Dimensi Ekonomi Analisis Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Di Pesisir Kota Ambon

107 pengeksploitasi sumberdaya ikan 5-10 tahun terakhir, serta pengaruh nelayan keterkaitan nelayan dalam proses penyusunan regulasi pengelolaan perikanan.  Atribut tingkat pendidikan nelayan pendidikan formal Pendidikan merupakan kunci berkualitasnya sumberdaya manusia. Rendahnya tingkat pendidikan yang dienyam oleh masyarakat nelayan berdampak kepada perilaku, cara berpikir dan produktivitas. Ini merupakan masalah yang cukup krusial sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Namun hal ini jarang sekali terjadi pada nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik mulai dari lulusan SMU sampai pada Perguruan tinggi. Skor penilaian yang diberikan terhadap atribut ini adalah 1, berarti tingkat pendidikan nelayan jaring purse seine di Kota Ambon cukup atau dapat mengimbangi penduduk yang lain.  Atribut pengetahuan tingkat pengetahuan nelayan mengenai isu-isu lingkungan seperti illegal fishing, pencemaran, kerusakan terumbu karang, dsb Secara ekologis manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai sumberdaya untuk dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka segala sesuatu yang terjadi di lingkungan ini merupakan tanggung jawab umat manusia. Salah satunya adalah kondisi lingkungan laut yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh masyarakat pesisir yang didalamnya termasuk para nelayan, apalagi hal hal yang sangat berkaitan dengan mata pencahariannya. Hingga saat ini masyarakat nelayan cukup peka terhadap berbagai isu dan masalah yang terjadi di perairan tempat dimana mereka mencari nafkah. Skor yang diberikan adalah 1, berarti nelayan memilki pengetahuan yang cukup tentang berbagai isu dan masalah lingkungan Pesisir di Kota Ambon. 108  Atribut status dan frekuensi konflik ada atau tidaknya konflik pemanfaatan ruangperebutan Daerah Penangkapan Ikan DPI baik antar nelayan maupun dengan sektor lain Akar permasalahan status dan frekuensi konflik pemanfaatan ruang atau berbagai pertikaian perebutan wilayah tangkap tersebut lebih didominasi oleh semakin menurunnya sumberdaya ikan di wilayah perairan dan belum terkendalinya jumlah kapal dan nelayan kecil di perairan. Penilaian terhadap atribut ini adalah 0 yang berarti tidak ada konflik pemanfaatan ruang dan perebutan daerah penangkapan ikan. Hal ini dapat terjadi karena di Kota Ambon ada aturan-aturan pemanfaatan sumberdaya yang merupakan budaya masyarakat yang masih dijunjung tinggi nilainya.  Atribut partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan memproses menjual Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan KIARA mengisyaratkan untuk perlunya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap perempuan nelayan karena mereka telah berkontribusi lebih dari 48 untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Peran penting perempuan nelayan dalam proses pengolahan dan pemasaran, perempuan nelayan berperan sebagai penyedia dan pelestari pangan, serta pengusaha dalam kegiatan pengolahan ikan. Hal ini pun terjadi di Kota Ambon, hanya kegiatan penangkapan ikan saja yang tidak dilakukan oleh perempuan, namun untuk pemasaran dan pengolahan dilakukan oleh kaum perempuan yang tidak lain mereka adalah jibu-jibu yang di dalamnya ada istri nelayan, ibu nelayan, anak nelayan ataupun wanita papalele ikan yang tidak bertalian darah dengan para nelayan penangkap ikan pelagis kecil dengan menggunakan jaring purse seine. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 1, berarti ada keluarga nelayan purse seine yang berpartisipasi dalam kegiatan memasarkan dan mengolah ikan pelagis kecil hasil tangkapan di Pesisir Kota Ambon.  Atribut frekuensi pertemuan antar warga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan Pengertian manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang 109 diinginkan dengan dirinya sendiri, karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan. Hal ini berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat baik berdasarkan letak geografis, mata pencaharian bahkan pendidikan dan jenis kelaminnya. Salah satunya adalah nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 2, berarti lebih dari sekali dalam setahun ada pertemuan antar warga, baik formal maupun non formal untuk membicarakan tentang pengelolaan sumberdaya perikanan di Pesisir Kota Ambon.  Atribut frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk nelayan Rendahnya tingkat pendidikan yang berdampak pada kualitas SDM yang kompeten dapat diatasi dengan kegiatan pembinaan dan penyuluhan serta pelatihan yang tepat sasaran, sehingga apa yang disuluhkan bermanfaat dan bisa diaplikasikan yang hasilnya berdampak langsung bagi kesejahteraan nelayan. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 2 yang berarti pelatihan dan penyuluhan utuk nelayan selalu dilakukan dengan frekuensi 1 sampai 5 kali dalam setahun.  Atribut pertumbuhan pekerja atau Rumah Tangga Perikanan pengeksploitasi sumberdaya ikan 5-10 tahun terkahir Menurut Charles 2001, pengertian dari rumah tangga perikanan yaitu terdapat paling tidak satu anggota yang dilibatkan dalam kegiatan perikanan. Pertumbuhan RTP di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 40. 