3 Dominansi Serangga Penyerbuk 3. 1 Dominansi Serangga Penyerbuk di Seluruh Titik Pengamatan

Elips 3 juga memperjelas pola kemiripan dari titik-titik yang berada pada tipe habitat ladang, kecuali titik S07 yang semestinya termasuk ke dalam habitat sawah Gambar 7. Letak S07 yang berbatasan dengan habitat ladang menyebabkan keragaman jenis serangga penyerbuk di titik ini banyak disusun oleh serangga-serangga penyerbuk yang biasa ditemukan di habitat ladang seperti morfospesies Ceratinini sp.007, Nomia sp.005, dan Hylaeus sp. Elips 4 dibuat untuk memperjelas pola pengelompokan kemiripan terdekat pada titik-titik pengamatan di habitat sawah yaitu titik S02, S03, S04, S05, dan S06. Meskipun titik S01 mewakili habitat permukiman, namun dikarenakan komposisi spesies di titik tersebut sebagian besar tersusun oleh spesies-spesies yang biasa ditemukan pada habitat sawah maka diagram indeks ketidaksamaan menunjukan relasi yang dekat antara titik S01 dengan titik S05 dan S02. 6. 3 Dominansi Serangga Penyerbuk 6. 3. 1 Dominansi Serangga Penyerbuk di Seluruh Titik Pengamatan Morfospesies Colletidae.002 merupakan satu-satunya spesies serangga penyerbuk yang dapat ditemukan di seluruh titik pengamatan, sekaligus juga sebagai spesies serangga penyerbuk yang jumlah individunya mendominasi di seluruh 15 titik pengamatan, yaitu sebesar 47,52 dengan 355 individu hampir setengah dari total seluruh 747 ekor serangga. Namun sebaliknya, terdapat 13 spesies serangga penyerbuk yang hanya ditemukan pada satu titik pengamatan saja, dan bahkan 11 spesies diantaranya hanya ditemukan 1 individu singletone species selama 17 hari pengamatan. Meskipun Colletidae.002 dapat ditemukan mendominasi di seluruh titik pengamatan Tabel 16 dengan 9 titik diantaranya tercatat dengan nilai dominansi diatas atau sama dengan 50,00, yaitu dari titik P01 sampai ke titik L09, sehingga Colletidae.002 merupakan spesies serangga penyerbuk yang identik dengan kondisi habitat terbuka, yang dalam penelitian ini adalah habitat-habitat non- hutan. Hal ini didukung oleh beberapa literatur hasil penelitian yang menyatakan bahwa famili Colletidae merupakan golongan lebah-lebah penambal yang membuat liang ke dalam tanah untuk bersarang Gaulet H J T Huber 1993; Borror et al. 1996, sehingga dalam penelitian ini Colletidae.002 diduga lebih menyukai kondisi habitat yang terbuka untuk bersarang dari pada habitat yang tertutup rimbunan dan dibawah tajuk pepohonan. Trigona sp.001 merupakan spesies dominan terbesar ke-dua, yaitu dengan nilai dominansi 15,13 dari keseluruhan 747 ekor serangga penyerbuk di 15 titik pengamatan. Spesies ini dapat ditemukan di 6 titik pengamatan yaitu dari titik L10 hingga ke titik H15 Tabel 16 namun hanya mendominasi di titik L10, H12, H13, H14, dan H15. Trigona sp.001 memiliki nilai dominansi yang besar di 3 titik yaitu H12, H13, dan H15, sehingga dengan kecenderungan tersebut maka spesies ini diduga merupakan spesies yang hidup di habitat tepi hutan atau habitat hutan pada umumnya. Hal ini sesuai dengan oleh pernyataan Gaulet H dan J T Huber 1993 bahwa Trigona sp. sering ditemukan bersarang pada lubang-lubang pohon, batu- batu, atau tanah, dan di Asia Tenggara sering ditemukan pada sarang yang terbuka dengan ruang-ruang sel yang tersusun menyerupai sisir tergantung menempel dibawah cabang-cabang pohon. Trigona sp.001 merupakan salah satu spesies dari beberapa lebah yang hidup secara sosial, beraktifitas mencari nektar dengan jumlah kelompok yang besar, namun memiliki jarak penyebaran yang tidak luas. Daya jelajah Trigona sp.001 ini dapat diketahui dari jumlahnya yang mendominasi namun hanya ditemukan di tepi hutan dan di 2 titik di habitat ladang yang terdekat dengan tepi hutan