Analisis Kelembagaan 1 Tata Kelola Sumberdaya Ikan

143

5.8 Analisis Kebijakan

Dalam rangka menganalisis kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kota Ambon, maka dalam tahap ini digunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Teknik analisis MPE menggunakan informasi dari pakar terkait keputusan yang akan diambil. Para pakar yang dimintai keterangannya terdiri atas tiga orang, yaitu pertama yang mewakili Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon, kedua yang mewakili Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan UNPATTI Ambon, dan ketiga yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. a. Menyusun Alternatif-alternatif Keputusan Keputusan dalam metode ini terdiri atas 10 alternatif antara lain : 1 Pemulihan sumberdaya ikan 2 Restrukturisasi armada kapal perikanan 3 Pengalihan dan diversifikasi usaha nelayan 4 Peningkatan pendapatan nelayan 5 Peningkatan produksi 6 Peningkatan Ekspor Hasil Perikanan tangkap 7 Penyerapan Tenaga Kerja Non Nelayan 8 Pembangunan Pelabuhan Perikanan 9 Peningkatan Investasi Usaha Perikanan Tangkap b. Kriteria yang penting untuk dievaluasi Kriteria pembentuk MPE ini adalah ekologi yaitu dinamika perairan pesisir dan faktor keberlanjutan sumberdaya perikanan, ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat dan sosial yaitu kesesuaian dengan karakteristik masyarakat dan SDM lokal, teknologi yaitu ketepatan dan penguasaan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan serta hukum dan kelembagaan Peraturan perikanan formal maupun informal yang berhubungan dengan pengelolaan perikanan tangkap. c. Menentukan tingkat kepentingan untuk setiap kriteria keputusan Tingkat kepentingan dalam metode ini diperoleh dengan menentukan besarnya bobot dari masing-masing kriteria yang ada. Penentuan besarnya bobot ini dilakukan melalui pendapat pakar. Angka pembobotan ditentukan berdasarkan skala ordinal dengan skala 1 sampai 9. Masing-masing alternatif pun di beri bobot seperti pada Tabel 50. 144 Tabel 50. Alternatif dan skala pembobotannya No Alternatif Skala Pembobotan 1 Pemulihan sumberdaya ikan 5 2 Restrukturisasi armada kapal perikanan 4 3 Pengalihan dan diversifikasi usaha nelayan 5 4 Peningkatan pendapatan nelayan 4 5 Peningkatan produksi 4 6 Peningkatan ekspor hasil perikanan tangkap 3 7 Penyerapan tenaga kerja non Nelayan 4 8 Pembangunan pelabuhan perikanan 4 9 Peningkatan IPM Nelayan 4 10 Peningkatan investasi usaha perikanan tangkap 4 Sumber : Hasil Analisis Data 2013 Berdasarkan perhitungan MPE diperoleh nilai rata-rata total dari pakar yang diwawancarai. Setiap penilaian tentulah berbeda hingga diperoleh nilai-nilai seperti yang di tampilkan pada Tabel 51 Tabel 51. Nilai total alternatif kebijakan perikanan tangkap No Alternatif Bobot Kriteria Nilai Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Hukum dan Kelembagaan 1 Pemulihan sumberdaya ikan 5 9 9 9 9 9 295.245 2 Restrukturisasi armada kapal perikanan 4 7 9 9 9 7 24.485 3 Pengalihan dan diversifikasi usaha nelayan 4 7 9 9 9 7 24.485 4 Peningkatan pendapatan nelayan 5 9 9 9 9 9 295.245 5 Optimalisasi produksi 5 9 9 7 7 7 168.519 6 Peningkatan ekspor hasil perikanan tangkap 4 9 9 9 9 9 32.805 7 Penyerapan tenaga kerja non nelayan 4 9 9 9 7 7 24.485 8 Pembangunan pelabuhan perikanan 4 7 7 7 9 7 16.165 9 Peningkatan IPM nelayan 4 9 9 9 7 9 28.645 10 Peningkatan investasi usaha perikanan tangkap 4 7 9 9 7 7 20.325 Sumber : Hasil Analisis Data 2013 145 d. Menentukan urutan prioritas keputusan Langkah terakhir dalam Metode Perbandingan Eksponensial adalah menentukan urutan prioritas keputusan dari seluruh alternatif keputusan yang tersedia. Perankingan dilakukan dengan mengurutkan alternatif keputusan dari jumlah nilai yang terbesar ke nilai terkecil. Dengan adanya urutan ini, maka dapat diperoleh alternatif keputusan yang paling baik untuk kemudian dipilih menjadi sebuah kebijakan pengelolaan. Berdasarkan hasil tabulasi daftar pertanyaan dan wawancara dengan pakar melalui metode ordinal MPE, diperoleh hasil bahwa prioritas alternatif untuk perikanan tangkap khususnya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon, mulai dari ranking 1 sampai 3 adalah pemulihan sumberdaya ikan, pengalihan dan diversifikasi usaha nelayan dan restrukturisasi armada kapal perikanan Tabel 52. Tabel 52. Urutan prioritas alternatif Alternatif Nilai Rangking Pemulihan sumberdaya ikan 295.245 1 Pengalihan dan diversifikasi usaha nelayan 