86 menggunakan sistem keamanan yang lebih ketat lagi seperti alarm atau satuan
pengamanan satpam rumah. Dengan teknologi seperti alarm manual atau otomatis pada bangunan, pemilik atau penghuni merasa lebih nyaman. Sistem
alarm ini diperlukan pada penilaian kriteria keamanan menurut standar GREENSHIP.
Seluruh bangunan di Kampung Naga tidak memiliki alarm otomatis untuk sistem keamanan. Artinya, menurut penilaian pada tolok ukur ini, Kampung Naga
tidak mendapatkan poin. Dengan pola permukiman dimana jarak antar rumah saling berdekatan dan mengenal warga satu sama lain, maka warga tidak
membutuhkan alarm yang membutuhkan energi listrik. Mereka cukup berteriak atau memanggil tetangga bila mendapat masalah keamanan. Secara komunal,
masyarakat Kampung Naga memiliki sebuah sistem keamanan untuk mengumpukan warga, yaitu dengan menggunakan kentongan raksasa yang
diletakkan di tengah areal permukiman di depan masjid. Dengan kondisi lahan yang berupa lahan lembah, suara kentongan ini dapat menggema dan terdengar
sampai radius 500 m lebih. Jumlah pukulan tergantung pada peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, masyarakat Kampung Naga tetap mempertimbangkan
aspek keamanan melalui sistem alarm yang mereka punya. 4.7.4 Desain dan Konstruksi Berkelanjutan
Rancangan dan pendirian bangunan pada suatu lingkungan permukiman perlu mempertimbangkan aspek berkelanjutan. Artinya, pembangunan diharapkan
menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan sekitar, agar ekosistem pada lingkungan tersebut tetap bertahan. Terdapat tiga kriteria desain dan konstruksi
berkelanjutan, yaitu:
1. Melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang memiliki kompetensi
dalam pembangunan rumah, mulai dari tahapan perencanaan desain sampai selesainya tahapan konstruksi termasuk aktifitas fit out.
Contoh tenaga ahli bangunan adalah arsitek, ahli bangunan, ahli lanskap, desainer interior dan teknik sipil.
Gambar 38 Punduh Kampung Naga 2.
Adanya sistem kesehatan dan keselamatan baik untuk pekerja maupun penghuni rumah selama masa konstruksi berlangsung.
3. Adanya sistem manajemen lingkungan di dalam lahan selama masa
konstruksi berlangsung. Menurut punduh ahli bangunan Kampung Naga,
1. pengerjaan konstruksi bangunan di Kampung Naga melibatkan
seorang punduh yang mengetahui kebutuhan material dan tahap-tahap
87 pendirian bangunan. Tugas punduh ini merangkap sebagai arsitek, ahli
bangunan dan ahli sipil. Kekuatan bangunan bisa diperkirakan dengan menghitung luas lahan dan besar bangunan. Ilmu yang dimiliki oleh
seorang punduh diturunkan secara turun temurun melalui satu garis keturunan.
2. Tidak terdapat sistem perlindungan fisik seperti penggunaan helm dan
sepatu boots yang biasa dilakukan dalam pembangunan rumah-rumah moderen atau gedung-gedung bertingkat. Hal ini dikarenakan material
yang bukan merupakan material berat. Sehingga cedera yang mungkin ditemui tidak seberat cedera pada pembangunan dengan material
beton. Tahapan pembangunan yang dikerjakan gotong royong membuat kewaspadaan menjadi lebih tinggi. Tidak juga terdapat
sistem asuransi jika terjadi kecelakaan. Warga lain bersiap membantu jika terdapat musibah kecelakaan.
3. Pembangunan rumah dilakukan selama satu sampai dua minggu.
Selama masa pembangunan tidak terdapat pembuangan limbah yang berarti dan dapat mencemari lingkungan. Seluruh material yang
digunakan adalah material yang berasal dari tumbuhan dan tidak membahayakan lingkungan sekitar.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun pendirian bangunan di Kampung Naga sifatnya tradisional, namun pembangunan tetap memperhatikan
prosedur rancangan dan konstruksi yang baik sehingga bangunan dan lingkungan di kampung ini selaras dan berkelanjutan.
4.7.5 Inovasi Desain dan Teknologi
Tujuan dari penilaian pada kriteria ini adalah untuk meningkatkan kreatifitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya. Dalam
kriteria ini, inovasi dibagi menjadi 3 tiga jenis, yaitu: 1.
Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin maksimum yang ada dalam
GREENSHIP Home versi tahun 2011, dengan menggunakan metode yang sama dengan kriteria pada GREENSHIP Home. Contohnya dapat berupa:
Rumah dapat mencapai poin yang lebih tinggi dalam kriteria IHC 3 memaksimalkan pencahayaan alami, dimana:
a.
Jika cahaya matahari dapat menerangi area ruang keluarga sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan
b. Jika cahaya matahari dapat menerangi area kamar sebanyak 200 lux
dari 50 luas ruangan c.
Jika cahaya matahari dapat menerangi area keluarga sebanyak 200 lux dari 50 luas ruangan
d. Jika cahaya matahari dapat menerangi area kamar sebanyak 200 lux
dari 50 luas ruangan 2.
Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home dengan
menggunakan metode lain di luar tolok ukur. Contoh: Dalam memenuhi kriteria pada kategori WAC, rumah menggunakan air limbah rumah
tangga yang dialirkan menuju sistem daur ulang, dan diolah kembali
88 menjadi sumber air alternatif; sehingga hal ini merupakan salah satu
strategi penghematan air dalam menggunakan sumber air alternatif. 3.
Inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memberikan manfaat kepada kawasan sekitar rumah dan memberikan
konstribusi kepada isu lingkungan hidup di luar kriteria GREENSHIP Home dengan melibatkan seluruh penghuni rumah. Contohnya dapat
berupa: a.
Penghuni rumah berinisiatif untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga untuk pengelolaan sampah B3 dalam skala kawasan atau rumah
tangga.
b. Penghuni rumah berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah
anorganik dan organik dalam skala kawasan atau rumah tangga. c.
Pemilihan jenis tanaman di halaman rumah yang mendukung keberlangsungan habitat satwa non peliharaan dengan memperhatikan
area aktifitas hewan.
d. Penghuni rumah berinisiatif untuk membangun strategi penanganan
limpasan air hujan skala kawasan. Pada proses penilaian pada aspek sebelumnya, terdapat inovasi pada
bangunan di Kampung Naga sebagai berikut: 1.
Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin maksimum yang
ada dalam GREENSHIP Home, dengan menggunakan metode yang sama dengan kriteria pada GREENSHIP Home, di antaranya:
a.
Pada kriteria MRC 3 penggunaan material dari sumber ramah lingkungan, persentase penggunaan material dari hasil perhitungan
adalah 100, melebihi standar minimum yang ditentukan yaitu 20.
b. Pada kriteria MRC 6 penggunaan material prefabrikasi, persentase
penggunaan material dari hasil perhitungan adalah 43, melebihi standar minimum yang ditentukan yaitu 30.
c. Pada kriteria MRC 7 penggunaan material lokal, persentase
penggunaan material dari hasil perhitungan adalah 100 d.
Pada kriteria IHC 1 sirkulasi udara bersih, inovasi desain sebagai berikut:
Luas bukaan pada dinding bangunan yaitu; rumah pintu 2 25,
rumah pintu 1 13,5, masjid 19 dan bale patemon 25, melebihi standar minimum yaitu 5
Jarak antar ventilasi silang inlet-outlet di seluruh bangunan di
Kampung Naga berkisar antara 0,6 – 11 m, kurang dari standar
maksimum yang ditentukan yaitu 12 m. 2.
Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria
GREENSHIP Home dengan menggunakan metode lain di luar tolok ukur, di antaranya:
a.
Dalam memenuhi kriteria IHC 1 sirkulasi udara bersih, penggunaan exhaus fan tidak terdapat pada jamban toilet di Kampung Naga.
Jamban terletak di luar rumah dan bagian atas terbuka. Dengan tidak adanya 13 dinding bagian atas maka udara bebas masuk dan
mereduksi gas polutan dari dalam jamban.
89 b.
Dalam memenuhi kriteria IHC 2 minimalisasi sumber polutan, tidak terdapat penggunaan cat dengan tipe produk sesuai pada tabel standar.
Masyarakat menggunakan kapur pertanian untuk mengecat dinding rumah. Kapur pertanian juga memiliki kadar VOC yang rendah.