110 Tabel 40. Pertumbuhan RTP di Kota Ambon tahun 1999-2006 Tahun RTP 1999 4.012 2000 4.117 2001 4.236 2002 3.289 2003 3.311 2004 3.359 2005 3.369 2006 3.378 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2011 Dalam konteks ini, rumah tangga perikanan yaitu semua masyarakat yang berada di sekitar pesisir dan hidupnya tergantung dengan sumberdaya perikanan dan laut. Di dalam kehidupan baik sosial, ekonomi dan budaya, rumah tangga perikanan sendiri memiliki sifat dan karakteristik yang unik. Berdasarkan data statistik kota Ambon pada Tabel 40, pertumbuhan RTP di Kota Ambon menurun pada tahun 1999-2001 dan meningkat lagi pada tahun 2002-2006. Penilaian yang diberikan untuk atribut ini adalah 0 yang berarti pertumbuhan RTP dari tahun ke tahun sebesar 10  Atribut pengaruh nelayan keterkaitan nelayan dalam proses penyusunan regulasi pengelolaan perikanan. Perikanan di Indonesia melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari para pengambil kebijakan sampai kepada nelayan. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam penyusunan dan penetapan regulasi pengelolaan perikanan perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat terutama nelayan. di Kota Ambon khususnya nelayan yang melaksanakan usaha perikanan tangkap dengan menggunakan purse seine mengaku bahwa seringkali pendapat mereka ditanyakan namun dalam penyusunan dan penetapan regulasi pengelolaan perikanan program pemerintah belum memihak kepada nelayan, kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kebijakan yang pro nelayan mutlak diperlukan, yakni sebuah kebijakan sosial yang akan mensejahterakan masyarakat dan kehidupan nelayan. Penilaian yang diberikan terhadap atribut 111 ini adalah 1 yang berarti dalam penyusunan dan penetapan regulasi pengelolaan perikanan ada keterlibatan nelayan purse seine. Hasil penilaian terhadap 8 atribut dimensi sosial disajikan dalam Tabel 41. Nilai skor pada dimensi sosial ini dianalisis menggunakan MDS dan Teknik Rapfish Lampiran 17. Tabel 41. Hasil penilaian atribut dalam dimensi sosial. No Atribut Pilihan Skor Baik Good Buruk Bad Nilai Skor Keterangan 1 Tingkat pendidikan nelayan pendidikan formal 0;1;2 2 1 Nilai Modus 2 Pengetahuan tingkat pengetahuan nelayan mengenai isu-isu lingkungan, seperti Ilegal fishing, pencemaran, kerusakan terumbu karang, dsb 0;1;2 2 1 Nilai Modus 3 Status dan frekuensi konflik ada atau tidaknya konflik pemanfaatan ruang perebutan DPI baik antar nelayan maupun dengan sektor lain, misal :perhubungan laut 0;1 1 Nilai Modus 4 Partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan memproses menjual 0;1 1 1 Nilai Modus 5 Frekuensi pertemuan antarwarga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan 0;1;2 2 2 Nilai Modus 6 Frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk nelayan 0;1;2;3 3 2 Nilai Modus 7 Pertumbuhan pekerjaRTP pengeksploitasi SDI 5-10 tahun terkahir 0;1;2 2 Data Statistik 8 Pengaruh nelayan keterkaitan nelayan dalam proses penyusunan regulasi pengelolaan perikanan 0;1 1 1 Nilai Modus Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Nilai stress yang diperoleh untuk dimensi sosial ini adalah 13,57. Menurut prosedur multidimensional scaling MDS diacu dalam Fauzi dan Anna 2004, jika nilai stress yang dilambangkan dengan S semakin rendah artinya menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Nilai stress S sudah memenuhi kondisi fit goodness of fit, karena S 25. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap secara sosial sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 25. 112 Gambar 25 Hasil analisis MDS dengan menggunakan teknik Rapfish untuk dimensi sosial sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon Nilai statistik yang diperoleh dari MDS dalam Rapfish pada dimensi sosial dapat dilihat pada Tabel 42 sebagai berikut. Tabel 42. Nilai statistik yang diperoleh dari hasil analisis Rapfish pada dimensi sosial No Atribut Statistik Nilai Statistik Persentase 1 Stress 0,1357 13,57 2 R 2 0,9477 94,77 3 Jumlah Iterasi 2 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Tabel 42 menunjukkan Nilai koefisien determinasi selang kepercayaan atau R 2 sebesar 94,77. Hasil simulasi Monte Carlo untuk dimensi sosial menunjukkan bahwa kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis kecil di Kota Ambon dengan alat tangkap Purse seine tidak banyak mengalami gangguan perturbation. Hal ini ditunjukkan oleh plot yang memusat atau kurang menyebar dan dapat dilihat dalam Gambar 26. Gambar 26. Kestabilan nilai ordinasi hasil Rapfish dengan Monte Carlo pada dimensi sosial sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon 113 Analisis sensitivitas pada dimensi sosial dengan metode analisis leverage pada Rapfish dapat dilihat pada Gambar 27 sebagai berikut. Gambar 27. Analisis distribusi sensitivitas atribut pada dimensi sosial sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon Analisis sensitivitas pada dimensi sosial dengan metode analisis leverage pada Rapfish memperlihatkan bahwa Atribut Partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan memprosesmenjual dan frekuensi pertemuan antar warga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan perikanan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Perubahan sedikit saja pada atribut ini akan berdampak besar terhadap status keberlanjutan pada dimensi sosial. Hal ini dapat dilihat dari nilai root mean square change Gambar 27, angka dari kedua atribut tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan atribut-atribut lainnya.