267.084 2 Restrukturisasi armada kapal perikanan 32.805 3 Peningkatan pendapatan nelayan 10.821 4 Peningkatan IPM Nelayan 7.861 5 Optimalisasi produksi 7.269 6 Penyerapan tenaga kerja non nelayan 4.901 7 Pembangunan pelabuhan perikanan 3.717 8 Peningkatan investasi usaha perikanan tangkap 2.944 9 Peningkatan ekspor hasil perikanan tangkap 1.134 10 Sumber : Hasil Analisis Data 2013 Berdasarkan hasil perankingan alternatif keputusan, maka dapat diambil sebuah kebijakan pembangunan bidang kelautan di Kota Ambon. Kebijakan yang tepat untuk pengembangan perikanan secara berkelanjutan adalah menfokuskan pembangunan di sektor perikanan, memulihkan sumberdaya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon yang telah mengalami overfishing dimana 146 kelestarian sumberdaya ikan pelagis kecil perlu dijaga. Demikian pula dengan alat tangkap yang digunakan, yaitu purse seine, perlu dikendalikan pertumbuhannya dan diawasi pengoperasiannya sehingga tidak terjadi kelebihan armada penangkapan sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon. Implikasi kebijakan Sektor Perikanan Sesuai dengan hasil analisis MPE, ada tiga alternatif kebijakan yang utama dari 10 alternatif, yang dapat dijadikan sebagai strategi dalam penentuan berbagai kebijakan perikanan tangkap ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon dengan tidak mengabaikan 7 alternatif atau strategi yang berada pada ranking 4 sampai 10. Berbagai strategi dapat diwujudkan dengan upaya yang tepat. 1 Strategi Kebijakan Pemulihan Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan adalah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Setiap sumberdaya yang dimanfaatkan pasti memiliki batas pemanfaatan. Di Pesisir Kota Ambon pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil telah mengalami overfishing, baik secara biologi maupun ekonomi, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya yang konkrit untuk menjaga, memulihkan serta memperkaya sumberdaya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon. Upaya upaya yang dilakukan antara lain  Perlindungan sumberdaya ikan Upaya ini dilakukan untuk melindungi kelestarian sumberdaya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon, sekaligus memulihkan keadaan sumberdaya yang telah kolaps  Pengadaan Kapal Pengawas Perlu diadakannya kapal pengawas di seluruh perairan Kota Ambon, untuk memonitor berbagai aktivitas penangkapan ikan khususnya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon agar menghindari terjadinya illegal fishing  Pembatasan pemberian alokasi usaha penangkapan ikan demi pemulihan sumberdaya Hal ini dilakukan agar tidak terjadi overfishing secara terus-menerus 147  Pengendalian izin, dengan tidak menambah izin baru kecuali mengganti yang sudah mati Sehubungan dengan jumlah armada purse seine di Pesisir Kota Ambon dan jumlah penangkapan ikan yang telah melebihi titik optimal, maka pengendalian izin ini penting, karena penambahan armada penangkapan yang berlebihan dalam suatu perairan dapat menyebabkan konflik antar nelayan, misalnya perebutan daerah penangkapan ikan, khususnya ikan pelagis kecil, dan juga punahnya sumberdaya ikan.  Penerapan sistem buka tutup daerah penangkapan open close system per spesies atau jenis ikan Untuk kebijakan ini, sangat perlu pemerintah bekerja sama dengan stakeholder desa atau lembaga desa yang bergerak di bidang perikanan.  Pendataan atau pendaftaran ulang terhadap kapal yang aktif Pendataan ini perlu dilakukan agar dapat terwujudnya program pengendalian terhadap alat tangkap yang menangkap ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon  Pengaturan penggunaan alat bantu penangkapan Upaya ini dilakukan untuk menhindari terjadinya penggunaan alat tangkap yang destruktif dan berdampak pada kelestarian ekosistem sumberdaya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon  Perlindungan terhadap pulau pulau kecil disekitar Perairan Kota Ambon Habitat dari ikan pelagis kecil adalah pulau-pulau kecil, karena itu kondisi perairan pulau-pulau di sekitar perairan kota Ambon perlu dijaga demi pemulihan sumberdaya ikan pelagis kecil 2 Kebijakan Pengalihan dan Diversifikasi Usaha Nelayan Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada nelayan, bahwa kegiatan menangkap ikan bukanlah satu-satunya kegiatan yang dapat dilakukan, tetapi masih ada usaha lain yang dapat di lakukan tanpa mengubah jati diri sebagai nelayan. Melalui kebijakan ini diharapkan dapat menjadi