peningkatan biaya untuk mengelola kembali sawah yang terendam banjir. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani dan dianjurkan oleh penyuluh adalah pupuk
organik pupuk kandang dan pupuk an-organik Urea, NPK Poska, SP-36, NPK Kujang. Penggunaan pestisida yang biasa digunakan adalah jenis pestisida cair,
trobost atau PPC, dan carbofuran. Proporsi sarana produksi yang digunakan oleh petani berbeda tiap musim tanam karena tergantung faktor cuaca dan hama. Selain
itu, biaya tenaga kerja harus dikeluarkan lagi untuk mengolah kembali lahan karena tipe produksi pertanian di Kecamatan Kresek merupakan padat karya.
Sebagian kecil petani mengalami peningkatan biaya dalam menyewa peralatan dan mesin seperti traktor serta ongkos irigasi atau pengairan.
7.1 Kerugian yang Dialami oleh Responden Petani
Kerugian yang dialami petani berkaitan dengan kerusakan yang terjadi pada lahan sawah adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dalam
menghadapi masalah banjir. Nilai kerugian meliputi biaya kehilangan pendapatan petani akibat penurunan produktivitas dan biaya perbaikan lahan sawah yang
meningkatkan biaya produksi petani setelah banjir. Kerugian yang dialami oleh responden petani dibagi menjadi tiga berdasarkan kepemilikan lahan, yaitu
kerugian yang dialami oleh petani yang menggarap lahan milik sendiri, petani yang menggarap lahan milik orang lain bagi hasil.
7.1.1 Perubahan Produksi
Dampak secara tidak langsung langsung akibat banjir luapan sungai adalah penurunan produktivitas pertanian komoditi padi. Kerugian yang ditanggung
petani merupakan perubahan produktivitas akibat penurunan produksi. Total luas lahan responden petani padi yang terkena banjir adalah seluas 83.95 hektar
mengalami penurunan hasil panen selama satu musim sedangkan total lahan sawah yang terkena puso satu Kecamatan Kresek adalah 511 hektar. Perubahan
produksi padi responden petani setelah banjir dibagi berdasarkan status kepemilikan lahan yaitu perubahan produksi padi lahan milik sendiri yang
disajikan pada Tabel 21 perhitungan dapat dilihat di Lampiran 2 dan 4 sedangkan perubahan produksi padi lahan garapan milik orang lain disajikan pada
Tabel 22 perhitungan dapat dilihat di Lampiran 3 dan 5. Faktor penyebab menurunnya hasil produksi padi adalah gagal tanam dan ketertinggalan masa
panen sehingga banyak tanaman padi yang terserang hama. Kualitas gabah setelah banjir menjadi kurang baik dan beras menjadi kehitam-hitaman. Hal ini
mengakibatkan harga gabah setelah banjir sebagian besar menurun dibandingkan harga sebelum banjir.
Tabel 21 Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam
Uraian Rata-rata Jumlah
Produksi kwMT
Rata-rata Harga Produk
Rpkw Rata-rata Nilai
Produksi RpMT
Produksi sebelum banjir per petani
41.80 413 750
17 766 400.00 Produksi setelah banjir
per petani 26.85
381 500 10 419 312.50
Nilai Penurunan Produksi Padi
14.95 32 250
7 347 087.50
Keterangan: MT = masa tanam Kw = kuintal
Sumber: data primer diolah 2013
Rata-rata perubahan produksi padi per responden petani yang mengelola lahan milik sendiri sebesar 14.95 kwMT dengan penurunan harga per kuintal
rata-rata sebesar Rp 32 350 yang mengakibatkan penurunan rata-rata penerimaan sebesar Rp 7 347 087.50MT. Produktivitas padi responden petani pemilik sebesar
49.33 kwha sedangkan produktivitas setelah banjir 31.50 kwha sehingga penurunan produktivitas padi petani pemilik sebesar 17.83 dapat dilihat di
Lampiran 9. Tabel 22 Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir
tahun 2013 dalam satu musim tanam Uraian
Rata-rata Jumlah Produksi
kwMT Rata-rata
Harga Produk Rpkw
Rata-rata Nilai Produksi
RpMT Produksi sebelum banjir
per petani 42.01
410 727 16 790 472.73
Produksi setelah banjir per petani
29.58 384 909
11 277 790.91 Nilai Penurunan
Produksi Padi 12.43
25 818 5 512 681.82
Keterangan: MT = masa tanam Sumber: data primer diolah 2013