43 Upaya penanggulangan hama melalui rancangan bangunan pada bangunan
rumah disajikan pada Gambar 18 dan Gambar 19 berikut.
Secara umum, rancangan pengendalian hama dari 4 jenis bangunan di
Kampung Naga hampir sama. Perbedaan terletak pada bagian kolong bangunan. Pada rumah pintu 2 dan pintu 1, kolong bangunan digunakan sebagai kandang
ternak. Sedangkan pada masjid dan bale patemon, kolong bangunan dibiarkan kosong. Hal ini dimaksudkan untuk ke-khusyuk-an ibadah. Namun warga tidak
mengusir ternak ayam yang memasuki kolong masjid atau bale patemon, untuk Gambar 18 Pengendalian hama melalui rancangan rumah pintu 2
Gambar 19 Pengendalian hama melalui rancangan rumah pintu 1
44 mengendalikan hama rayap yang dapat merusak material kayu. Upaya
pengendalian hama pada bangunan masjid dan bale patemon seperti pada Gambar 20 dan Gambar 21 berikut.
Gambar 21 Pengendalian hama melalui rancangan bale patemon Masyarakat mendesain rumah dengan konsep selaras dengan alam, sehingga
mereka tidak perlu melakukan suatu upaya pengusiran dan pembunuhan hama- hama rumah, dan percaya bahwa alam akan mengamankan mereka ketika mereka
tidak merusak alam tersebut. Gambar 20 Pengendalian hama melalui rancangan masjid
45
4.2.5 Transportasi Masyarakat
Kendaraan umumnya menjadi modal terpenting untuk mempermudah aksesibilitas. Proses berpindah dan pengangkutan benda yang berat sangat
terbantu oleh kendaraan. Namun, di dalam kawasan Kampung Naga tidak ada jalur yang dapat dilewati kendaraan bermotor bahkan kendaraan yang
menggunakan hewan sekalipun, karena akses masuk ke dalam kampung ini berupa undakan anak tangga sebanyak 439 buah dengan kemiringan 45
. Warga baru bisa mengakses kendaraan setelah melewati anak tangga, sekitar 400
– 500 meter dari areal permukiman. Kendaraan yang melewati gerbang Kampung Naga
cukup aktif dan mudah ditemui, seperti angkot, minibus elf, dan bus besar. Tidak adanya akses masuk kendaraan di Kampung Naga dipertahankan untuk
menjaga agar warga tidak hidup berlebihan dan giat beraktifitas untuk menjaga kesehatan serta menjaga agar lingkungan areal permukiman tetap bersih tanpa
asap polusi. Warga yang memiliki kendaraan pun harus diparkir di areal parkir dekat gerbang masuk.
4.2.6 Penanganan Limpasan Air Hujan
Curah hujan di kawasan Kampung Naga, Tasikmalaya cukup tinggi, yaitu sekitar 3.468 mm. Hal ini nampaknya telah diperhitungkan saat awal
pembangunan kampung. Bagian atap rumah adat Kampung Naga berbentuk sulah nyanda dan menggunakan lapisan daun eurih ilalang atau daun tepus lalu
ditutupi ijuk. Desain dengan menggunakan bahan ini ternyata lebih baik menghantarkan air hujan dari atap langsung ke tanah. Semakin sering ijuk terkena
air hujan, maka akan semakin kuat karena dilekatkan oleh lumut-lumut yang tumbuh. Kemiringan atap yang lebih dari 45
membuat air lebih mudah tergelincir. Limpasan air hujan dari atap kemudian dibiarkan jatuh ke tanah.
