Manajemen Lingkungan Bangunan Kajian Konsep Arsitektur Hijau Kampung Naga, Jawa Barat

86 menggunakan sistem keamanan yang lebih ketat lagi seperti alarm atau satuan pengamanan satpam rumah. Dengan teknologi seperti alarm manual atau otomatis pada bangunan, pemilik atau penghuni merasa lebih nyaman. Sistem alarm ini diperlukan pada penilaian kriteria keamanan menurut standar GREENSHIP. Seluruh bangunan di Kampung Naga tidak memiliki alarm otomatis untuk sistem keamanan. Artinya, menurut penilaian pada tolok ukur ini, Kampung Naga tidak mendapatkan poin. Dengan pola permukiman dimana jarak antar rumah saling berdekatan dan mengenal warga satu sama lain, maka warga tidak membutuhkan alarm yang membutuhkan energi listrik. Mereka cukup berteriak atau memanggil tetangga bila mendapat masalah keamanan. Secara komunal, masyarakat Kampung Naga memiliki sebuah sistem keamanan untuk mengumpukan warga, yaitu dengan menggunakan kentongan raksasa yang diletakkan di tengah areal permukiman di depan masjid. Dengan kondisi lahan yang berupa lahan lembah, suara kentongan ini dapat menggema dan terdengar sampai radius 500 m lebih. Jumlah pukulan tergantung pada peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, masyarakat Kampung Naga tetap mempertimbangkan aspek keamanan melalui sistem alarm yang mereka punya. 4.7.4 Desain dan Konstruksi Berkelanjutan Rancangan dan pendirian bangunan pada suatu lingkungan permukiman perlu mempertimbangkan aspek berkelanjutan. Artinya, pembangunan diharapkan menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan sekitar, agar ekosistem pada lingkungan tersebut tetap bertahan. Terdapat tiga kriteria desain dan konstruksi berkelanjutan, yaitu: 1. Melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang memiliki kompetensi dalam pembangunan rumah, mulai dari tahapan perencanaan desain sampai selesainya tahapan konstruksi termasuk aktifitas fit out. Contoh tenaga ahli bangunan adalah arsitek, ahli bangunan, ahli lanskap, desainer interior dan teknik sipil. Gambar 38 Punduh Kampung Naga 2. Adanya sistem kesehatan dan keselamatan baik untuk pekerja maupun penghuni rumah selama masa konstruksi berlangsung. 3. Adanya sistem manajemen lingkungan di dalam lahan selama masa konstruksi berlangsung. Menurut punduh ahli bangunan Kampung Naga, 1. pengerjaan konstruksi bangunan di Kampung Naga melibatkan seorang punduh yang mengetahui kebutuhan material dan tahap-tahap 87 pendirian bangunan. Tugas punduh ini merangkap sebagai arsitek, ahli bangunan dan ahli sipil. Kekuatan bangunan bisa diperkirakan dengan menghitung luas lahan dan besar bangunan. Ilmu yang dimiliki oleh seorang punduh diturunkan secara turun temurun melalui satu garis keturunan. 2. Tidak terdapat sistem perlindungan fisik seperti penggunaan helm dan sepatu boots yang biasa dilakukan dalam pembangunan rumah-rumah moderen atau gedung-gedung bertingkat. Hal ini dikarenakan material yang bukan merupakan material berat. Sehingga cedera yang mungkin ditemui tidak seberat cedera pada pembangunan dengan material beton. Tahapan pembangunan yang dikerjakan gotong royong membuat kewaspadaan menjadi lebih tinggi. Tidak juga terdapat sistem asuransi jika terjadi kecelakaan. Warga lain bersiap membantu jika terdapat musibah kecelakaan. 3. Pembangunan rumah dilakukan selama satu sampai dua minggu. Selama masa pembangunan tidak terdapat pembuangan limbah yang berarti dan dapat mencemari lingkungan. Seluruh material yang digunakan adalah material yang berasal dari tumbuhan dan tidak membahayakan lingkungan sekitar. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun pendirian bangunan di Kampung Naga sifatnya tradisional, namun pembangunan tetap memperhatikan prosedur rancangan dan konstruksi yang baik sehingga bangunan dan lingkungan di kampung ini selaras dan berkelanjutan.

