Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Berkelanjutan

32 atas bahwa analisis ini merupakan proses membumikan indikator yang dikembangkan oleh Pitcher dan Preikshot 2001, dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi Indonesia termasuk karakteristik tropical fisheries, multispecies dan open access. Kelima dimensi dan masing-masing atributnya, yaitu:

1. Dimensi Ekologi

Dimensi ekologi merupakan cerminan dari buruknya kualitas lingkungan dan sumberdaya perikanan tangkap berikut proses-proses alami didalamnya baik yang dapat atau tidak dapat mendukung secara berkelanjutan setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam sektor perikanan tangkap. Dimensi ini diterjemahkan dalam tujuh atribut PRPPSE, 2002 yaitu Exploitation Status k, Recruitment Variability, Change in trophic level, migratory range, range collapse, catch before maturity dan discarded by catch. Di Indonesia atribut tambahannya yaitu size of caught dan primary production Hartono et al 2005.

2. Dimensi Sosial

Dimensi sosial merupakan dimensi yang mencerminkan bagaimana sistem sosial manusia masyarakat perikanan tangkap yang terjadi dan berlangsung dapat atau tidak dapat mendukung berlangsungnya pembangunan perikanan tangkap dalam jangka panjang dan secara berkelanjutan. Dimensi ini ada 11 atribut PRPPSE 2002 ada dua atribut yang perlu dihilangkan jika diimplementasikan di Indonesia yaitu atribut Adjacency and Reliances dan Influences Ethical Formation dan yang tetap diperlukan yaitu atribut Sozialization of Fishing, New Entrants into the fishery, fishing sector, environment knowledge, education level, conflict status, fisher influence, fishing income dan kin participation Hartono et al 2005.

3. Dimensi teknologi

Dimensi teknologi merupakan dimensi yang menggambarkan derajat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dengan menggunakan suatu teknologi. Teknologi yang dapat mendukung dalam jangka panjang dan secara berkesinambungan setiap ekonomi dalam sektor perikanan tangkap. Di dalam dimensi ini ada 10 atribut PRPPSE 2002 semuanya bisa diimplementasikan di Indonesia yaitu atribut trips length, landing sites, onboard handing, pre sale 33 processing, gear, selective gear, FADS, vessel size, catching power dan gear side effect Hartono et al. 2005.

4. Dimensi Pengaturan Government

Dimensi pengaturan merupakan dimensi yang menggambarkan dari derajat pengaturan kegiatan ekonomi manusia terhadap lingkungan perairan laut dan sumberdaya perikanan tangkap yang terkandung di dalamnya. Ini haruslah berlandaskan etika lingkungan inilah yang membuat dimensi ini sebelumnya dinamai dimensi etika yaitu setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia harus disertai dengan pertimbangan terhadap penciptaan keberlangsungan fungsi lingkungan beserta keberadaan sumberdaya yang ada didalamnya. Dalam dimensi pengaturan ini ada tiga atribut yang ditambahkan yaitu Ilegal fishing, discards and wastes dan number of coastal regulations. Dua atribut yang perlu dihilangkan dalam implemetasi di wilayah Indonesia yaitu Limimed entry dan Marketable Right. Atribut yang tetap bertahan yang dapat diimplementasikan di Indonesia yaitu alternatives, equity in entry into fishery, just management, mitigation habitat destruction dan mitigation ecosystem depletion Hartono et al. 2005.

5. Dimensi Ekonomi

Dimensi ekonomi merupakan dimensi yang menggambarkan dari derajat pengaturan kegiatan ekonomi manusia dalam pengelolaan pembangunan berkelanjutan. Didalam dimensi ekonomi ini ada sembilan atribut PRPPSE 2002 namun hanya empat atribut yang bisa dimplementasikan di Indonesia yaitu atribut Profitability, Limited entry, Other income dan Fisheries in GDP Hartono et al. 2005 Ada lima atribut yang dihilangkan yaitu marketable right, sector employment, ownershiptransfer, market dan subsidy k. 34 Awal Analisis Rapfish Mereview atribut dan mendefinisikan atribut perikanan yang akan dianalisis Mengidentifikasi dan melakukan penilaian scoring perikanan yang akan dianalisis Skoring yang didasarkan pada ketentuan yang sudah ditetapkan Rapfish Multi Dimension Scalling MDS untuk menentukan posisi relative dari perikanan terhadap ordinasi good dan bad Analisis Leverage untuk menentukan anomali dari atribut yang akan dianalisis Analisis Monte Carlo untuk menentukan aspek ketidakpastian dari atribut yang akan dianalisis Nilai Status Keberlanjutan Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan multi-dimensional scalling MDS. MDS sendiri pada dasarnya merupakan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multidimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah Fauzi dan Anna 2005.