5.6.4 Dimensi Teknologi

Perkembangan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap khususnya ikan pelagis kecil semakin dihiasi dengan persaingan dalam memaksimalkan produksi. Salah satu cara yang harus dilakukan oleh nelayan agar mampu bertahan dalam persaingan ini adalah penguasaan teknologi. Akses pemanfaatan teknologi yang terbatas serta keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam penggunaan teknologi ini menjadi salah satu kendala dan pemicu adanya eksploitasi sumberdaya yang merusak potensi lestari dan berdampak negatif bagi lingkungan. Salah satu tujuan pengembangan teknologi serta penguasaannya adalah untuk 114 meningkatkan produktivitas penangkapan guna memenuhi permintaan konsumsi yang terus meningkat baik kebutuhan pasar lokal maupun internasional. Persaingan yang terjadi biasanya ditandai dengan penggunaan alat tangkap yang produktif namun kurang ramah lingkungan bahkan bersifat destruktif, dan selebihnya bisa menimbulkan konflik antar nelayan apabila hal ini dilakukan di wilayah penangkapan yang sama. Di Kota Ambon para nelayan sudah cukup menguasai teknologi penangkapan yang baru, hal ini dikarenakan lebihnya frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk masyarakat nelayan terutama pada saat diberikannya bantuan berupa alat tangkap kepada masyarakat nelayan Kajian dimensi teknologi ini sangat penting karena penerapan teknologi menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat nelayan menguasai teknologi. Selain itu, pengaplikasian teknologi yang tepat guna, dapat memberikan dampak secara langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial masyarakat, serta kondisi ekologi sumberdaya laut yang dimanfaatkan. Kajian dimensi teknologi terbagi atas beberapa atribut, yaitu pilihan terhadap tempat pendaratan ikan, lama trip penangkapan ikan, jenis alat tangkap, penanganan di kapal sebelum didaratkan, ukuran kapal penangkapan ikan, penanganan pascapanen, penggunaan alat bantu perikanan yang destruktif, perubahan daya tangkap yang bergantung pada kemampuan menangkap ikan yaitu dilihat dari banyaknya pertambahan kapal atau jumlah trip dalam periode waktu tertentu.  Pilihan terhadap tempat pendaratan ikan Tempat pendaratan ikan merupakan salah satu faktor yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan jibu-jibu. Semakin jauh jarak tempat pendaratan ikan dengan pasar tempat ikan dipasarkan akan mengakibatkan bertambahnya biaya operasional dan mengurangi pendapatan yang diperoleh nelayan. Hal ini pun terjadi di Kota Ambon, khusus untuk nelayan purse seine setelah mendaratkan ikan di pesisir pantai para jibu-jibu telah bersiap-siap untuk melanjutkan rantai pemasaran hingga tiba di pasar ikan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Kota Ambon. Hal ini terjadi karena jarak area penangkapan ikan dengan tempat pendaratan ikan sangat jauh sehingga pesisir pantai terdekat dijadikan tempat pendaratan ikan. 115 Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 0 yang berarti pilihan terhadap tempat pendaratan ikan tersebar karena area penangkapan ikan jauh dari tempat pendaratan ikan yang telah disediakan.  Atribut lama trip penangkapan ikan Lama trip penangkapan ikan menentukan besarnya biaya operasional yang dikeluarkan oleh pemilik purse seine dan juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Sebagian besar purse seine di Pesisir Kota Ambon memiliki lama trip penangkapan kurang dari 1 hari atau kurang lebih 6-8 jam dengan perjalanan pergi pulang. Penilaian yang diberikan untuk atribut ini adalah 0 yang berarti lama trip penangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan purse seine adalah kurang dari 1 hari.  Atribut jenis alat tangkap Jenis alat tangkap purse seine terbagi dua, yaitu berdasarkan teknik operasi dan berdasarkan jumlah kapal. Purse seine adalah alat tangkap yang mengurung gerombolan kemudian tali kerut purse line ditarik hingga jaring membentuk kantong yang besar. Kemudian ikan dipindahkan ke kapal menggunakan alat bantu serok. Penilaian yang diberikan terhadap atribut ini adalah 2 yaitu jenis dan sifat alat tangkap mayoritas aktif.  