4.7.5 Inovasi Desain dan Teknologi

Tujuan dari penilaian pada kriteria ini adalah untuk meningkatkan kreatifitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya. Dalam kriteria ini, inovasi dibagi menjadi 3 tiga jenis, yaitu: 1. Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin maksimum yang ada dalam GREENSHIP Home versi tahun 2011, dengan menggunakan metode yang sama dengan kriteria pada GREENSHIP Home. Contohnya dapat berupa: Rumah dapat mencapai poin yang lebih tinggi dalam kriteria IHC 3 memaksimalkan pencahayaan alami, dimana: a. Jika cahaya matahari dapat menerangi area ruang keluarga sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan b. Jika cahaya matahari dapat menerangi area kamar sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan c. Jika cahaya matahari dapat menerangi area keluarga sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan d. Jika cahaya matahari dapat menerangi area kamar sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan 2. Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home dengan menggunakan metode lain di luar tolok ukur. Contoh: Dalam memenuhi kriteria pada kategori WAC, rumah menggunakan air limbah rumah tangga yang dialirkan menuju sistem daur ulang, dan diolah kembali 88 menjadi sumber air alternatif; sehingga hal ini merupakan salah satu strategi penghematan air dalam menggunakan sumber air alternatif. 3. Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memberikan manfaat kepada kawasan sekitar rumah dan memberikan konstribusi kepada isu lingkungan hidup di luar kriteria GREENSHIP Home dengan melibatkan seluruh penghuni rumah. Contohnya dapat berupa: a. Penghuni rumah berinisiatif untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga untuk pengelolaan sampah B3 dalam skala kawasan atau rumah tangga. b. Penghuni rumah berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah anorganik dan organik dalam skala kawasan atau rumah tangga. c. Pemilihan jenis tanaman di halaman rumah yang mendukung keberlangsungan habitat satwa non peliharaan dengan memperhatikan area aktifitas hewan. d. Penghuni rumah berinisiatif untuk membangun strategi penanganan limpasan air hujan skala kawasan. Pada proses penilaian pada aspek sebelumnya, terdapat inovasi pada bangunan di Kampung Naga sebagai berikut: 1. Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin maksimum yang ada dalam GREENSHIP Home, dengan menggunakan metode yang sama dengan kriteria pada GREENSHIP Home, di antaranya: a. Pada kriteria MRC 3 penggunaan material dari sumber ramah lingkungan, persentase penggunaan material dari hasil perhitungan adalah 100, melebihi standar minimum yang ditentukan yaitu 20. b. Pada kriteria MRC 6 penggunaan material prefabrikasi, persentase penggunaan material dari hasil perhitungan adalah 43, melebihi standar minimum yang ditentukan yaitu 30. c. Pada kriteria MRC 7 penggunaan material lokal, persentase penggunaan material dari hasil perhitungan adalah 100 d. Pada kriteria IHC 1 sirkulasi udara bersih, inovasi desain sebagai berikut:  Luas bukaan pada dinding bangunan yaitu; rumah pintu 2 25, rumah pintu 1 13,5, masjid 19 dan bale patemon 25, melebihi standar minimum yaitu 5  Jarak antar ventilasi silang inlet-outlet di seluruh bangunan di Kampung Naga berkisar antara 0,6 – 11 m, kurang dari standar maksimum yang ditentukan yaitu 12 m. 2. Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home dengan menggunakan metode lain di luar tolok ukur, di antaranya: a. Dalam memenuhi kriteria IHC 1 sirkulasi udara bersih, penggunaan exhaus fan tidak terdapat pada jamban toilet di Kampung Naga. Jamban terletak di luar rumah dan bagian atas terbuka. Dengan tidak adanya 13 dinding bagian atas maka udara bebas masuk dan mereduksi gas polutan dari dalam jamban. 89 b. Dalam memenuhi kriteria IHC 2 minimalisasi sumber polutan, tidak terdapat penggunaan cat dengan tipe produk sesuai pada tabel standar. Masyarakat menggunakan kapur pertanian untuk mengecat dinding rumah. Kapur pertanian juga memiliki kadar VOC yang rendah. 3. Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memberikan manfaat kepada kawasan sekitar rumah dan memberikan konstribusi kepada isu lingkungan hidup di luar kriteria GREENSHIP Home dengan melibatkan seluruh penghuni rumah, antara lain: a. Masyarakat adat berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah anorganik dan organik dalam skala kawasan atau rumah tangga. b. Masyarakat adat berinisiatif untuk membangun strategi penanganan limpasan air hujan skala kawasan yaitu dengan membangun bak penampungan air terbuka. c. Masyarakat adat menggunakan material lokal dan berasal dari tumbuhan sehingga aman bagi lingkungan. d. Desain rumah yang mengoptimalkan sirkulasi angin dan udara bersih menyebabkan kondisi sejuk, sehingga tidak perlu penggunaan alat pendingin yang dapat merusak ozon. Inovasi-inovasi terkait desain, teknologi maupun performa rumah tersebut terdapat pada bangunan adat Kampung Naga. Oleh karena itu, pada kriteria ini Kampung Naga mendapatkan poin. Kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal dan pandangan masyarakat yang holistik terhadap alam, menyebabkan rancangan bangunan yang sangat nyaman bagi kebutuhan utama manusia terhadap bangunan, yaitu beristirahat dan bekerja.