3. Terdapat inovasi dalam desain, teknologi maupun performa rumah
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kawasan sekitar rumah dan memberikan konstribusi kepada isu lingkungan hidup di luar kriteria
GREENSHIP Home dengan melibatkan seluruh penghuni rumah, antara lain:
a.
Masyarakat adat berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah anorganik dan organik dalam skala kawasan atau rumah tangga.
b. Masyarakat adat berinisiatif untuk membangun strategi penanganan
limpasan air hujan skala kawasan yaitu dengan membangun bak penampungan air terbuka.
c. Masyarakat adat menggunakan material lokal dan berasal dari
tumbuhan sehingga aman bagi lingkungan. d.
Desain rumah yang mengoptimalkan sirkulasi angin dan udara bersih menyebabkan kondisi sejuk, sehingga tidak perlu penggunaan alat
pendingin yang dapat merusak ozon.
Inovasi-inovasi terkait desain, teknologi maupun performa rumah tersebut terdapat pada bangunan adat Kampung Naga. Oleh karena itu, pada kriteria ini
Kampung Naga mendapatkan poin. Kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal dan pandangan masyarakat yang holistik terhadap alam,
menyebabkan rancangan bangunan yang sangat nyaman bagi kebutuhan utama manusia terhadap bangunan, yaitu beristirahat dan bekerja.
4.7.6 Desain Rumah Tumbuh
Lingkungan hunian perlu memiliki rencana untuk waktu yang akan datang. Penghuni rumah berpotensi memerlukan ruang yang cukup untuk kegiatan yang
akan dilakukan di dalam rumah pada masa depan. Selain itu juga jumlah penghuni yang kemungkinan bertambah untuk penghuni baru menjadi pertimbangan desain
rumah tumbuh. Perencanaan rumah untuk dapat tumbuh diperluas atau ditinggikan perlu direncanakan sejak awal pembangunan agar tidak perlu
membongkar atau menjual bangunan ketika sudah tidak dapat menampung kebutuhan.
Konsep dari rumah tumbuh berawal dari konsep Rumah Inti Tumbuh RIT, yang merupakan tempat kediaman awal untuk memulai bertempat tinggal dengan
standar minimal yang layak dihuni oleh siapa pun, berupa bangunan dengan luas lahan efektif antara 72-90 m
2
yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga serta mendorong penghuni untuk tumbuh, baik aspek fisik bangunan rumah sederhana
sehat maupun aspek sosial budaya sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403KptsM2002 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat Rs Sehat.
Menurut punduh Kampung Naga, rumah adat Kampung Naga tidak didesain untuk dapat tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang
serba sesuai dengan kebutuhan dan kesederhanaan. Ketika penghuni rumah bertambah, maka anak yang sudah dewasa akan membuat rumah di luar areal inti
permukiman Kampung Naga. Namun anak tersebut dapat kembali ke permukiman
90 inti ketika terdapat rumah yang ditinggal penghuninya. Selain itu, pembangunan
rumah baru di Kampung Naga sudah tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan di lahan 1,5 Ha dengan peruntukan areal permukiman sudah tidak
terdapat ruang yang kosong. Dengan begitu, kemungkinan untuk menambah rumah sudah tidak mungkin, kecuali mengganti rumah yang rusak.
4.7.7 Hasil Skoring Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan Kampung Naga
Hasil penilaian dengan metode skoring standar tingkat hijau GREENSHIP untuk kategori sumber dan daur ulang material disajikan dalam Tabel 33 berikut.
