Atribut Sensitif dan Respon setiap Dimensi Keberlanjutan
140 perlindungan kepentingan nelayan, pengaturan izin penangkapan,
pengaturan alat penangkapan ikan, pengaturan alat penangkapan ikan, pengaturan upaya penangkapan ikan, pengaturan jenis dan ukuran yang
boleh ditangkap, pengaturan jalur dan zonasi penangkapan ikan, sanksi terhadap pelanggaran dan pungutan perikanan bagi setiap nelayan yang
melanggar aturan tersebut.
2 Kelembagaan Informal
Kelembagaan informal dalam hal ini adalah lembaga-lembaga yang dibentuk oleh nelayan yang ada di Kota Ambon, yaitu merupakan
kesepakatan bersama oleh kelompok nelayan. Di dalam kesepakatan tersebut terdapat struktur kelembagaan yang cukup baik, guna mengelola
dan mengurus berbagai kepentingan kelompok nelayan. Hal ini mendukung kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku
Tengah, dalam memberikan paket bantuan kepada nelayan. Pemberian bantuan diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh nelayan yang
terdaftar sebagai anggota kelompok legal. Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, maka desain kelembagaan yang
direncanakan untuk diterapkan di Kota Ambon khususnya kelompok nelayan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil terlihat pada
Gambar 37. Pihak yang terlibat dalam desain ini dimulai dari pihak Dinas Kelautan dan
Perikanan DKP Kota Ambon, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan pihak Perbankan yang saling
berkoordinasi untuk melaksanakan fungsi sesuai dengan kapasitasnya masing- masing yakni tenaga pendamping dari LSM untuk mendampingi pemerintah saat
membentuk kelompok nelayan dan mendampingi nelayan dengan memberikan pelatihan guna pelaksanaan kegiatan penangkapan ikan, tenaga penyuluh dari
Perbankan bertugas untuk memberikan pelatihan jika kegiatan yang akan dilakukan membutuhkan dana dari pemerintah dimana pihak pemerintah akan
bekerjasama dengan pihak perbankan serta tenaga teknis dari LIPI dan DKP yang berfungsi untuk memberikan pelatihan tentang teknis pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil yang optimal dan berkelanjutan.
141 Selanjutnya DKP, LIPI, pihak perbankan dan LSM bersama tenaga
pendamping dan penyuluh serta tim teknis, akan berkordinasi dengan pihak pemerintah desa dan LSM yang telah membentuk kelompok nelayan. Selain
nelayan ada pula pihak Jibu-jibu yang akan menyalurkan hasil yang diperoleh nelayan ke pasar, pengecer dan akhirnya sampai pada konsumen akhir.
Pihak-pihak yang terlibat dalam desain kelembagaan ini berkaitan erat dengan dimensi yang digunakan untuk menentukan status keberlanjutan
sumberdaya perikanan pelagis kecil di Kota Ambon. Pihak LIPI dan DKP berkaitan dengan dimensi ekologi dan teknologi, pihak perbankan BANK
berkaitan dengan dimensi ekonomi, pihak LSM berkaitan dengan dimensi sosial dan hukum dan kelembagaan.
Berdasarkan fungsi dan kapasitas masing-masing pihak yang berkolaborasi dalam desain kelembagaan ini, diharapkan dapat mencapai tujuan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya perikanan kecil di Pesisir Kota Ambon yang optimal dan berkelanjutan.
142
Gambar 37. Desain kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon
143