2.6 Kebijakan Perikanan

Kebijakan atau policy Kusumastanto et al 2009 adalah keputusan- keputusan yang dibuat oleh policy makers power = memiliki kekuasaan, demi kepentingan publik guna meningkatkan kesejahteraan social-well being. Menurut Parson 2001, kebijakan adalah seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik, dan merupakan manivestasi dari penilaian yang penuh pertimbangan. Menurut Simatupang 2001, kebijakan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kebijakan privat dan kebijakan publik. Kebijakan privat adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga swasta dan tidak bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain. Kebijakan publik adalah tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan privat. Hogwood dan Gunn 1986 diacu dalam Suyasa 2007 menambahkan bahwa, ciri-ciri kebijakan publik yaitu: Gambar 7. Pertumbuhan r aplikasi Rapfish data perikanan Alder et al. 2004 35 1 Dibuat atau diproses oleh lembaga pemerintah atau berdasarkan prosedur yang ditetapkan pemerintah. 2 Bersifat memaksa, berpengaruh terhadap tindakan privat masyarakat luas atau publik Dari uraian di atas, maka kebijakan perikanan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh policy makers dalam pembangunan kelautan atau ocean development secara bijaksana untuk kepentingan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau social-well being. Kebijakan pembangunan perikanan dapat dikelompokkan ke dalam kebijakan publik, yaitu suatu keputusan dan tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan perikanan, guna mewujudkan pembangunan nasional. Pola pikir Penyusunan Kebijakan Kelautan Indonesia KKI, dibuat berlandaskan pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara dan UNCLOS 1982 sebagai acuan hukum internasional tentang laut International Constitution for the Oceans yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui UU No.17 tahun 1985. Selain itu UU tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN adalah dasar hukum yang juga penting dalam Kondisi Yang diinginkan Kebijakan Strategi Analisis kebijakan Konsep Kebijakan Kondisi Saat ini Kebijakan Kelautan Indonesia Landasan Kebijakan UUD 1945 UNCLOS 1982 Lingkungan Strategis Global Regional Nasional Gambar 8. Proses Penyusunan Kebijakan Kelautan Indonesia Kusumastanto et al. 2009 36 pembangunan kelautan Indonesia dengan telah menetapkan visi pembangunan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan Nasional. Penyusunan kebijakan mempertimbangkan kondisi saat ini dalam rangka mewujudkan kondisi perikanan dan kelautan yang diinginkan, maka kebijakan di setiap kawasan di seluruh Indonesia, mengacu dari konsep Kebijakan Kelautan Indonesia, yang dapat digambarkan pada Gambar 8. Siry 2010 dalam Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia mengemukakan Kawasan Timur Indonesia merupakan representasi terbaik dari kawasan yang memiliki potensi besar sektor kelautan dan perikanan untuk menopang perekonomian dan pembangunan. Kawasan ini mencakup beberapa provinsi kepulauan seperti Maluku dan Maluku Utara dengan geografi wilayah terdiri dari ribuan pulau kecil yang dihubungkan dengan badan-badan air yang luasnya jauh melebihi wilayah daratan serta memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Kelimpahan sumberdaya alam perairan, yang terkait dengan karakteristik dan letak geografis Kawasan Timur Indonesia diperkirakan tidak hanya mampu mendorong perkembangan ekonomi lokal, melainkan juga memiliki peluang untuk menopang kekuatan perekonomian nasional. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini Kawasan Timur Indonesia relatif tertinggal dalam capaian pembangunannya dibanding Kawasan Barat Indonesia walaupun memiliki potensi yang besar. Pendapatan per kapita kawasan timur jauh lebih kecil dibanding kawasan barat. Dalam konteks kelautan dan perikanan, data menunjukkan bahwa potensi sumberdaya yang ada belum dimanfaatkan serta dikelola secara optimal. Untuk itu diperlukan upaya akselarasi pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan. Perumusan kebijakan kelautan menurut Kusumastanto 2002 meliputi tiga tingkatan, yaitu tingkatan politik, organisasi dan implementasi. Tingkatan politis kebijakan terdiri atas lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Tingkatan organisasi institusi, aturan main terdiri atas lembaga departemen dan non departemen yang memiliki tugas dan fungsi, keterkaitan koordinatif dan saling mendukung. Tingkatan implementasi evaluasi, umpan balik terdiri atas unsur nelayan, petani, pengusaha dan sebagainya yang berperan dalam implementasi kebijakan pemerintah dalam bidang perikanan dan kelautan. 37