yaitu L10 dan L11. Trigona sp.001 tidak ditemukan satu individu pun pada titik L09 dengan jaraknya 190 meter dari tepi hutan terdekat hingga ke titik terjauh P01 di permukiman penduduk dengan jaraknya 1100 meter dari tepi hutan terdekat. Spesies dominan ke-tiga dari keseluruhan titik pengamatan ialah Apis cerana sebesar 10,84. Spesies ini dapat dijumpai di semua tipe habitat yang ada, dan hampir ditemukan di semua titik pengamatan kecuali titik S02. Dari 14 titik penyebaran tersebut, spesies ini hanya mendominasi di 9 titik pengamatan, yaitu P01, S06, S07, L08, L09, L10, L11, H12, dan H13 Tabel 16. Berdasarkan tiap titik pengamatan, spesies ini tidak memiliki nilai dominansi diatas 50 sehingga menunjukan bahwa A. cerana bukanlah suatu spesies dominan utama dalam komunitas serangga penyerbuk di sekitar kawasan TNGHS ini. Nilai dominansi tertinggi A. cerana terdapat di titik L10 sebesar 30,10 dan kemudian nilai dominansi yang lebih rendah setelah itu berturut-turut adalah P01, L11, S07, L09, L08, H12, S06, dan H13 Tabel 17. Berdasarkan data tersebut, A. cerana terlihat memiliki kecenderungan sebagai spesies yang umum ditemukan pada habitat ladang dan permukiman. Namun berdasarkan hasil studi literatur, A. cerana berasal dari famili Apidae atau biasa disebut golongan lebah-lebahan merupakan famili yang paling umum dikenal oleh masyarakat umum sebagai lebah madu seperti pada kebanyakan genus Apis yang hidup sosial, dan bersarang di lubang- lubnag pohon Borror et al. 1996. Dominansi A. cerana di habitat ladang menunjukan bahwa spesies ini adalah spesies hutan yang memliki penyebaran yang luas dan memiliki kemampuan mencari nektar yang jauh dari sarangnya yang berada di hutan. Hal ini dapat ditunjukan dari Tabel 18. terlihat nilai dominansi yang semakin menurun pada habitat sawah yang merupakan habiat yang jauh dari tepi hutan, dan bahkan spesies ini tidak ditemukan pada titik S02 yang berjarak 940 meter dari tepi hutan terdekat. Namun pada titik P01 pada habitat permukiman yang berjarak 1100 meter dari tepi hutan, dominansi spesies ini kembali meningkat dengan nilai sebesar 17,65. Hal ini diduga karena habitat permukiman penduduk dekat dengan perkebunan buah-buahan milik warga setempat yang terdiri dari bermacam-macam pepohonan yang rimbun sehingga memberikan tempat bersarang yang cukup ideal bagi A. cerana. Selain terdapat 3 spesies dominan, keanekaragaman serangga penyerbuk di pinggir kawasan TNGHS ini juga tersusun oleh 5 spesies yang berdominansi sedang atau sub-dominan, spesies-spesies tersebut adalah; Ceratinini sp.007 4,02, Apidae.004 3,61, Colletidae.001 3,08, Hylaeus sp. 3,08, dan Nomia sp.005 2,14. Berdasarkan studi literatur, spesies-spesies sub-dominan ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok spesies yang memiliki penyebaran di habitat terbuka atau habitat non-hutan dan kelompok spesies yang hidup di hutan. Spesies-spesies sub-dominan yang merupakan kelompok habitat non-hutan adalah; Colletidae.001 dan Nomia sp.005. Morfospesies Colletidae.001 berdominansi sedang di titik-titik pengamatan; S06 2,56 dan L10 2,51, serta spesies ini memiliki nilai dominan pada titik; S02 8,33, S03 6,59, S04 10,34, S05 11,11. Titik-titik yang menjadi tempat dominan bagi Colletidae.001 menunjukan bahwa spesies ini adalah spesies serangga penyerbuk yang mengisi relung pada habitat sawah. Famili Colletidae merupakan lebah- lebah penambal yang membuat liang ke dalam tanah untuk bersarang Gaulet H J T Huber 1993; Borror et al. 1996. Morfospesies Colletidae.001 ini memiliki kemiripan dengan Colletidae.002 dalam hal penempatan habitat, namun Colletidae.002 memiliki penyebaran yang lebih luas dan kelimpahan yang jauh lebih besar dari Colletidae.001. Spesies