Dimensi Ekologi Analisis Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Di Pesisir Kota Ambon

102  Atribut lokasi tujuan atau orientasi pemasaran perikanan. Pemasaran hasil tangkapan perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon memiliki rantai pemasaran yang cukup jelas yaitu ikan yang ditangkap, dibeli oleh para jibu-jibu yang pada umumnya adalah wanita dan kemudian dibawa ke Pasar untuk dijual. Adapun yang menjajakannya dengan cara berjalan berkeliling di sebuah kampung atau desa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat yang mungkin jauh dari pasar ikan. Hal ini terjadi karena tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan TPI. Penilaian terhadap atribut ini berdasarkan skala yang telah ditetapkan adalah 0 yang artinya hasil tangkapan yang diperoleh dijual ke pasar lokal.  Atribut rata rata penghasilan ABK per bulan terhadap UMR Pendapatan menjadi aspek yang sangat penting dari setiap bentuk usaha. pendapatan adalah hasil pencaharian berupa uang atau materi lainnya yang didapat dari suatu usaha, yang kemudian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi, pendapatan memegang peranan penting dalam kehidupan seorang manusia, dengan pendapatan yang berupa materi manusia dapat membuat peramalan, perencanaan, dan pengaplikasian yang lebih baik dalam kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Nelayan khususnya ABK purse seine di Pesisir Kota Ambon memiliki pendapatan setiap bulannya adalah Rp 1.708.984,5. Apabila dibandingkan dengan UMR berdasarkan data statistik di Maluku pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 975.000,00, maka pendapatan ABK setiap bulannya di atas UMR. Maka penilaian terhadap atribut ini berdasarkan data statistik dan hasil analisis investasi diberi skor 2, berarti jumlah pendapatan yang diperoleh ABK purse seine di Pesisir Kota Ambon setiap bulan di atas UMR.  Atribut penyerapan tenaga kerja Usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan jaring purse seine mampu menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat pada data statistik Kota Ambon tentang kependudukan dan ketenagakerjaan yang tertera pada Tabel 37. 103 Tabel 37. Banyaknya pencari kerja di Kota Ambon yang terdaftar dalam Kandep Tenaga Kerja Tahun Pengalaman kerja jiwa Belum berpengalaman kerja jiwa Total jiwa Jumlah Alat tangkap unit Jumlah tenaga kerja yang diserap jiwa Persentase penyerapan tenaga kerja 1999 - - - 29 580 2000 7 1.441 1.448 18 360 24.9 2001 5 3.905 3.910 18 360 9.2 2002 - 7.440 7.440 20 400 5.4 2003 - 8.770 8.770 36 720 8.2 2004 - 9.221 9.221 36 720 7.8 2005 - 10.950 10.950 37 740 6.8 2006 - 6.636 6.636 42 840 12.7 2007 4 10.163 10.167 48 960 9.4 2008 - 9.926 9.926 48 960 9.7 Sumber :Badan Pusat Statistik BPS Kota Ambon, 2011 Berdasarkan kenyataan di lapangan, usaha perikanan tangkap dengan menggunakan purse seine menyerap tenaga kerja antara 15-20 orang per unit tangkapan. Jika kondisi ini dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja di Kota Ambon maka total penyerapan tenaga kerja masih sangat rendah Penilaian terhadap atribut ini adalah 0 yang berarti penyerapan tenaga kerja pada usaha perikanan tangkap purse seine masih rendah. Hasil penilaian terhadap 8 atribut dimensi ekonomi disajikan dalam Tabel 38. Tabel 38. Hasil penilaian atribut dalam dimensi ekonomi. No Atribut Pilihan Skor Baik Good Buruk Bad Nilai Skor Keterangan 1 Keuntungan 0;1;2 2 2 Analisis Investasi 2 Kontribusi Perikanan Terhadap PDRB 0;1;2 2 1 BPS Kota Ambon 3 Kepemilikan Penerima Keuntungan dari kepemilikan 0;1;2 2 Nilai Modus 4 Sumberdaya Ikan di luar Pesisir Kota Ambon yang didaratkan di Kota Ambon 0;1 1 1 Nilai Modus 5 Alternatif Pekerjaan dan Pendapatan selain dari kegiatan menangkap ikan 0;1 1 1 Nilai Modus 6 Lokasi Tujuan atau orientasi pemasaran Perikanan 0;1;2 2 Nilai Modus 7 Rata rata penghasilan ABK per bulan terhadap UMR 0;1;2 2 2 Analisis Investasi dan Data Statistik 8 Penyerapan tenaga kerja 0;1;2 2 Nilai Modus dan Data Statistik Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 104 Nilai skor pada dimensi ekonomi Tabel 38 kemudian dianalisis menggunakan analisis MDS dan teknik Rapfish Lampiran 16. Nilai stress yang diperoleh untuk dimensi ekonomi ini adalah 13,46 . Hal ini menurut prosedur multidimensional scaling MDS diacu dalam Fauzi dan Anna 2004 adalah jika nilai stress atau yang dilambangkan dengan S semakin rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Nilai stress S sudah memenuhi kondisi fit goodness of fit karena S 25 Fauzi dan Anna, 2004. Hasil analisis MDS dengan teknik Rapfish dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22. Hasil analisis MDS untuk dimensi ekonomi sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon Beberapa nilai statistik yang diperoleh dari MDS dalam Rapfish pada dimensi ekonomi dapat dilihat pada Tabel 39 sebagai berikut. Tabel 39 Nilai statistik yang diperoleh dari hasil analisis Rapfish pada dimensi ekonomi No Atribut Statistik Nilai Statistik Persentase 1 Stress 0,1346 13,46 2 R 2 0,9346 93,46 3 Jumlah Iterasi 2 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Tabel 39 menunjukkan nilai koefisien determinasi selang kepercayaan atau R 2 sebesar 93,46. Hasil simulasi Monte Carlo untuk dimensi Ekonomi Gambar 23 menunjukkan bahwa kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon dengan alat tangkap purse seine tidak banyak mengalami gangguan perturbation. Hal ini ditunjukkan oleh plot yang memusat atau kurang menyebar. 105 Gambar 23. Kestabilan nilai ordinasi hasil Rapfish dengan Monte Carlo pada dimensi ekonomi sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon Analisis sensitivitas pada dimensi ekonomi dapat dilihat pada Gambar 24 sebagai berikut . Gambar 24. Analisis distribusi sensitivitas atribut pada dimensi ekonomi sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon Hasil analisis sensitivitas pada dimensi ekonomi dengan metode analisis leverage pada Rapfish memperlihatkan bahwa atribut sumberdaya ikan dari luar yang didaratkan di Pesisir Kota Ambon, kepemilikan dan alternatif pekerjaan dan pendapatan selain dari kegiatan menangkap ikan merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan perikanan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Perubahan sedikit saja pada atribut ini akan berdampak besar terhadap status keberlanjutan pada dimensi ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai root mean square change Gambar 24 ketiga atribut tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan atribut-atribut lainnya. 106