Hampir tidak ada perkerasan di Kampung Naga, selain turap batu kali guna menyangga tanah berundak agar tidak longsor. Turap ini diberi pipa saluran air
agar air tanah mengalir dengan baik. Bagi warga Kampung Naga sangat tabu untuk menggunakan atap yang terbuat dari tanah genteng karena tanah
hakikatnya berada di bawah, dan tabu pula untuk memanfaatkan air hujan secara langsung karena air hujan hakikatnya turun ke tanah dan diserap oleh tanaman di
lingkungan kampung serta mengalir menjadi mata air. 4.2.7 Hasil Skoring Kategori Tepat Guna Lahan Kampung Naga
Hasil penilaian dengan metode skoring standar tingkat hijau GREENSHIP untuk kategori tepat guna lahan disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Hasil skoring kategori tepat guna lahan
KODE TUJUAN
NO TOLOK UKUR
NILAI ANALISIS
GREENSHIP CHECK
-LIST KETERANGAN
ASD 1
Area Hijau Green Area 4
Memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan
fungsi alamiah tanaman dan meningkatkan
kenyamanan dan kesehatan fisik serta
psikis penghuni 1A
Memiliki vegetasi minimum 30 dari luas tanah
1 Kampung Naga
memiliki Koefesien Daerah Hijau sebesar
74 dengan skala komunal
permukiman, dengan batasan
wilayah seluas 1,5 Ha
Area terbuka pada Kampung
Naga lebih luas lagi, karena
sekeliling area permukiman
adalah hutan dan sawah
Atau 1B
Memiliki vegetasi minimum 50 dari luas tanah
2 √
46
KODE TUJUAN
NO TOLOK UKUR
NILAI ANALISIS
GREENSHIP CHECK-
LIST KETERANGAN
2 Penggunaan 100
tanaman yang berasal dari nursery lokal
dengan jarak maksimum 500 km.
1 Semua tumbuhan
tumbuh dan terkonservasi di
dalam kampung √
Tumbuh- tumbuhan
dikonservasi masyarakat adat
3 Adanya penanaman
pohon pelindung pada pekarangan rumah
lebih banyak dari standar minimum.
lampiran ASD 1 1
Kampung Naga hanya memiliki
rasio 0,32 pohon500m
2
, tidak sesuai
dengan standar minimum 3
pohon500m
2
− Sekeliling
Kampung Naga merupakan area
hijau hutan dengan jumlah
pepohonan yang banyak
ASD 2 Infrastruktur Pendukung
2
Untuk mendorong pembangunan di tempat yang sudah memiliki
infrastruktur pendukung serta menghindari pembangunan di
area greenfileds dan pembukaan lahan baru.
1A Membangun di dalam
kawasan yang dilengkapi minimal 5
lima dari prasarana sarana kota
1 Kecamatan
Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, memiliki 12
infrastruktur sarana dan
prasarana kota, dan 5
diantaranya terdapat pula
dalam kawasan kampung
Prasarana di dalam kampung
telah dipertimbangkan
sesuai kebutuhan primer masyarakat
adat, seperti pedestrian,
jaringan jalan, jaringan air bersih,
drainase dan sistem pengolahan
sampah
Atau 1B
Membangun di dalam kawasan yang
dilengkapi minimal 8 delapan dari
prasarana sarana kota 2
√
ASD 3 Aksesibilitas Komunitas Community Accesibility
2
Untuk menghargai lokasi rumah yang memiliki aksesibilitas yang
baik sehingga mempermudah penghuni untuk mencapai
berbagai fasilitas dalam kegiatan sehari-hari.
1A Terdapat minimum 5
jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian
jalan utama sejauh 1 km dari tapak
1 Terdapat 16 jenis
fasilitas umum dalam jarak
pencapaian jalan utama sejauh
maksimal 1 km dari kampung
skala pelayanan kecamatan
Salawu dan 4 jenis fasilitas
dalam kampung Fasilitas umum di
dalam kampung disesuaikan
dengan kebutuhan fasilitas primer
masyarakat adat, seperti masjid,
saung lesung dan gedung serba
guna, fasilitas lain terdapat di luar
kandang jaga.