solusi usaha alternatif bagi nelayan untuk kondisi sumberdaya 148 perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon saat ini. Kebijakan ini terdiri atas beberapa upaya antara lain:  Diversifikasi usaha nelayan ke usaha pengolahan Pengolahan ikan sangat penting dikembangkan di Kota Ambon, karena walaupun masyarakat kota Ambon sangat menyukai ikan segar namun pada saat jumlah ikan banyak musim barat ikan tidak habis terjual. Dengan kondisi sumberdaya pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil yang harus optimal dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya pengolahan agar hasil tangkapan tidak terbuang. Selain itu juga upaya ini sangat mendukung kebijakan pemerintah untuk memberi nilai tambah pada ikan dan juga memberi pekerjaan alternatif kepada nelayan atau wanita nelayan dan juga bagi non nelayan.  Diversifikasi usaha nelayan ke usaha galangan kapal Usaha galangan kapal merupakan usaha yang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika pemerintah menetapkan kebijakan ini, berarti pemerintah mengetahui bahwa di Kota Ambon ada masyarakat, baik nelayan maupun non nelayan, yang mempunyai keahlian dalam usaha Galangan kapal. Hal ini juga menjadi mata pencaharian alternatif bagi nelayan. 3 Kebijakan Restrukturisasi Armada Kapal Perikanan Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Tujuan pembangunan perikanan tangkap tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan, tetapi juga untuk meningkatkan konstribusi Sub Sektor Perikanan Tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional pro Growth, utamanya guna membantu mengatasi krisis multidimensi yang sedang melanda negara Indonesia, baik dalam bentuk penyediaan lapangan kerja pro Job, penerimaan devisa melalui ekspor, penerimaan negara bukan pajak, maupun untuk pengentasan kemiskinan pro Poor. Komposisi struktur armada kapal penangkap ikan yang masih didominasi oleh unit penangkapan ikan skala 149 kecil, menyebabkan tingkat produksi dan produktivitas yang rendah, karena kapasitas muat dan aksesibilitas yang terbatas serta sangat bergantung pada musim dan tengkulak. Bahkan kemampuan modal yang rendah karena sulitnya memperoleh bantuan pendanaan dari perbankan atau lembaga keuangan lain. Untuk mewujudkan kebijakan ini perlu dilakukan beberapa upaya yaitu :  Peningkatan pengadaan kapal penangkap ikan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan Peningkatan kapal penangkap ikan sangat penting bagi nelayan terutama kapal yang memenuhi standar melaut yang ditetapkan oleh pemerintah, guna memaksimalkan produksi dan pendapatan nelayan. dan mampu menempuh jarak penangkapan yang lebih jauh.  Peningkatan awak kapal perikanan yang memenuhi standar kompetensi Agar usaha yang dilakukan dapat terwujud dengan baik dan mencapai tujuan, maka diperlukan sumberdaya manusia yang baik dan berkompeten untuk mengelola usaha tersebut. Hal ini pun terjadi untuk usaha perikanan, awak kapal yang berkompeten sangat diperlukan dan merupakan syarat utama dengan dilengkapi keahlian yang cukup dengan, Sertifikat pelaut serta sehat secara jasmani dan rohani.  Pengadaan kapal perikanan, alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan dalam rangka restrukturisasi, pemberdayaan nelayan dan mendukung minapolitan Minapolitan adalah konsep pembangunan ekonomi berbasis perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip- prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Kawasan Minapolitan adalah pusat ekonomi berbasis perikanan yang terdiri atas sentra-sentra produksi, perdagangan atau pemasaran, pengolahan, komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan kegiatan pendukung lainnya. Minapolitan bertujuan: meningkatkan produktifitas dan kualitas perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan, mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat, mengendalikan 150 urbanisasi dari desa ke kota, menanggulangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan, menegaskan fungsi kawasan pedesaan, membangun pilar kekuatan ekonomi nasional di pedesaan serta meningkatkan konsumsi ikan perkapita pertahun. Upaya ini dilakukan untuk mendukung minapolitan di Kota Ambon.  Pemberdayaan galangan kapal perikanan tradisional Upaya ini untuk memberdayakan nelayan yang mampu menciptakan galangan kapal perikanan tradisional. Kebanyakan galangan ini terancam tutup karena kesulitan mendapatkan kayu untuk pembuatan kapal, sehingga pemerintah selain menghimbau pengembangan pemberdayaan galangan kapal guna mendukung kebijakan yang dibuat, pemerintah juga harus membantu nelayan keluar dari kesulitan yang dialami.  