Nomia sp.005 berdominansi sedang pada titik S07 4,75, selain itu spesies ini memiliki nilai dominan pada titik S02 12,50, L08 10,20, dan L09 6,25. Titik-titik yang menjadi tempat dominan bagi Nomia sp.005 menunjukan bahwa spesies ini adalah spesies serangga penyerbuk yang mengisi relung pada habitat terbuka seperti pada sawah dan ladang. Nomia sp.005 merupakan serangga sosial yang mengembangkan spektrum soliter berasal dari sub-famili Nominae famili Halictidae yang bersarang di permukaan tanah dan membuat liang pada tebing-tebing dengan sarang yang saling berdekatan Borror et al. 1996. Spesies-spesies sub-dominan yang merupakan kelompok habitat hutan adalah; Ceratinini sp.007, Apidae.004, dan Hylaeus sp. Spesies Ceratinini sp.007 berdominansi sedang pada titik L08 4,08, dan juga menjadi dominan pada titik-titik S03 8,79, S04 6,90, S05 15,56, S07 7,14, dan L09 8,70. Genus Ceratinini hidup berkoloni, dengan hampir semua spesies dari genus ini bersarang di kayu dan batang Gaulet H J T Huber 1993, atau melubangi sumsum dari batang-batang berbagai semak-semak Borror et al 1996. Ceratinini sp.007 ditemukan berdominansi pada habitat terbuka dan tidak satupun ditemukan pada habitat tepi hutan. Hal ini diduga karena Ceratinini sp.007 tidak mendapatkan relung pada habitat tapi hutan yang telah terisi dan didominasi oleh spesies-spesies yang umum ditemukan di tepi hutan. Morfospesies Apidae.004 berdominansi sedang pada titik-titik S02 4,17, S06 2,56, L08 4,08, L10 3,88, L11 4,48, dan H14 3,45, sedangkan morfospesies ini berdominan pada titik-titik P01 5,88, S04 5,71, dan H15 31,03. Morfospesies Apidae.004 berasal dari famili Apidae yang juga biasa disebut golongan lebah- lebahan yang hidup sosial, dan bersarang di lubang-lubang pohon Borror et al. 1996. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya nilai dominansi pada titik H15 yang merupakan titik tepi hutan terdalam atau terjauh dari habitat ladang. Apidae.004 memiliki penyebaran yang luas, daya jelajah yang jauh, dan dapat ditemukan di keempat tipe habitat di pinggir kawasan hutan TNGHS ini, meskipun tidak sebaik A. cerana yang ditemukan di semua titik pengamatan kecuali titik S02. Apidae.004 pun menjadi spesies dominan di habitat permukiman di titik P01 juga diduga karena habitat permukiman penduduk dekat dengan perkebunan buah-buahan milik warga setempat yang terdiri dari bermacam- macam pepohonan yang rimbun sehingga memberikan tempat bersarang yang cukup ideal bagi Apidae.004. Spesies Hylaeus sp. berdominansi sedang pada titik- titik S04 3,45, S07 4,76, L08 2,04, dan L09 2,17, serta menjadi spesies dominan pada titik L11 24,19. Genus Hylaeus dicirikan dengan betina yang tidak memiliki scopa, polen dibawa ke sarang bersamaan dengan nektar. Kebanyakan dari genus ini bersarang di lubang-lubang pohon yang mati atau di batang berongga Gaulet H J T Huber 1993, juga pada celah-celah dan liang di tanah Borror et al. 1996. Dari hasil studi literatur tersebut cukup dapat menjelaskan mengapa Hylaeus sp. ditemukan mendominasi hampir seperempat kelimpahan serangga penyerbuk di titik L11. Kondisi sekitar titik L11 sangatlah ideal bagi spesies ini untuk bersarang, karena di titik terdekat dengan tepi hutan ini banyak dijumpai semak-semak dan tunggak-tungak atau batang-batang pohon yang mati dan melapuk sisa tebangan pohon oleh warga kampung untuk kayu bakar. Hylaeus sp. tidak ditemukan di 4 titik di hutan diduga karena spesies ini lebih mudah menemukan hamparan mekar bunga pada habitat terbuka dibandingkan dengan kemampuan spesies serangga penyerbuk hutan lainnya yang dapat menemukan sepetak hamparan mekar bunga di bawah tajuk pepohonan.

6. 3. 2 Dominansi Serangga Penyerbuk Pada Tiap-tiap Habitat