Atau 1B
Terdapat minimum 10 jenis fasilitas umum
dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1
km dari tapak 2
√
ASD 4 Pengendalian Hama Pest Management
2
Menghindari gangguan kenyamanan dan keamanan
penghuni akibat hama serta mencegah penularan penyakit
dari hama 1
Adanya upaya desain rumah untuk
penanggulangan nyamuk
1 Terdapat upaya
perencanaan pola permukiman dan
perancangan model rumah
yang mereduksi gangguan
nyamuk √
Pengkondisian udara yang
dihasilkan oleh bentuk rumah
adat, menyebabkan
tidak ada nyamuk di dalam rumah.
2 Adanya upaya desain
rumah untuk penanggulangan tikus
1 Terdapat
penutupan langit- langit pada
ruangan reguler √
Masyarakat juga mengandalkan
kucing untuk mengusir tikus di
area permukiman
3 Adanya upaya desain
rumah untuk penanggulangan lalat
1 Tidak terdapat
upaya perancangan
model rumah untuk
mengendalikan lalat
− Sistem
pembuangan sampah organik
yang baik menyebabkan lalat
tidak dapat berkembang di
area rumah
4 Adanya upaya
manajemen penanggulangan rayap
1 Penggunaan
pondasi batu kali papas, bahan
kayu yang direndam, dan
ijuk menyulitkan
rayap masuk ke rumah
√ Adanya kandang
ayam pada kolong rumah mereduksi
perkembangbiak- an rayap
47
KODE TUJUAN
NO TOLOK UKUR
NILAI ANALISIS
GREENSHIP CHECK-
LIST KETERANGAN
ASD 5 Transportasi umum
1
Mengupayakan pengurangan emisi dari kendaraan pribadi
1A Adanya halte atau
stasiun transportasi umum dalam
jangkauan 500 m. 1
Jarak pencapaian transportasi
umum dari areal permukiman
sejauh 400 - 500 meter
Jarak ditempuh melalui anak
tangga sebanyak 439 buah yang
memberikan dampak bagi
kesehatan penduduk dan
tanpa emisi Atau
1B Adanya akses menuju
rute angkutan umum dalam jangkauan 500
m. 1
√ ASD 6
Penanganan air limpasan hujan
2
Mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota
yang berpotensi menyebabkan banjir
1 Adanya penanganan
limpasan air hujan untuk atap
1 Air hujan di atap
dialirkan dengan baik ke tanah
oleh desain atap dari bahan ijuk
− Atap ijuk dengan
desain kemiringan 45 derajat
membuat air lebih cepat meluncur ke
tanah
2 Adanya penanganan
limpasan air hujan untuk halaman
1 Tidak terdapat
penanganan limpasan air, air
hujan masuk ke dalam tanah
tanpa ada pelimpasan ke
seluruh halaman −
Air hujan mengalir alami
dipermukaan mengikuti
bentukan topografi menuju
Sungai Ciwulan
TOTAL NILAI KATEGORI ASD 13
11
4.3 Efisiensi dan Konservasi Energi Kampung Naga
Masyarakat Kampung Naga seperti masyarakat tradisional Sunda lainnya, menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi guna melestarikan kebudayaannya.
Pandangan hidup masyarakat untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan sesuai tuntunan agama dan leluhur, menghasilkan siklus pemanfaatan energi yang
efesien dan efektif bagi kebutuhan mereka. Dari pemilihan lokasi untuk areal permukiman, pemilihan material bangunan hingga kebiasaan dan gaya hidup,
memiliki makna-makna filosofis yang kental dengan nilai-nilai konservasi lingkungan serta nilai-nilai keberlanjutan hidup. Setiap kegiatan primer dalam
kehidupan sehari-hari memiliki siklus yang terintegrasi dengan kehidupan lainnya. Seperti siklus pertanian terpadu yang diaplikasikan untuk kegiatan MCK dengan
kolam ikan, kandang ternak dengan kolam ikan, kotoran ternak dengan lahan pertanian dan sebagainya. Penguasaan kondisi alam dan lingkungan pemukiman
membuat masyarakat Kampung Naga menentukan aturan-aturan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa aturan terlihat tabu dan hanya menjadi mitos bagi
masyarakat,
namun memiliki
makna kearifan
lokal tersendiri
bagi keberlangsungan adat.