Membatasi izin kapal pengadaan dari luar negeri Untuk mempercepat pengembangan industri pengolaan hasil perikanan di Indonesia melalui pengembangan usaha penangkapan ikan secara terpadu, Departemen Kelautan dan Perikanan DKP mulai tahun 2008 membatasi izin pengadaan kapal ikan dari luar negeri, yakni dari sebelumnya 100 persen menjadi 40 persen dari alokasi izin penangkapan yang diberikan.  Scrapping kapal-kapal tua Penggunaan armada yang baik, sangat diperlukan guna menjamin keselamatan dari awak kapal. Oleh karena itu upaya ini baik dilakukan di Kota Ambon demi kepentingan dan kesejahteraan tenaga kerja. 4 Strategi Kebijakan Peningkatan Pendapatan Nelayan Setiap usaha yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Di Kota Ambon tidak semua nelayan hanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan saja, namun ada pula mata pencaharian atau sumber pendapatan yang lain. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pendapatan nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berbagai upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah : 151  Peningkatan akses permodalan Salah satu faktor nelayan tinggal di dalam lingkaran kemiskinan adalah akses permodalan yang rendah. Jarang sekali nelayan Kota Ambon menjalin kerjasama dengan sumber pemberi modal seperti BANK dan Koperasi. Oleh karena itu, upaya peningkatan akses permodalan perlu di barengi dengan pembinaan atau penyuluhan tentang pentingnya lembaga- lembaga permodalan masyarakat agar nelayan dapat terluput dari lingkaran kemiskinan.  Peningkatan keterampilan nelayan melalui pelatihan dan manajemen Upaya ini dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat nelayan.  Pembinaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif bagi wanita nelayankeluarga nelayan Keluarga merupakan pihak paling penting dalam setiap upaya yang dilakukan. Hal ini juga terjadi untuk nelayan di Kota Ambon yang sebagian besar keluarga nelayan tersebut terlibat untuk menangani hasil tangkapan ikan pelagis kecil, baik diolah maupun dipasarkan. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif untuk nelayan merupakan salah satu upaya dalam kebijakan, agar dapat memberi nilai tambah kepada hasil tangkapan, mulai dari pasca panen hingga penjualan di pasar.  Pengembangan kerjasama dan kemitraan usaha perikanan tangkap Masing-masing lembaga tentulah mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda-beda sehingga pengembangan kerjasama dan membangun kemitraan untuk usaha perikanan tangkap khususnya ikan pelagis kecil itu sangat penting dalam memperbaiki akses informasi, akses modal yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.  Pendampingan dan pembinaan kelembagaan usaha nelayan melalui Kelompok Usaha Bersama KUB Kelompok usaha bersama dilakukan untuk berbagai tujuan, Salah satunya terkait dengan akses permodalan nelayan, yang diharapkan melalui KUB ini penyaluran bantuan dari pihak pemerintah ataupun swasta, dapat 152 tersalurkan dan diatur dengan baik, sehingga berguna dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan di Pesisir Kota Ambon  Penerbitan Kartu Tanda Anggota Nelayan Penerbitan kartu anggota ini bertujuan untuk memperjelas pendataan nelayan di desa setempat, agar dapat dikoordinir. 5 Strategi Kebijakan Peningkatan IPM Nelayan Hingga saat ini kondisi masyarakat yang mendiami wilayah pesisir rata-rata masih memiliki Indeks Pembangunan Masyarakat IPM rendah. Karena itu diharapkan instansi teknis, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan, sejak dini melakukan kajian dan analisis atas kebutuhan masyarakat pesisir. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan program benar-benar menjadi skala prioritas dan tepat sasaran, serta yang paling penting adalah mampu melahirkan kebijakan program yang tujuannya meningkatkan IPM masyarakat pesisir secara menyeluruh. Kebijakan ini terdiri dari beberapa upaya antara lain:  Peningkatan rata-rata tingkat pendidikan nelayan Kejar Paket A-SD, B - SMP dan C-SMA Pendidikan merupakan ujung tombak peningkatan produktivitas nelayan. Kualitas sumberdaya manusia sangat menentukan terhadap tinggi rendahnya produktivitas. Hal ini jika dikaitkan dengan nelayan di Indonesia maka dukungan pemerintah dan pihak lain sangat dibutuhkan, karena kelemahan