4.7.6 Desain Rumah Tumbuh

Lingkungan hunian perlu memiliki rencana untuk waktu yang akan datang. Penghuni rumah berpotensi memerlukan ruang yang cukup untuk kegiatan yang akan dilakukan di dalam rumah pada masa depan. Selain itu juga jumlah penghuni yang kemungkinan bertambah untuk penghuni baru menjadi pertimbangan desain rumah tumbuh. Perencanaan rumah untuk dapat tumbuh diperluas atau ditinggikan perlu direncanakan sejak awal pembangunan agar tidak perlu membongkar atau menjual bangunan ketika sudah tidak dapat menampung kebutuhan. Konsep dari rumah tumbuh berawal dari konsep Rumah Inti Tumbuh RIT, yang merupakan tempat kediaman awal untuk memulai bertempat tinggal dengan standar minimal yang layak dihuni oleh siapa pun, berupa bangunan dengan luas lahan efektif antara 72-90 m 2 yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga serta mendorong penghuni untuk tumbuh, baik aspek fisik bangunan rumah sederhana sehat maupun aspek sosial budaya sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403KptsM2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat Rs Sehat. Menurut punduh Kampung Naga, rumah adat Kampung Naga tidak didesain untuk dapat tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang serba sesuai dengan kebutuhan dan kesederhanaan. Ketika penghuni rumah bertambah, maka anak yang sudah dewasa akan membuat rumah di luar areal inti permukiman Kampung Naga. Namun anak tersebut dapat kembali ke permukiman 90 inti ketika terdapat rumah yang ditinggal penghuninya. Selain itu, pembangunan rumah baru di Kampung Naga sudah tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan di lahan 1,5 Ha dengan peruntukan areal permukiman sudah tidak terdapat ruang yang kosong. Dengan begitu, kemungkinan untuk menambah rumah sudah tidak mungkin, kecuali mengganti rumah yang rusak.