Tabel 33 Hasil skoring kategori manajemen lingkungan bangunan
KODE TUJUAN
NO TOLOK UKUR
NILAI ANALISIS
GREENSHIP CHECK
LIST KETERANGAN
BEM 1
Aktifitas Ramah Lingkungan 1
Meningkatkan perilaku ramah lingkungan dan
terciptanya suatu komunikasi yang dapat
mendukung penerapan green home baik di dalam
dan di luar lingkungan rumah
TIDAK BERLAKU bila rumah belum memasuki
tahap okupansi Rumah telah
memasuki tahap okupansi
1 Mengikuti aktifitas rutin di
sekitar kawasan rumah sebagai upaya untuk
meningkatkan kepedulian lingkungan dan menjaga
keberlanjutan kawasan sekitar rumah
1 Terdapat aktivitas
pelestarian lingkungan menurut
adat yang dilakukan dengan kesadaran dan
kerja sama seluruh masyarakat Kampung
Naga √
Pembagian kawasan suci,
bersih dan kotor merupakan sistem
kemasyarakatan yang berisi
pembagian kegiatan yang
berbeda, demi kepentingan
lingkungan
BEM 2
Panduan Bangunan Rumah 2
Memberikan informasi operasional rumah dan
lingkungannya untuk penghuni rumah
1 Adanya buku panduan
berisi informasi dasar dan panduan teknis rumah dan
lingkungan 2
Tidak terdapat buku panduan berisi
informasi pembangunan rumah
adat, seluruh pembuatan bangunan
dibawah arahan punduh secara turun
temurun −
Panduan pembuatan rumah
diturunkan kepada keturunan punduh
agar masyarakat tidak berbuat yang
berlebihan ketika membangun atau
merenovasi rumahnya
BEM 3
Keamanan 1
Meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni
rumah 1
Terdapat sistem alarm manual atau otomatis pada
rumah 1
Peringatan keamanan di Kampung Naga
mengandalkan kedekatan hubungan
sosial dan budaya, tidak menggunakan
sistem alarm yang membutuhkan energi
listrik −
Jarak antar rumah yang berdekatan
menyebabkan penjagaan dan
kepercayaan antar rumah tetangga
menjadi lebih intens, penggunaan
alarm tidak diperlukan
BEM 4
Desain dan Konstruksi Berkelanjutan 5
Menjaga kualitas lingkungan dan daya
dukung lingkungan akibat pembangunan rumah
1 Melibatkan minimal
seorang tenaga ahli yang memiliki kompetensi
dalam pembangunan rumah mulai dari tahapan
perencanaan desain sampai selesainya tahapan
konstruksi termasuk aktifitas fit out
Keterangan: Contoh tenaga ahli bangunan:
arsitek, ahli lanskap, desainer interior, sipil
1 Pembangunan
melibatkan ahli bangunan punduh
yang mengetahui kebutuhan dasar
bangunan adat Naga sehingga tidak
berlebihan dalam pengadaan material
√ Punduh
mendapatkan pengetahuan
mengenai perhitungan
material yang didasarkan pada
kemampuan ekonomi dan luas
lahan, serta metode pembuatan agar
hasil berkualiatas
91
KODE TUJUAN
NO TOLOK UKUR
NILAI ANALISIS
GREENSHIP CHECK
LIST KETERANGAN
2 Adanya sistem kesehatan
dan keselamatan baik untuk pekerja maupun
penghuni rumah selama masa konstruksi
berlangsung 2
Tidak terdapat sistem perlindungan fisik
pekerja bangunan pada saat pekerjaan
konstruksi berlangsung
− Ukuran rumah
yang masih dalam batas aman
pengerjaan manusia serta
material yang berasal dari
tumbuhan membuat
keselamatan relatif aman bagi
penduduk.
3 Adanya sistem manajemen
lingkungan di dalam lahan selama masa konstruksi
berlangsung 2
Tidak terdapat limbah yang berarti dan dapat
mencemari lingkungan. Sistem
manajemen limbah dilakukan dengan
penggunaan material dari tumbuhan dan
tidak membahayakan √
Material dari tumbuhan yang
aman serta sesuai kebutuhan
membuat sisa dari pembuatan mudah
dimanfaatkan kembali
BEM 5
Inovasi 3
Meningkatkan kreatifitas untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya
1A Inovasi dalam desain,
teknologi maupun performa rumah sehingga
dapat mencapai poin yang lebih tinggi dari poin
maksimum yang ada dalam GREENSHIP home,
dengan menggunakan metode yang sama dengan
kriteria pada GREENSHIP Home
1 sd 3 Terdapat inovasi
dalam desain, teknologi maupun
performa rumah sehingga dapat
mencapai poin maksimum yang ada
dalam GREENSHIP home, dengan
menggunakan metode yang sama maupun
metode yang berbeda di luar tolok ukur