5.6.3 Dimensi Sosial

Masyarakat Pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada sumberdaya pesisir Satria 2004. Selain itu Indonesia memiliki keragaman kebudayaan yang berdampak pada keragaman lingkungan sosial. Keragaman lingkungan sosial ini dapat terbentuk karena adanya dinamika masyarakat yang berbeda, kondisi geografis dan ragam ekosistem Purba, 2002. Keragaman lingkungan sosial di Indonesia dapat dilihat berdasarkan lokalitasgeografis, berdasarkan bentuk mata pencaharian serta berdasarkan administratif. Terkait keberlanjutan perikanan tangkap, khususnya perikanan pelagis kecil, perlu diperhatikan dimensi sosial. Dimensi ini mampu mengatur tatanan kehidupan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan yang hidupnya di daratan yang dekat dengan laut dan yang paling sering memanfaatkan sumberdaya di daerah pesisir maupun lautan. Terkait kondisi itu masyarakat nelayan dianggap sebagai masyarakat yang paling banyak memanfaatkan hasil laut, potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan hidupnya. Kajian dimensi sosial difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan keberlanjutan perikanan tangkap ikan pelagis kecil yang menggunakan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Hal ini perlu dilakukan untuk menggambarkan kehidupan nelayan sebagai manusia yang harus beradaptasi dengan lingkungan sosial dan sumberdaya perikanan sebagai sumber kehidupannya. Semua hal yang selama ini terabaikan yang berhubungan erat dengan dimensi sosial perlu mendapat perhatian, dalam hal ini beberapa atribut antara lain tingkat pendidikan nelayan pendidikan formal; pengetahuan tingkat pengetahuan nelayan mengenai isu-isu lingkungan seperti illegal fishing, pencemaran, kerusakan terumbu karang, dsb; status dan frekuensi konflik ada atau tidaknya konflik pemanfaatan ruang atau perebutan daerah penangkapan ikan, baik antar nelayan maupun dengan sektor lain, misal: perhubungan laut; partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan memproses dan menjual, frekuensi pertemuan antar warga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk nelayan, pertumbuhan pekerja atau RTP 107 pengeksploitasi sumberdaya ikan 5-10 tahun terakhir, serta pengaruh nelayan keterkaitan nelayan dalam proses penyusunan regulasi pengelolaan perikanan.  Atribut tingkat pendidikan nelayan pendidikan formal Pendidikan merupakan kunci berkualitasnya sumberdaya manusia. Rendahnya tingkat pendidikan yang dienyam oleh masyarakat nelayan berdampak kepada perilaku, cara berpikir dan produktivitas. Ini merupakan masalah yang cukup krusial sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Namun hal ini jarang sekali terjadi pada nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik mulai dari lulusan SMU sampai pada Perguruan tinggi. Skor penilaian yang diberikan terhadap atribut ini adalah 1, berarti tingkat pendidikan nelayan jaring purse seine di Kota Ambon cukup atau dapat mengimbangi penduduk yang lain.  Atribut pengetahuan tingkat pengetahuan nelayan mengenai isu-isu lingkungan seperti illegal fishing, pencemaran, kerusakan terumbu karang, dsb Secara ekologis manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai sumberdaya untuk dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka segala sesuatu yang terjadi di lingkungan ini merupakan tanggung jawab umat manusia. Salah satunya adalah kondisi lingkungan laut yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh masyarakat pesisir yang didalamnya termasuk para nelayan, apalagi hal hal yang sangat berkaitan dengan mata pencahariannya. Hingga saat ini masyarakat nelayan cukup peka terhadap berbagai isu dan masalah yang terjadi di perairan tempat dimana mereka mencari nafkah. Skor yang diberikan adalah 1, berarti nelayan memilki pengetahuan yang cukup tentang berbagai isu dan masalah lingkungan Pesisir di Kota Ambon.