Tabel 20 Persepsi responden petani terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir No
Gangguan Jumlah orang
Persen 1
Sangat Mengganggu 50
59.52 2
Mengganggu 33
39.29 3
Tidak Mengganggu 1
1.19 4
Sangat Tidak Mengganggu 0.00
Total 84
100.00
Sumber: data primer diolah 2013
Sebesar 60 persen responden petani menilai bencana banjir yang terjadi di areal persawahan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka dalam kegiatan
bertani maupun kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini dikarenakan kegiatan bertani dan kegiatan lainnya terhenti dan akses menuju sawah terisolir. Sebesar 39 persen
responden petani menilai bencana banjir yang terjadi mengganggu aktivitas sehari-hari karena tidak semua kegiatan bertani, bekerja, kegiatan berdagang
terganggu. Akses menuju sawah tidak terlalu terganggu karena tidak semua lahan terendam banjir dan kedalaman banjir tidak terlalu tinggi. Sebesar 1 persen
responden petani menilai bencana banjir tidak mengganggu kegiatan sehari-hari karena sawah milik responden petani ini hanya sebagian kecil terendam.
VII. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI
Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu DAS Cidurian menyebabkan tingginya debit air yang merusak salah satu tanggul daerah hilir
Sungai Cidurian yaitu di Kecamatan Kresek. Kerusakan tanggul Sungai Cidurian mengakibatkan luapan air sungai menggenangi sebagian wilayah di Kecamatan
Kresek. Banjir tersebut menimbulkan kerusakan fisik pada lahan pertanian, saluran irigasi, dan jalan desa. Kerusakan fisik tersebut secara tidak langsung
menimbulkan kerugian terutama pada petani berupa kerugian produksi. Sebagian besar tanaman padi sudah berumur dua bulan bahkan ada tanaman padi yang
beberapa hari lagi akan dipanen. Keterbatasan biaya dan waktu membuat sebagian petani menggunakan tanaman padi yang masih dapat dimanfaatkan untuk ditanam
kembali. Petani kehilangan satu kali musim tanam pertama yang mengharuskan petani menanam kembali tanaman padi yang rusak. Satu tahun terjadi dua kali
musim tanam. Akibatnya, terjadi pergeseran waktu musim panen jika dibandingkan dengan wilayah lain yang tidak terendam banjir. Hal ini
menimbulkan ancaman pengganggu organisme atau hama yang berasal dari wilayah yang sudah memasuki musim panen. Kumpulan jerami yang dibiarkan di
areal persawahan wilayah lain menyebabkan hama seperti hama penggerek batang, wereng, dan tikus bermunculan yang kemudian menyerang areal
persawahan di Kecamatan Kresek yang baru memasuki musim tanam akibat banjir. Produksi padi menjadi turun setiap hektarnya kemudian berpengaruh
terhadap pendapatan petani. Kerugian dalam penelitian ini juga dihitung dari biaya yang dikeluarkan
untuk mengurangi preventif dan memperbaiki dampak yang sudah terjadi. Upaya pencegahan atau preventif diketahui sebagai perlakuan sebelum terjadinya
dampak ex-ante sedangkan perbaikan merupakan perlakuan setelah dampak terjadi ex-post Sihite 2001. Pengambilan kebijakan ataupun keputusan
mengenai upaya perbaikan dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan dengan membuat tanggul sungai dan upaya perbaikan dilakukan oleh petani
untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi dalam memperbaiki benih, pupuk, dan obat-obatan yang sudah diberikan terhadap tanaman padi yang terendam. Hal
ini mengakibatkan biaya sarana produksi menjadi lebih tinggi karena terjadi