Penelitian secara khusus difokuskan pada wilayah enam desa yaitu wilayah Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Pasir Ampo, Desa Koper, Desa Kresek, dan
Desa Talok. Wilayah-wilayah ini merupakan desa yang mengalami banjir dan letaknya dekat dengan Sungai Cidurian. Oleh karena itu, jika terjadi luapan air
yang besar dari Sungai Cidurian, desa-desa tersebut terkena dampak banjir. Desa Patrasana, Desa Pasir Ampo, Desa Koper merupakan desa yang paling parah
diantara tiga desa lainnya yaitu Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok. Tiga desa yang paling parah merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan
Sungai Cidurian, sedangkan tiga desa lainnya tidak terlalu parah.
5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian
Kecamatan Kresek merupakan daerah yang hampir tiap tahun mengalami banjir khususnya pada musim hujan. Banjir di wilayah Kecamatan Kresek
disebabkan tingginya intensitas hujan dan meningkatnya debit air Sungai Cidurian. Hal lain yang menyebabkan banjir di wilayah ini adalah rusaknya
tanggul Sungai Cidurian sepanjang 12 meter yang dibangun oleh Dinas Sumberdaya Air Provinsi Banten pada tahun 2012. Lamanya banjir menggenangi
wilayah ini antara 7 sampai 14 hari dengan ketinggian banjir rata-rata mencapai 0.5 meter sampai 5 meter tergantung intensitas air hujan dan lokasi sawah.
Perubahan fungsi lahan di sekitar bantaran sungai menjadi perumahan menyebabkan pendangkalan sungai dan penyempitan aliran sungai sehingga tidak
dapat menampung debit air yang mengalami peningkatan dari bagian hulu sungai. Banjir di Kecamatan Kresek juga menyebabkan kerugian yang cukup besar
bagi masyarakat yang tempat tinggalnya tergenang banjir dan harta benda ikut terbawa arus air. Kondisi lingkungan pertanian Kecamatan Kresek akibat banjir
juga mengalami penurunan seperti banyaknya sampah pada lahan pertanian. Tidak hanya kerugian materi saja yang dialami oleh masyarakat, tetapi kerugian
nonmateri pun mereka alami seperti gangguan psikologis, hilangnya kenyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan timbulnya penyakit akibat banjir.
Gambar 2 adalah peta wilayah Kecamatan Kresek.
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Kresek
5.3 Karakteristik Responden Petani
Karakteristik sosial ekonomi responden di Kecamatan Kresek didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 84 orang responden yang
diwakili oleh beberapa petani dari berbagai kelompok tani. Kelompok responden ini didapat dari enam desa Kecamatan Kresek yang terkena banjir. Karakteristik
responden petani ini dilihat dari berbagai aspek yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jenis pekerjaan, dan jumlah tanggungan.
5.3.1 Jenis Kelamin
Seluruh responden petani yang masuk dalam survei berjenis kelamin laki- laki karena pada umumnya kegiatan usaha tani di Kecamatan Kresek dilakukan
oleh laki-laki yang berperan sebagai kepala keluarga yang bertindak sebagai manajer usaha tani dan pengambil keputusan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dalam usaha taniya. Persentase jumlah responden laki-laki sebesar 100 persen.
5.3.2 Usia
Tingkat usia responden petani tergolong cukup bervariasi dengan sebaran usia 29 tahun sampai 65 tahun. Persentase tertinggi terdapat pada kelompok usia
50 tahun, yaitu sebesar 48 persen. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usaha tani. Suratiyah 2006
menjelaskan umur seseorang dapat menentukan kinerja seseorang tersebut. Semakin tua tenaga kerja dan berat pekerjaan fisik maka semakin turun pula
kinerjanya namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena semakin berpengalaman. Sebaran kelompok usia
responden petani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia
No Kelompok Umur
Jumlah orang Persen
1 ≤ 30
1 1.19
2 31-40
12 14.29
3 41-50
31 36.90
4 50
40 47.62
Total 84
100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.3.3 Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan terakhir responden petani diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah
sampai dengan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara pandang responden petani terhadap persepsi kejadian banjir dan cara menghadapi
suatu permasalahan banjir. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah dasar atau sederajat sebesar 64 persen. Sebaran jumlah
responden tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir
No Pendidikan
Jumlah orang Persen
1 Tidak Sekolah
4 4.76
2 SD
54 64.29
3 SLTP
13 15.48
4 SLTA
10 11.90
5 S1
3 3.57
Total 84
100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.3.4 Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden petani dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama responden petani sebagian
besar adalah petani. Pekerjaan sampingan terdiri dari guru, wirausaha, dan pegawai swasta. Mayoritas responden petani memiliki pekerjaan utama petani dan
tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar 82 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar curahan waktu responden petani digunakan untuk mengelola lahan
sawah. Sebaran jenis pekerjaan responden petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan
pekerjaan sampingan No Pekerjaan Utama - Pekerjaan Sampingan Jumlah orang
Persen 1
Petani - Tidak ada 69
82.14 2
Petani - Wirausaha 5
5.95 3
Petani - Lainnya 3
3.57 4
Wirausaha - Petani 3
3.57 5
Lainnya - Petani 3
3.57 6
Pegawai swasta - Petani 1
1.19 Total
84 100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.3.5 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan yang dimaksud mecakup keluarga inti anak dan istri serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal satu rumah maupun
tidak tetapi kebutuhannya dibiayai oleh responden petani. Presentase jumlah tanggungan responden petani mayoritas berada pada selang 2-3 orang yaitu
sebesar 56 persen. Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan
No Tanggungan
Jumlah orang Persen
1 ≤ 1
11 13.10
2 2-3
47 55.95
3 4-5
22 26.19
4 ≥ 6
4 4.76
Total 84
100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.4 Karakteristik Lahan Pertanian
Karakteristik lahan pertanian responden petani dilihat dari berbagai aspek yang meliputi status kepemilikan lahan, lama bertani, dan luas lahan pertanian.
5.4.1 Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan yang dikelola oleh responden petani terbagi menjadi tiga jenis, yaitu lahan milik sendiri, lahan garapan, dan keduanya.
Responden petani yang mengelola lahan milik sendiri sebesar 14 persen, responden petani yang mengelola lahan garapan sebesar 50 persen, dan responden
petani yang mengelola lahan keduanya yaitu sebesar 36 persen. Sebaran responden petani menurut status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan No
Kepemilikan Lahan Jumlah orang
Persen 1
Milik Sendiri 12
14.29 2
Garapan Bagi Hasil 42
50.00 3
Milik Sendiri dan Garapan 30
35.71 Total
84 100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.4.2 Lama Bertani
Lama bertani responden petani sebagian besar berada pada kelompok antara 11-20 tahun dengan presentase sebesar 31 persen dan kelompok antara 21-30
tahun sebesar 30 persen. Hal ini terkait dengan kemampuan pengelolaan skill responden petani dalam melakukan usaha tani. Daniel 2004 menjelaskan
semakin baik pengelolaan atau manajemen suatu usaha pertanian maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh. Sebaran lama bertani dapat dilihat di
Tabel 12. Tabel 12 Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani
No Lama Bertani
Jumlah orang Persen
1 ≤ 10 tahun
24 28.57
2 11-20 tahun
26 30.95
3 21-30 tahun
25 29.76
4 31-40 tahun
6 7.14
5 ≥ 40 tahun
3 3.57
Total 84
100.00
Sumber: data primer diolah 2013