4.7.7 Hasil Skoring Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan Kampung Naga

Hasil penilaian dengan metode skoring standar tingkat hijau GREENSHIP untuk kategori sumber dan daur ulang material disajikan dalam Tabel 33 berikut. Tabel 33 Hasil skoring kategori manajemen lingkungan bangunan KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR NILAI ANALISIS GREENSHIP CHECK LIST KETERANGAN BEM 1 Aktifitas Ramah Lingkungan 1 Meningkatkan perilaku ramah lingkungan dan terciptanya suatu komunikasi yang dapat mendukung penerapan green home baik di dalam dan di luar lingkungan rumah TIDAK BERLAKU bila rumah belum memasuki tahap okupansi Rumah telah memasuki tahap okupansi 1 Mengikuti aktifitas rutin di sekitar kawasan rumah sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan menjaga keberlanjutan kawasan sekitar rumah 1 Terdapat aktivitas pelestarian lingkungan menurut adat yang dilakukan dengan kesadaran dan kerja sama seluruh masyarakat Kampung Naga √ Pembagian kawasan suci, bersih dan kotor merupakan sistem kemasyarakatan yang berisi pembagian kegiatan yang berbeda, demi kepentingan lingkungan BEM 2 Panduan Bangunan Rumah 2 Memberikan informasi operasional rumah dan lingkungannya untuk penghuni rumah 1 Adanya buku panduan berisi informasi dasar dan panduan teknis rumah dan lingkungan 2 Tidak terdapat buku panduan berisi informasi pembangunan rumah adat, seluruh pembuatan bangunan dibawah arahan punduh secara turun temurun − Panduan pembuatan rumah diturunkan kepada keturunan punduh agar masyarakat tidak berbuat yang berlebihan ketika membangun atau merenovasi rumahnya BEM 3 Keamanan 1 Meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni rumah 1 Terdapat sistem alarm manual atau otomatis pada rumah 1 Peringatan keamanan di Kampung Naga mengandalkan kedekatan hubungan sosial dan budaya, tidak menggunakan sistem alarm yang membutuhkan energi listrik − Jarak antar rumah yang berdekatan menyebabkan penjagaan dan kepercayaan antar rumah tetangga menjadi lebih intens, penggunaan alarm tidak diperlukan BEM 4 Desain dan Konstruksi Berkelanjutan 5 Menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan akibat pembangunan rumah 1 Melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang memiliki kompetensi dalam pembangunan rumah mulai dari tahapan perencanaan desain sampai selesainya tahapan konstruksi termasuk aktifitas fit out Keterangan: Contoh tenaga ahli bangunan: arsitek, ahli lanskap, desainer interior, sipil 1 Pembangunan melibatkan ahli bangunan punduh yang mengetahui kebutuhan dasar bangunan adat Naga sehingga tidak berlebihan dalam pengadaan material √ Punduh mendapatkan pengetahuan mengenai perhitungan material yang didasarkan pada kemampuan ekonomi dan luas lahan, serta metode pembuatan agar hasil berkualiatas 91 KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR NILAI ANALISIS GREENSHIP CHECK LIST KETERANGAN 2 Adanya sistem kesehatan dan keselamatan baik untuk pekerja maupun penghuni rumah selama masa konstruksi berlangsung 2 Tidak terdapat sistem perlindungan fisik pekerja bangunan pada saat pekerjaan konstruksi berlangsung − Ukuran rumah yang masih dalam batas aman pengerjaan manusia serta material yang berasal dari tumbuhan membuat keselamatan relatif aman bagi penduduk. 3 Adanya sistem manajemen lingkungan di dalam lahan selama masa konstruksi berlangsung 2 Tidak terdapat limbah yang berarti dan dapat mencemari lingkungan. Sistem manajemen limbah dilakukan dengan penggunaan material dari tumbuhan dan tidak membahayakan √ Material dari tumbuhan yang aman serta sesuai kebutuhan membuat sisa dari pembuatan mudah dimanfaatkan kembali BEM 5 Inovasi 3 Meningkatkan kreatifitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya 1A Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin maksimum yang ada dalam GREENSHIP home, dengan menggunakan metode yang sama dengan kriteria pada GREENSHIP Home 1 sd 3 Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin maksimum yang ada dalam GREENSHIP home, dengan menggunakan metode yang sama maupun metode yang berbeda di luar tolok ukur √ Inovasi dalam desain dan teknologi disesuaikan dengan kondisi alam sekitar, tanpa memaksakan kepuasan manusia, dan perusakkan terhadap sistem alam Atau 1B Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home dengan menggunakan metode lain di luar tolok ukur 1 sd 3 BEM 6 Desain Rumah Tumbuh Bonus Memfasilitasi peningkatan kualitas hidup penghhuni tanpa mengurangi fungsi rumah terhadap lingkungan 1 Adanya sebuah perencanaan yang mengantisipasi rumah tumbuh 2 Sudah tidak terdapat ruang untuk mengantisipasi penambahan bangunan maupun perluasan rumah tinggal − Pembangunan rumah bagi keturunan baru dilakukan di luar areal permukiman pusat Kampung Naga TOTAL NILAI KATEGORI BEM 12 7