4.3.1 Pengonsumsian Energi Listrik
Listrik merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia moderen. Perkembangan teknologi berbanding lurus dengan pengonsumsian energi listrik.
Namun penyediaan listrik membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan pembangkit-pembangkit listrik. Bahan bakar yang terus menipis menekan
manusia untuk melakukan penghematan dan inovasi pengelolaan listrik dengan cara lain. Penghematan inilah yang menjadi sorotan arsitektur hijau. Kontrol
energi seperti pengadaan sub-meteran untuk pemantauan konsumsi listrik
48 merupakan salah satu standar dari GREENSHIP. Dengan adanya alat pemantau
konsumsi listrik seperti sub-meteran untuk lampu, alat pendingin AC dan stop kontak, poin pada aspek ini menjadi tinggi.
Kampung Naga memiliki aturan tersendiri dalam pengonsumsian energi listrik. Masyarakat menghindari masuknya aliran listrik dengan daya yang besar
seperti kabel listrik PLN. Penggunaan kayu dan daun sebagai material bangunan di Kampung Naga menjadi alasan utama mengapa hal tersebut dilakukan.
Masyarakat menghindari potensi terjadinya kebakaran. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa dengan masuknya listrik akan mengubah gaya hidup yang
sederhana dan tidak berlebihan. Gaya hidup berlebihan akan membuat perbedaan di setiap manusia yang pada hakikatnya sama dihadapan Tuhan. Tidak adanya
jaringan listrik yang masuk ke dalam kampung membuat penilaian pada aspek ini rendah atau tidak berpoin. Namun, meski dalam standar penilaian GREENSHIP
hal ini tidak termasuk hijau, pada prinsipnya justru terdapat nilai-nilai ekologis yang tinggi diterapkan oleh masyarakat. Dari total 109 rumah tinggal yang dihuni,
terdapat 9 rumah tinggal yang memiliki televisi dan radio. Artinya, warga tetap membutuhkan hiburan, teknologi dan juga pengonsumsian energi listrik. Namun
energi listrik tersebut didapat dari sumber listrik berupa accu 7 rumah dan solar panel 2 rumah seperti pada Gambar 22. Daya yang dihasilkan memang tidak
sebesar yang dialirkan jaringan listrik, namun inilah yang diharapkan warga agar tidak terus menerus mengonsumsi listrik. Dalam analisis deskriptif dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Kampung Naga memiliki kontrol konsumsi energi listrik yang tinggi sehingga menambah penghematan listrik negara.
4.3.2 Pencahayaan Penerangan Buatan dalam Kampung
Penerangan buatan adalah penerangan yang menggantikan cahaya langsung matahari. Penerangan buatan berkaitan erat dengan sumber energi listrik seperti
yang disebutkan sebelumnya. Pada standar GREENSHIP, penerangan buatan dinilai mendapatkan poin yang tinggi ketika dapat diketahui berapa besaran
pengeluaran daya dari lampu yang digunakan dengan perhitungan satuan Wattm
2
. Selain itu juga menggunakan fitur otomatis seperti sensor gerak, timer, atau
sensor cahaya minimal 1 ruangan di dalam rumah. Dengan perhitungan yang pengeluaran daya yang tidak terlalu tinggi dan kontrol pemakaian melalui
teknologi sensor, diharapkan mampu mengurangi besarnya energi yang dikonsumsi oleh pemakaian lampu. Rumus perhitungan untuk mengetahui besaran
Wattm
2
: Gambar 22 Penggunaan tenaga accu untuk menghidupkan televisi,
dan Penggunaan solar cell