√ Inovasi dalam
desain dan teknologi
disesuaikan dengan kondisi alam
sekitar, tanpa memaksakan
kepuasan manusia, dan perusakkan
terhadap sistem alam
Atau 1B
Inovasi dalam desain, teknologi maupun
performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur
yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home
dengan menggunakan metode lain di luar tolok
ukur 1 sd 3
BEM 6
Desain Rumah Tumbuh Bonus
Memfasilitasi peningkatan kualitas hidup penghhuni
tanpa mengurangi fungsi rumah terhadap lingkungan
1 Adanya sebuah
perencanaan yang mengantisipasi rumah
tumbuh 2
Sudah tidak terdapat ruang untuk
mengantisipasi penambahan
bangunan maupun perluasan rumah
tinggal −
Pembangunan rumah bagi
keturunan baru dilakukan di luar
areal permukiman pusat Kampung
Naga
TOTAL NILAI KATEGORI BEM 12
7
4.8 Skor Hasil Penilaian Tolok Ukur GREENSHIP
Pengamatan tingkat hijau lingkungan di Kampung Naga berdasarkan tolok ukur standar tingkat hijau GREENSHIP dari GBC Indonesia mendapatkan hasil
seperti pada tabel di setiap kategori. Perhitungan skor dilakukan dengan formula sebagai berikut:
Total persentase penilaian = Jumlah skor terpenuhi
Total skor yang harus dipenuhi x 100
92 Jumlah skor penilaian arsitektur hijau menurut GREENSHIP yang dipenuhi
oleh Kampung Naga adalah 43 poin, sedangkan total skor yang harus dipenuhi adalah 73 poin. Jumlah ini dengan perincian seperti pada Tabel 34 berikut:
Tabel 34Rekapitulasi Total Skor per Kategori pada Tolok Ukur GREENSHIP
Jenis Kategori Poin pada
Kampung Naga
Poin Maksimal
KATEGORI TEPAT GUNA LAHAN Appropriate Site Development ASD
11 13
KATEGORI EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI Energy Efficiency Conservation EEC
7 13
KATEGORI KONSERVASI AIR Water ConservationWAC
3 8
KATEGORI SUMBER DAN DAUR ULANG MATERIAL Material Resource and Cycle MRC
5 15
KATEGORI KESEHATAN DAN KENYAMANAN DALAM RUANG Indoor Health and Comfort IHC
10 12
KATEGORI MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN Building Environment Management BEM
7 12
TOTAL 43
73
Persentase tingkat hijau pada tolok ukur GREENSHIP didapat sebagai berikut:
Total persentase penilaian = 43
73 x 100 = 58,9
Nilai total tersebut masuk ke dalam kategori EMAS 57- 72; 42
– 53 poin pada standar GBC Indonesia tersebut. Kategori ini termasuk baik dan
mendapat predikat hijau.
Tabel 35 Kategori Peringkat GREENSHIP Home Checklist Assessment Peringkat
Persentase Nilai
Platinum ≥ 73
≥ 54 Emas
57 - 72 42 - 53
Perak 45 - 56
33 - 41 Perunggu
34 - 44 25
- 32
4.9 Rekomendasi Bangunan Hijau
Penilaian tingkat hijau dengan menggunakan standar GREENSHIP dapat menentukan peringkat hijau suatu bangunan. Peringkat tersebut dapat menjadi
penghargaan bagi bangunan yang telah memenuhi kriteria arsitektur hijau, namun dapat juga menjadi peringatan bagi bangunan yang belum memenuhi kriteria
93 tersebut. Pemenuhan poin-poin kriteria diperlukan demi mewujudkan tujuan
utama yaitu mengurangi pemanasan global dan tetap mendukung aktivitas manusia melalui bangunan yang nyaman dan berkelanjutan.
Bangunan adat Kampung Naga mendapat nilai persentase tingkat hijau
sebesar 58,9 dan termasuk pada kategori peringkat emas. Pada proses penilaian, terdapat poin-poin yang tidak bisa dipenuhi oleh 4 jenis bangunan adat di
Kampung Naga. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan fasilitas kampung yang juga bagian dari adat dan kepercayaan. Setiap aturan adat tersebut memiliki
alasan tersendiri baik mitos maupun alasan ilmiah, yang membuat masyarakat adat Kampung Naga dapat tetap bertahan dalam melestarikan budaya. Sistem
pembangunan tradisional ini dapat dipadukan dengan standar-standar arsitektur modern seperti GREENSHIP sehingga dapat menjadi model rekomendasi
bangunan hijau bagi masyarakat umum di luar Kampung Naga untuk membuat desain bangunan tradisional Sunda Kampung Naga yang sesuai dengan kaidah
arsitektur hijau.
