Latar Belakang Arsitektur Hijau
8 2.
LEED Leadership in Energy and Environmental Design. Standar LEED ini dicetuskan oleh United States Green Building Council USGBC tahun
1988. LEED digunakan untuk menilai bangunan atau lingkungan binaan, baik dalam tahap pra perancangan maupun sudah terbangun. Parameter
yang dinilai dalam LEED adalah keberlanjutan tapak, penghematan air, energi dan atmosfer, material dan sumber daya, kualitas lingkungan ruang
dalam, inovasi dan proses desain. Sistem penilaian LEED menggolongkan enam tipe proyek, fasilitas, atau bangunan, yakni bangunan baru, bangunan
eksisting, ruang interior komersil, inti bangunan dan selubung bangunan, rumah, pengembangan lingkungan perumahan, sekolah, dan bangunan
perbelanjaan. Empat penggolongan sertifikasi yang diberikan LEED adalah Certified, Silver, Gold, dan Platinum.
3. Green Star Standar Bangunan Hijau Australia. Standar penilaian Green
Star dicetuskan oleh Green Building Council Australia GBCA tahun 2002. Penilaian ini membagi bangunan ke dalam sejumlah tipe, yakni bangunan
hunian, kesehatan, perbelanjaan, pendidikan, perkantoran baru, perkantoran eksisting dan interior kantor. Beberapa standar untuk tipe bangunan lainnya
dikembangkan GBCA di antaranya untuk bangunan industri, convention centre, dan bangunan campuran.
4. NABERS the National Australian Built Environment Rating System.
NABERS merupakan penilaian kinerja bangunan eksisting terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari pengoperasian bangunan tersebut terhadap
lingkungan. Saat ini tipe bangunan yang masuk ke dalam lingkup pengukuran NABERS adalah bangunan perkantoran dan bangunan rumah
tinggal. Sementara masih dalam perkembangan adalah bangunan hotel, sekolah dan bangunan perbelanjaan. Standar NABERS mengukur tingkat
hijau bangunan eksisting atas dasar empat parameter, yaitu; penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca, penggunaan air, penanganan limbah dan
kualitas lingkungan ruang dalam. Untuk memberikan gambaran tentang
tingkat hijau suatu bangunan, diperkenalkan penggunaan „jumlah bintang‟ dari satu bintang hingga empat bintang sebagai indikasi tingkat hijau.
5. Green Mark Standar Bangunan Hijau Singapura. Green Mark dikeluarkan
oleh Building Council Association BCA Singapura pada tahun 2005. Standar ini memberikan penilaian terhadap sejumlah tipe bangunan dan
proyek, yakni bangunan hunian, non-hunian, bangunan eksisting, interior bangunan kantor, bangunan menapak tanah, infrastruktur, dan taman baru
dan lama. Parameter yang dipakai adalah efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, perlindungan terhadap lingkungan, kualitas fisik
ruang dalam, aspek hijau lainnya dan inovasi desain. Bangunan yang dinilai dengan BCA Green Mark diberi predikat tersertifikasi emas, emas plus, dan
platinum.
6. GREENSHIP Standar Bangunan Hijau Indonesia. GREENSHIP
merupakan standar bangunan hijau yang dikembangkan oleh Green Building Council Indonesia GBCI. GBCI menyusun standar bangunan
hijau dengan enam aspek yang menjadi penilaian, yaitu ketepatan pengembangan tapak, efisiensi dan penghematan energi, penghematan air,
sumber material dan daur ulang, kesehatan ruang dalam dan kenyamanan serta kondisi lingkungan bangunan dan manajemen tapak. Masing-masing
9 aspek dibagi ke dalam butir-butir penilaian yang lebih detail di mana
masing-masing butir memiliki skor tertentu. Tingkat hijau bangunan ditentukan oleh total skor. Nilai skor tinggi menunjukkan bangunan
mengarah kepada pemenuhan kriteria hijau, sementara skor rendah berarti sebaliknya.