2.7 Analisis Kebijakan

Dunn 2000 mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Amara Raksasatya diacu dalam Islamy 2002 mengemukakan bahwa kebijaksanaan adalah suatu taktik atau strategi tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan memuat 3 tiga elemen, yaitu 1 Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai; 2 Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; dan 3 Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi. Pendapat tersebut dipertegas oleh Patton dan Savicky diacu dalam Nugroho 2004, bahwa: “Analisa kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebi jakan yang sudah ada.” Prosedur umum yang harus dilalui dalam analisis kebijakan dikemukakan oleh Dunn diacu dalam Darwin 2003, yaitu : 1 Peliputan deskripsi, untuk menghasilkan informasi mengenai sebab dan akibat kebijakan di masa lalu; 2 Peramalan prediksi, untuk menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan di masa mendatang; 3 Evaluasi evaluasi, adalah pembuatan informasi mengenai nilai atau harga dari kebijakan di masa lalu dan di masa mendatang; 4 Rekomendasi preskripsi, untuk menghasilkan informasi mengenai kemungkinan bahwa arah tindakan di masa mendatang akan menimbulkan akibat-akibat yang bernilai. Menurut Partowidagdo 1999, analisis kebijakan mempunyai tujuan yang bersifat penandaan designatif berdasarkan fakta, bersifat penilaian dan anjuran. Prosedur analisis berdasarkan waktu dan letak hubungannya dengan tindakan dibagi dua, yaitu ex ante dan ex post. Prediksi dan rekomendasi digunakan 38 Retrospektif Ex post : Apa yang akan terjadi dan perbedaan apa yang dibuat Prospektif Ex Ante : Apa yang akan terjadi dan perbedaan apa yang harus dilakukan sebelum tindakan diambil atau untuk masa datang ex ante, sedangkan deskripsi dan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi atau dari masa lalu ex post. Analisis ex post berhubungan dengan analisis kebijakan retrospektif, biasa dilakukan oleh ahli-ahli ilmu sosial dan politik. Analisis ex ante berhubungan dengan analisis kebijakan prospektif, biasa dilakukan oleh ahli ekonomi, sistem analisis dan operation research. Analisis kebijakan biasanya terdiri atas perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi dan kesimpulan. Bentuk-bentuk analisis dari Dunn dapat dilihat pada Gambar 9. Ada tiga pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris, pendekatan evaluatif dan pendekatan normatif. Pendekatan empiris adalah pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari kebijakan publik. Pendekatan evaluatif adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang berkenaan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan. Gambar 9. Bentuk analisis kebijakan Dunn 2003 Merumuskan sebuah kebijakan kadang memiliki permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang 39 sulit disimpulkan. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan policy model adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model-model kebijakan tersebut adalah model deskriptif, model verbal, model normatif, model simbolik, model prosedural, model pengganti dan model prespektif. Perumusan kebijakan tidak dapat menerapkan model yang sama untuk semua persoalan walaupun berada pada satu sektor yang sama. Menurut Jay forrester diacu dalam Dunn Sapanli 2009, persoalannya adalah pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada. Berbagai model pemilihan yang digunakan akhirnya akan menghasilkan sebuah keputusan. Berbagai keputusan dalam kehidupan sehari hari, sering menggunakan intuisi, padahal dengan menggunakan intuisi banyak memiliki kekurangan. Alternatif keputusan adalah pilihan keputusan yang jumlahnya lebih dari satu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Marimin dan Maghfiroh, 2011. Penilaian terhadap berbagai keputusan, tentulah membutuhkan kriteria guna mengambil keputusan yang benar Kriteria keputusan adalah pertimbangan dalam penerapan alternatif keputusan Marimin dan Maghfiroh 2011. Pentingnya kriteria adalah untuk mempermudah pengklasifikasian sesuatu masalah sehingga keputusan yang diambil lebih baik, tepat dan cepat berdasarkan perbandingan satu atau lebih alternatif keputusan yang dihasilkan. Berbagai alternatif yang dilakukan dilatarbelakangi oleh informasi yang sudah disajikan dan diolah. Informasi tersebut terbentuk dari berbagai data maupun pendapat dari pakar atau sumber yang dapat dipercaya berdasarkan masalah yang dihadapi. Sesudah itu, keputusan yang telah diambil terhadap berbagai alternatif yang ada akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan perumusan kebijakan Perumusan kebijakan dapat menggunakan metode deskriptif melalui analisis pengambilan keputusan MPE Metode Perbandingan Eksponensial. MPE kelihatan sederhana karena didalam pengambilan keputusannya berdasarkan 40 karakteristik setiap kasus. MPE biasanya digunakan apabila penilaian menggunakan nilai yang seragam, baik rentang dan arah penilaiannya serta menggunakan nilai ordinal. Metode Perbandingan Eksponensial MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Penentuan tingkat kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat, sedangkan penetuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan kriterianya.