4.8 Skor Hasil Penilaian Tolok Ukur GREENSHIP

Pengamatan tingkat hijau lingkungan di Kampung Naga berdasarkan tolok ukur standar tingkat hijau GREENSHIP dari GBC Indonesia mendapatkan hasil seperti pada tabel di setiap kategori. Perhitungan skor dilakukan dengan formula sebagai berikut: Total persentase penilaian = Jumlah skor terpenuhi Total skor yang harus dipenuhi x 100 92 Jumlah skor penilaian arsitektur hijau menurut GREENSHIP yang dipenuhi oleh Kampung Naga adalah 43 poin, sedangkan total skor yang harus dipenuhi adalah 73 poin. Jumlah ini dengan perincian seperti pada Tabel 34 berikut: Tabel 34Rekapitulasi Total Skor per Kategori pada Tolok Ukur GREENSHIP Jenis Kategori Poin pada Kampung Naga Poin Maksimal KATEGORI TEPAT GUNA LAHAN Appropriate Site Development ASD 11 13 KATEGORI EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI Energy Efficiency Conservation EEC 7 13 KATEGORI KONSERVASI AIR Water ConservationWAC 3 8 KATEGORI SUMBER DAN DAUR ULANG MATERIAL Material Resource and Cycle MRC 5 15 KATEGORI KESEHATAN DAN KENYAMANAN DALAM RUANG Indoor Health and Comfort IHC 10 12 KATEGORI MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN Building Environment Management BEM 7 12 TOTAL 43 73 Persentase tingkat hijau pada tolok ukur GREENSHIP didapat sebagai berikut: Total persentase penilaian = 43 73 x 100 = 58,9 Nilai total tersebut masuk ke dalam kategori EMAS 57- 72; 42 – 53 poin pada standar GBC Indonesia tersebut. Kategori ini termasuk baik dan mendapat predikat hijau. Tabel 35 Kategori Peringkat GREENSHIP Home Checklist Assessment Peringkat Persentase Nilai Platinum ≥ 73 ≥ 54 Emas 57 - 72 42 - 53 Perak 45 - 56 33 - 41 Perunggu 34 - 44 25 - 32

4.9 Rekomendasi Bangunan Hijau

Penilaian tingkat hijau dengan menggunakan standar GREENSHIP dapat menentukan peringkat hijau suatu bangunan. Peringkat tersebut dapat menjadi penghargaan bagi bangunan yang telah memenuhi kriteria arsitektur hijau, namun dapat juga menjadi peringatan bagi bangunan yang belum memenuhi kriteria 93 tersebut. Pemenuhan poin-poin kriteria diperlukan demi mewujudkan tujuan utama yaitu mengurangi pemanasan global dan tetap mendukung aktivitas manusia melalui bangunan yang nyaman dan berkelanjutan. Bangunan adat Kampung Naga mendapat nilai persentase tingkat hijau sebesar 58,9 dan termasuk pada kategori peringkat emas. Pada proses penilaian, terdapat poin-poin yang tidak bisa dipenuhi oleh 4 jenis bangunan adat di Kampung Naga. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan fasilitas kampung yang juga bagian dari adat dan kepercayaan. Setiap aturan adat tersebut memiliki alasan tersendiri baik mitos maupun alasan ilmiah, yang membuat masyarakat adat Kampung Naga dapat tetap bertahan dalam melestarikan budaya. Sistem pembangunan tradisional ini dapat dipadukan dengan standar-standar arsitektur modern seperti GREENSHIP sehingga dapat menjadi model rekomendasi bangunan hijau bagi masyarakat umum di luar Kampung Naga untuk membuat desain bangunan tradisional Sunda Kampung Naga yang sesuai dengan kaidah arsitektur hijau.

