Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif juga dituntut memiliki nilai kuantitatif walaupun teknik pengumpulan data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, angket, uji atau testing Suratmo 2002.

3.1.2 Pendekatan Produktivitas Productivity Approach

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup 2007, penilaian nilai ekonomi kerusakan lingkungan dengan menggunakan pendekatan produktivitas bertujuan untuk memberikan harga sumberdaya alam dan lingkungan yang menggunakan harga pasar sesungguhnya. Tahapan pelaksanaannya adalah: 1. Menyiapkan data dan informasi mengenai kuantitas sumberdaya SDA. 2. Melakukan survei sederhana untuk membantu mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai kuantitas dan harga SDA yang belum tersedia. 3. Mengalikan jumlah kuantitas SDA dengan harga pasarnya. Selanjutnya KLH 2007 menjelaskan terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam pendekatan produktivitas ini, yaitu perubahan produktivitas, biaya pengganti, dan biaya pencegahan. a Perubahan Produktivitas Change of Productivity Metode perubahan produktivitas ini menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu SDA dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas SDA kemudian dapat diketahui nilai dari SDA tersebut. Kuantitas SDA dipandang sebagai faktor produksi. Perubahan dalam kualitas lingkungan mengubah produktivitas dan biaya produksi yang kemudian mengubah harga dan tingkat hasil yang dapat diamati dan diukur. Tahapan pelaksanaannya, yaitu: 1. Menggunakan pendekatan langsung dan menuju sasaran. 2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu. 3. Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan dengan perubahan lingkunga yang terjadi. 4. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar. b Biaya Pengganti Replacement Cost Metode ini mengidentifikasi biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapau keadaan semula. Tahapan pelaksanaannya adalah: 1. Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan kualitas lingkungan. 2. Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang atau terganggu. 3. Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing-masing komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsi pengganti. 4. Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semua fungsi dan manfaat yang diganti. c Biaya Pencegahan Prevention Cost Expenditure Metode ini dapat dipakai apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Tahapan pelaksanaannya adalah: 1. Menentukan cara untuk melakukan pencegahan meminimkan dampak, baik cara preventif secara fisik maupun perilaku menghindari risiko. 2. Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponen data yang dibutuhkan. 3. Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakan upaya pencegahan tersebut.

3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda mempertimbangkan kemungkinan adanya lebih dari satu variabel penjelas yang mempengaruhi variabel tak bebas Gujarati

2007. Fungsi linear berganda adalah:

Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ... + β n X n + ε .......................................................1 Keterangan: Y = variabel tak bebasdependent β = konstanta β 1 ,..., β n = koefisien regresi X 1 ,...,X n = variabel bebasindependent ε = error Metode analisis regresi paling sering digunakan adalah metode kuadrat terkecil LS atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode kuadrat terkecil biasa ordinary least squaresOLS. Metode kuadrat terkecil biasa OLS digunakan umtuk menaksir parameter-parameter dalam regresi linear berganda yang ciri utamanya adalah bersifat tak bias linear yang terbaik best linear unbiased estimator, BLUE.

3.1.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder diperlukan ketika akan memutuskan siapa saja stakeholder yang harus diikutsertakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan analisis pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder. Kebijakan yang berlaku dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Masing-masing stakeholder memiliki tugas dan fungsi tersendiri yaitu dalam pelaksanaannya berada dalam sistem kerja yang terintegritas. Grimbel dan Chan 1995 menjelaskan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud adalah semua stakeholder mempengaruhi danatau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal ini dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi. Stakeholder meliputi pembuat kebijakan, perancang, dan administrator dalam pemerintah serta kelompok pengguna objek dalam sistem.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Banjir menggenangi hampir di seluruh kawasan di Indonesia termasuk di Kabupaten Tangerang. Salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang yang terendam banjir yaitu Kecamatan Kresek. Enam dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Kresek mengalami kerusakan dan kerugian yaitu Desa Koper, Pasir Ampo, Patrasana, Renged, Talok, dan Kresek. Penyebabnya adalah tingginya intensitas curah hujan, buruknya sistem drainase, dan kurangnya daerah resapan air di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan air Sungai Cidurian meluap dan tanggul Sungai Cidurian rusak. Bencana banjir ini menimbulkan berbagai dampak dimana salah satu sektor yang terkena dampak cukup parah adalah pertanian padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak banjir luapan sungai terhadap lahan pertanian yang mengakibatkan turunnya produktivitas kemudian menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar bagi petani serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Penelitian ini memiliki empat tujuan yakni mengidentifikasi kondisi lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani, mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang dialami petani, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Kajian mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah berdasarkan persepsi petani dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan kondisi pertanian setelah bencana. Kajian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi dianalisis melalui pendekatan pendekatan biaya perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas change of productivity pada lahan pertanian, dan pendapatan yang hilang. Kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kerugian banjir dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Selanjutnya, kajian mengenai stakeholder dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan pihak atau aktor yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi petani akibat banjir. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir dalam Gambar 1. Keterangan: Batasan Penelitian Aliran Gambar 1 Diagram alur kerangka berpikir Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir Mengidentifikasi kondisi lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani Analisis Deskriptif Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian banjir Pendekatan biaya perbaikan Pendekatan produktivitas productivity Banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek akibat luapan air sungai Kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai pada pertanian padi sawah Penilaian Kerugian Ekonomi Petani Padi Sawah Akibat Bencana Banjir Dampak banjir luapan sungai terhadap pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pada pertanian padi sawah Pendekatan pendapatan petani yang hilang Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Deskriptif

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Wilayah penelitian meliputi enam desa yang terkena banjir, yaitu Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja purposive karena pada awal bulan Januari tahun 2013 wilayah ini digenangi banjir akibat luapan air Sungai Cidurian yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar di sektor pertanian padi sawah. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan Mei hingga Agustus 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara menggunakan kuesioner kepada petani yang mengelola lahan milik sendiri, lahan garapan, dan mengelola keduanya serta mengalami kerugian akibat bencana banjir. Data primer adalah data cross section yang meliputi karakteristik petani, karakteristik lahan pertanian, persepsi petani terhadap kondisi lingkungan, biaya perbaikan, dan perubahan produktivitas pada lahan pertanian. Data sekunder yang diperoleh meliputi data keadaan umum kecamatan, keadaan umum keenam desa, dan data terkait dengan bencana yang terjadi. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur-literatur yang relevan berupa buku referensi, jurnal ilmiah, internet, hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh instansi, lembaga, atau perorangan yang berkaitan dengan penelitian ini serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Tangerang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, Balai Penyuluhan Pertanian BPP Kaliasin, Kecamatan Kresek, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek, Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A Mitra Cai, dan ketua kelompok tani.