utama nelayan Indonesia di banding nelayan bangsa lain adalah masalah pemanfaatan teknologi, akses informasi mengenai titik- titik keberadaan ikan tidak dimiliki oleh nelayan, sehingga jumlah tangkapan nelayan selalu terbatas. Dukungan akan peningkatan pendidikan tidak semata kepada nelayan sebagai kepala keluarga, melainkan nelayan dalam konteks keluarga. Keterbatasan pengetahuan terkadang terjadi karena sifatnya turun-temurun, dimana orang melakukan segala sesuatu hanya semata-mata untuk mendapatkan keutungan yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan dampak yang akan terjadi di kemudian hari. Keterbatasan keluarga nelayan dalam keahlian harus dihilangkan, pemangku kepentingan harus memprioritaskan akan hal ini. 153  Peningkatan harapan hidup nelayan melalui pelatihan keselamatan kerja Upaya ini dilakukan untuk melindungi nelayan pada saat beroperasi di laut. Hal ini perlu dilakukan karena kondisi perairan yang tidak menentu.  Peningkatan jaminan sosial berupa jaminan kesehatan, pendidikan, asuransi nelayan dan bantuan langsung tunai. Selain pembinaan dan pelatihan, juga perlu dilakukan pemberian jaminan berupa asuransi dan bantuan langsung tunai untuk menjamin kehidupan nelayan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan.  Peningkatan daya beli nelayan miskin melalui pengembangan alternatif mata pencaharian di kawasan minapolitan perikanan tangkap Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Kekayaan sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Namun tidak bisa dipungkiri, hingga saat ini kehidupan masyarakat pesisir masih jauh tertinggal dari kehidupan perkotaan. Banyak masyarakat daerah pesisir, khususnya nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini dikarenakan kebanyakan nelayan hanya mengandalkan melaut sebagai sumber pendapatan utamanya, padahal masih banyak mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan nelayan jika tidak sedang melaut misalnya wisata bahari dan pengolahan ikan. 6 Strategi Kebijakan Peningkatan Produksi Salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan di Kota Ambon adalah meningkatkan pendapatan, namun diperhadapkan dengan kondisi pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon maka langkah optimalisasi produksi lebih penting dibandingkan peningkatan produksi. Optimalisasi hasil tangkapan yang diperoleh dengan penanganan yang tepat hingga kualitas baik, maka akan semakin tinggi harga jual dan pendapatan yang diperoleh nelayan. Sesuai dengan kondisi 154 sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon yang telah mengalami overfishing, maka perlu dilakukan beberapa upaya untuk optimalisasi produksi perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon dengan mempertimbangkan kondisi yang ada. Upaya tersebut antara lain:  Memaksimalkan pendataan hasil tangkapan ikan di Tempat Pelelangan Ikan TPI dan Perairan Umum Daerah PUD Upaya ini dilakukan untuk mengetahui produktivitas dari aktivitas nelayan untuk menangkap ikan, sehingga dalam berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dapat mempertimbangkan kondisi kemampuan nelayan, dan juga menghindari terjadinya kelebihan produksi over production yang akan menuju kepada overfishing  Meningkatkan upaya optimalisasi penangkapan ikan effort dengan mengurangi jumlah armada penangkapan Dalam hal optimalisasi upaya penangkapan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan sumberdaya perikanan pelagis kecil. Diharapkan optimalisasi upaya penangkapan yang dimaksud adalah yang benar tidak menggunakan alat tangkap destruktif. Oleh karena itu pengurangan terhadap alat tangkap perlu dilakukan demi pemanfaatan sumberdaya yang optimal.  Pemberdayaan nelayan PUD dan Laut Upaya ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan produktivitas nelayan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Kota Ambon.  Mengoptimalkan pemanfaatan perikanan di ZEEI, laut dalam deep sea dan laut lepas high sea Pengoptimalan terhadap pemanfaatan ikan di Pesisir Kota Ambon bertujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan yang mungkin menjauh dari pesisir untuk melakukan reproduksi. Oleh karena itu pengawasan terhadap operasi kapal penangkap ikan perlu dilakukan untuk mendukung upaya ini.  Pembinaan penanganan pasca panen hasil tangkapan di atas kapal Penanganan pasca panen yang baik adalah dengan menguasai kondisi biologis ikan dan teknologi pasca panen yang diterapkan, karena itu perlu