4.9.1 Parameter GREENSHIP Sebagai Kriteria Model Rumah Tradisional

Parameter-parameter GREENSHIP yang sesuai dengan nilai-nilai arsitektur tradisional Kampung Naga menghasilkan kriteria-kriteria untuk model ideal rumah tradisional yang memenuhi tolok ukur tingkat hijau sebagai berikut: 1. Kategori Tepat Guna LahanAppropriate Site Development ASD - Memiliki vegetasi minimum 50 dari luas lahan - Penggunaan tanaman lokal - Pohon pelindung lebih dari 3 pohon untuk lahan ≥ 500 m 2 - Membangun dalam kawasan dengan 8 infrastruktursarana prasarana kota - Membangun dalam kawasan dengan 10 jenis fasilitas umum - Terdapat upaya penanggulangan hama rumah oleh rancangan dan material bangunan, contoh: rancangan rumah panggung mereduksi rayap - Jarak menuju angkutan umum maksimum sejauh 500 meter - Adanya penangan limpasan air hujan untuk atap menggunakan bahan yang cepat melimpas air seperti ijuk dan pekarangan pembuatan sumur resapan 2. Kategori Efesiensi dan Konservasi EnergiEnergy Efficiency ConservationEEC - Penggunaan lampu sesuai kebutuhan - Tidak perlu menggunakan Air Conditioner AC, penggunaan lubang angin dan rancangan rumah panggung mengoptimalkan udara sejuk - Menggunakan bahan non-konduksi panas pada atap menggunakan kayu - Menggunakan bahan non-konduksi untuk jendela kusen kayu albasia - Menggunakan teknologi solar cell untuk pembangkit listrik alternatif dan pemanas air 3. Kategori Konservasi AirWater Conservation WAC - Pemanfaatan air permukaan - Pemanfaatan air hujan 94 - Penghematan dalam kamar mandi dengan penggunaan shower dan keran sensorik - Penampungan air hujan kapasitas 200-500 liter - Penggunaan flushing toilet - Penyiraman tanaman menggunakan limpasan air hujan atau air dari tangki penampungan 4. Kategori Sumber dan Daur Ulang MaterialMaterial Resource and Cycle MRC - Tidak menggunakan material lama - Menggunakan material terbarukan ≥ 20 - Menggunakan material dengan sertifikat sistem manajemen lingkungan SML ≥ 30 - Menggunakan bahan material lokal dalam negerilingkungan sekitar - Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik 5. Kategori Kesehatan dan Kenyamanan Dalam RuangIndoor Health and Comfort IHC - Luas ventilasi minimum 10 dari luas lantai - 100 luas ruangan reguler dirancang dengan ventilasi silang - Exhaust fanlubang angin pada kamar mandi - Penggunaan material dinding dari bambu guna memaksimakan sirkulasi udara - Menggunakan cat ber-VOC rendah - Menggunakan perekat ber-VOC rendah, atau menggunakan paku dan tali ijuk - Penempatan jendela optimal untuk mendapatkan intensitas 200 lux cahaya, pada setiap ruangan reguler - Penggunaan tanaman peredam bising, pereduksi bau tidak sedap dan estetika 6. Kategori Manajemen Lingkungan BangunanBuilding Environment Management BEM - Penghuni melakukan aktivitas ramah lingkungan - Pembangunan rumah memiliki panduan bangunan rumah atau gambar rancangan - Memiliki sistem alarm atau sistem ketetanggaan yang terbuka - Menggunakan ahli bangunan dalam proses pembangunan arsitek, teknik sipil, arsitek lanskap - Menggunakan sistem keselamatan pekerja dan penghuni dalam proses pembangunan - Terdapat sistem manajemen lingkungan selama masa konstruksi - Antisipasi rumah tumbuh Hasil dari penggabungan standar-standar arsitektur hijau dan arsitektur tradisional tersebut menjadi landasan untuk membuat suatu model rekomendasi rumah hijau tradisional.

4.9.2 Konsep Dasar Model Rumah Hijau Tradisional

Hasil penilaian tingkat hijau yang telah dilakukan merupakan suatu rekomendasi tersendiri bagi stakeholder, dalam hal ini masyarakat Kampung