spesies-spesies yang umum ditemukan pada tipe habitat lain, atau tidak ditemukan spesies yang hanya dapat ditemukan di habitat permukiman ini. Colletidae.002 merupakan morfospesies yang memiliki frekuensi relatif terbesar yaitu 11,54 yang dapat ditemukan di semua titik pengamatan. Morfospesies ini merupakan bagian dari famili Colletidae yang memiliki karakter dapat bersarang di liang-liang tanah maupun lubang-lubang pohon yang mati. Dengan karakter tersebut, Colletidae.002 dapat hidup di berbagai tipe habitat, baik habitat terbuka maupun habitat hutan atau berpohon sehingga Colletidae.002 dapat ditemukan di seluruh titik pengamatan. A. cerana juga dapat ditemukan di hampir semua titik pengamatan, kecuali titik S02 dengan frekuensi relatif sebesar 10,77. Spesies A. cerana merupakan spesies yang bersarang dengan membuat lubang-lubang di pohon, namun spesies yang dikenal sebagai lebah madu ini terkenal dengan kemampuannya untuk menjelajah cukup jauh dalam aktifitas foraging atau mencari nektar, sehingga Apis cerana dapat ditemukan di semua tipe habitat hingga ke titik P01 yang merupakan titik terjauh dari hutan. Morfospesies Apidae.004 dan Ceratinini sp.002 juga dapat ditemukan di keempat tipe habitat yang ada. Kedua morfospesies ini juga bagian dari famili Apidae seperti Apis cerana yang sering ditemukan bersarang dengan membuat lubang- lubang di pohon dan juga di sela-sela bebatuan. Morfospesies Apidae.004 dan Ceratinini sp.002 diduga memiliki kemampuan jelajah yang sama baiknya dengan Apis cerana karena di sepanjang jalur pengamatan tidak ditemukan adanya daerah dengan kondisi bebatuan terbuka, sehingga Apidae.004 dan Ceratinini sp.002 diduga bersarang pada lubang-lubang di pohon di hutan. Beberapa spesies menunjukan pola penyebaran yang identik ditemukan pada lahan terbuka seperti pada tipe habitat sawah dan pada ladang atau huma. Spesies-spesies tersebut adalah; Ceratinini sp.007; Nomia sp.005; Colletidae.001; Hylaeus sp; Syrphidae.010; Ropalidia sp.001; Andrenidae.001; Apinae.001; Xeromelissinae.001. Selain spesies-spesies tersebut, juga terdapat satu morfospesies yang memiliki pola penyebaran tidak hanya ditemukan di dalam hutan tetapi juga dapat ditemukan di sekitar hutan, morfospesies ini adalah Trigona sp.001 yang memiliki penyebaran hingga ke habitat ladang. Tidak semua spesies memiliki pola penyebaran yang berkaitan dengan lingkup habitat, karena terdapat 2 spesies yang tidak memiliki pola penyebaran yang jelas atau tidak memiliki kecenderungan, spesies-spesies tersebut adalah Andrenidae.002 dan Megachilidae.001. Morfospesies Andrenidae.002 berasal dari famili Andrenidae, yang mana semua anggota dari famili ini bersarang di liang-liang berdekatan ditemukan pada daerah yang jarang terdapat tumbuh-tumbuhan Borror et al. 1996 dan sarangnya terkubur di dalam tanah Gaulet H J T Huber 1993. Kebanyakan dari andrenid ini bersifat soliter, namun beberapa bersifat komunal, dan tidak ada yang bersifat parasit Gaulet H J T Huber 1993. Andrenidae.002 memang banyak ditemukan pada titik-titik pengamatan di habitat terbuka seperti di titik S03, S04, S06, dan L11, dan terkecuali di habitat tepi hutan yaitu pada titik H12 dan H14. Hal ini disebabkan titik H12 dan H14 merupakan titik di habitat tepi hutan yang paling berdekatan dengan habitat ladang, sehingga Andrenidae.002 masih dapat ditemukan meski di kedua titik tersebut tergolong habitat tepi hutan. Morfospesies Megachilidae.001 berasal dari famili Megachilidae memiliki sebutan sebagai lebah pemtong daun, bersarang pada rongga-rongga di alam, terkadang di dalam tanah Borror et al. 1996, di dalam batang yang berinti, atau bertempat tinggal di dalam kayu Gaulet H J T Huber 1993, dan hidup secara soliter Borror et al. 1996. Megachilidae.001 tidak hanya ditemukan di habitat tepi hutan pada titik H12 dan H14, namun juga di temukan di habitat permukiman penduduk yaitu pada titik P01 yang merupakan titik terjauh dari tepi hutan. Ditemukannya Megachilidae.001 pada habitat permukiman diduga karena habitat permukiman dekat dengan kebun warga yang umumnya ditanami pohon-pohon penghasil buah-buahan. Dengan kondisi di sekitar titik P01 yang seperti itu, sangat memungkinkan bagi Megachilidae.001 untuk bersarang sehingga spesies ini dapat ditemukan di habitat permukiman penduduk meskipun titik P01 merupakan titik terjauh dari tepi hutan.

6. 2. 2 Indeks Kesamaan Jenis Serangga Penyerbuk