Penanganan di kapal sebelum didaratkan Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine dapat menyebabkan kemunduran mutu pada ikan, karena perlawanan ikan pada saat telah tersengat dengan jaring, apalagi bila ditambah dengan Jarak tempat pendaratan ikan dengan lokasi penangkapan ikan. Di Kota Ambon jarak yang kurang dari 3 jam antara tempat pendaratan ikan dan lokasi penangkapan ikan mengizinkan para nelayan untuk tidak melakukan tindakan apapun selama ikan di atas kapal sebelum didaratkan. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 0 yang berarti tidak ada penanganan di atas kapal sebelum ikan didaratkan.  Atribut ukuran kapal penangkapan ikan Kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, dan pelatihan atau eksplorasi perikanan. Kapal purse seine adalah kapal yang 116 secara khusus dirancang dan dibangun untuk digunakan menangkap ikan dengan alat tangkap jenis purse seine, dan sekaligus menampung, menyimpan dan mengangkut hasil tangkapannya. Ukuran kapal penangkapan ikan pelagis kecil kapal purse seine di Pesisir Kota Ambon, berukuran antara 18 –25m. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 2 yang berarti kapal purse seine yang dipakai untuk menangkap ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon berukuran lebih dari 10m Gambar 28. Gambar 28 Kapal purse seine di Pesisir Kota Ambon  Atribut penanganan pascapanen Sejatinya perikanan merupakan suatu sistem bisnis yang terdiri dari tiga subsistem utama, yakni produksi, penanganan dan pengolahan handling and processing, serta pemasaran. Pada subsistem produksi, menghasilkan produk primer perikanan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu penangkapan dan budidaya. Sementara itu, tugas subsistem penanganan dan pengolahan pasca panen adalah untuk menjamin bahwa kualitas keamanan safety, rasa taste, bentuk sajian, serta kemasan packaging ikan dan produk perikanan memenuhi segenap persyaratan dan selera konsumen pasar. Pada subsistem inilah, proses peningkatan nilai tambah terhadap ikan dan produk perikanan berlangsung. Subsistem pemasaran adalah bagaimana menjual hasil tangkapan yang segar atau belum diolah maupun yang sudah melalui proses pasca panen. Di Kota Ambon khusus untuk subsistem pascapanen memang cukup banyak rumah tangga perikanan yang melakukannya namun tidak langsung dilakukan oleh para nelayan purse seine. Jadi skor yang diberikan adalah 0 yang berarti 117 nelayan langsung menjual hasil tangkapan tanpa melalui penanganan pasca panen.  Atribut penggunaan alat bantu perikanan yang destruktif Penggunaan alat tangkap yang tepat guna akan memberikan dampak yang baik terhadap sumberdaya. Ada alat tangkap yang efektif namun destruktif dan ada yang sebaliknya. Alat tangkap yang destruktif adalah alat tangkap yang bersifat merusak, memusnahkan atau menghancurkan. Purse seine adalah jaring yang terbentuk empat persegi panjang, dilengkapi tali kerut yang bercincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring sehingga membentuk kerut dan seperti mangkuk. Alat penangkapan ikan ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan ikan pelagis. Alat tangkap ini tergolong efektif terhadap target spesies dan kecenderungan tidak destruktif. Aktivitas penangkapan ikan pelagis kecil menggunakan purse seine di Pesisir Kota Ambon tidak melibatkan alat bantu lain yang bersifat destruktif. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 0 yang berarti tidak ada penggunaan alat bantu perikanan yang bersifat destruktif.  Atribut perubahan daya tangkap besaran kemampuan menangkap ikan dilihat dari banyaknya pertambahan kapaljumlah trip dalam periode waktu tertentu Pengalokasian sejumlah alat tangkap untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada dasarnya selalu dihadapkan pada keterbatasan kendala ketersediaan sumberdaya ikan di perairan. Tabel 43 Jumlah alat tangkap purse seine di Pesisir Kota Ambon tahun 1999-2008 Tahun Jumlah Alat tangkap 1999 29 2000 18 2001 18 2002 20 2003 36 2004 36 2005 37 2006 42 2007 48 2008 48 Sumber : Badan Pusat Statistik BPSKota Ambon, 2011