4.9.1 Parameter GREENSHIP Sebagai Kriteria Model Rumah Tradisional
Parameter-parameter GREENSHIP yang sesuai dengan nilai-nilai arsitektur tradisional Kampung Naga menghasilkan kriteria-kriteria untuk model ideal
rumah tradisional yang memenuhi tolok ukur tingkat hijau sebagai berikut: 1.
Kategori Tepat Guna LahanAppropriate Site Development ASD
- Memiliki vegetasi minimum 50 dari luas lahan
- Penggunaan tanaman lokal
- Pohon pelindung lebih dari 3 pohon untuk lahan ≥ 500 m
2
- Membangun dalam kawasan dengan 8 infrastruktursarana prasarana
kota
- Membangun dalam kawasan dengan 10 jenis fasilitas umum
- Terdapat upaya penanggulangan hama rumah oleh rancangan dan
material bangunan, contoh: rancangan rumah panggung mereduksi rayap
- Jarak menuju angkutan umum maksimum sejauh 500 meter
- Adanya penangan limpasan air hujan untuk atap menggunakan
bahan yang cepat melimpas air seperti ijuk dan pekarangan pembuatan sumur resapan
2. Kategori Efesiensi dan Konservasi EnergiEnergy Efficiency
ConservationEEC
- Penggunaan lampu sesuai kebutuhan
- Tidak perlu menggunakan Air Conditioner AC, penggunaan lubang
angin dan rancangan rumah panggung mengoptimalkan udara sejuk
- Menggunakan bahan non-konduksi panas pada atap menggunakan
kayu
- Menggunakan bahan non-konduksi untuk jendela kusen kayu
albasia
- Menggunakan teknologi solar cell untuk pembangkit listrik alternatif
dan pemanas air 3.
Kategori Konservasi AirWater Conservation WAC
- Pemanfaatan air permukaan
- Pemanfaatan air hujan
94
- Penghematan dalam kamar mandi dengan penggunaan shower dan
keran sensorik
- Penampungan air hujan kapasitas 200-500 liter
- Penggunaan flushing toilet
- Penyiraman tanaman menggunakan limpasan air hujan atau air dari
tangki penampungan 4.
Kategori Sumber dan Daur Ulang MaterialMaterial Resource and Cycle MRC
- Tidak menggunakan material lama
- Menggunakan material terbarukan ≥ 20
- Menggunakan material dengan sertifikat sistem manajemen
lingkungan SML ≥ 30
- Menggunakan bahan material lokal dalam negerilingkungan
sekitar
- Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik
5. Kategori Kesehatan dan Kenyamanan Dalam RuangIndoor Health and
Comfort IHC
- Luas ventilasi minimum 10 dari luas lantai
- 100 luas ruangan reguler dirancang dengan ventilasi silang
- Exhaust fanlubang angin pada kamar mandi
- Penggunaan material dinding dari bambu guna memaksimakan
sirkulasi udara
- Menggunakan cat ber-VOC rendah
- Menggunakan perekat ber-VOC rendah, atau menggunakan paku
dan tali ijuk
- Penempatan jendela optimal untuk mendapatkan intensitas 200 lux
cahaya, pada setiap ruangan reguler
- Penggunaan tanaman peredam bising, pereduksi bau tidak sedap dan
estetika 6.
Kategori Manajemen Lingkungan BangunanBuilding Environment Management BEM
- Penghuni melakukan aktivitas ramah lingkungan
- Pembangunan rumah memiliki panduan bangunan rumah atau
gambar rancangan
- Memiliki sistem alarm atau sistem ketetanggaan yang terbuka
- Menggunakan ahli bangunan dalam proses pembangunan arsitek,
teknik sipil, arsitek lanskap
- Menggunakan sistem keselamatan pekerja dan penghuni dalam
proses pembangunan
- Terdapat sistem manajemen lingkungan selama masa konstruksi
- Antisipasi rumah tumbuh
Hasil dari penggabungan standar-standar arsitektur hijau dan arsitektur tradisional tersebut menjadi landasan untuk membuat suatu model rekomendasi
rumah hijau tradisional.
4.9.2 Konsep Dasar Model Rumah Hijau Tradisional
Hasil penilaian tingkat hijau yang telah dilakukan merupakan suatu rekomendasi tersendiri bagi stakeholder, dalam hal ini masyarakat Kampung