14
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perkampungan tradisional Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat Gambar 3. Kampung adat Sunda ini terletak di jalan
raya Tasikmalaya-Garut, di perbukitan kaki Gunung Galunggung. Jarak dari Kabupaten Tasikmalaya ke kampung ini sekitar 30 km dan jarak dari Kabupaten
Garut sekitar 26 km. Kampung Naga memiliki luas tanah hak ulayat tanah adat lebih dari 10 Ha, termasuk areal permukiman seluas 1,5 Ha. Pelaksanaan
pengambilan data penelitian dimulai pada Bulan Februari 2013 sampai dengan Bulan Mei 2014 dan pengolahan data penelitian sampai dengan Bulan Juni 2014.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan inventarisasi, analisis, dan penilaian berdasarkan standar GREENSHIP dari Green Building Council
Indonesia GBC Indonesia versi tahun 2011, serta sintesis. Adapun penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1.
Persiapan berupa perumusan masalah, penentuan tujuan, pemilihan lokasi
penelitian dan pengurusan perizinan pada pihak-pihak terkait penelitian. 2.
Inventarisasi atau pengumpulan data dengan metode survei dan pengamatan
langsung pada tapak area permukiman inti Kampung Naga, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan meliputi data aspek penilaian bangunan hijau GREENSHIP,
aspek fisik, aspek biofisik, dan aspek sosial budaya Tabel 1. Data didapatkan melalui pengamatan lapang, wawancara, dan studi pustaka. Proses wawancara
Gambar 3 Peta Orientasi Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat Sumber:tasikmap.blogspot.com; Harun et al. 2011
15 ini melalui metode in-depth interview kepada 4 orang narasumber, yaitu
kepala adat kuncen, tokoh masyarakat adat pemandu adat, ahli bangunan adat punduh dan ahli arsitektur hijau. Pengambilan data dilakukan pada skala
makro komunal yaitu area permukiman inti Kampung Naga seluas 1,5 Ha yang dibatasi oleh pagar bambu kandang jaga, dan skala mikro bangunan
adat per masing-masing kavling bangunan. Penilaian mengenai kondisi rumah tinggal dalam area permukiman inti Kampung Naga dilakukan pada
jenis bangunan adat Kampung Naga yang memiliki bentuk fisik berbeda. Fisik itu didasarkan pada fungsi bangunan. Bangunan yang dinilai berjumlah 4
bangunan yang mewakili masing-masing jenis bangunan Gambar 4. Pemilihan 4 jenis bangunan ini karena memiliki bentuk fisik dan ruangan
dalam yang berbeda dengan penjelasan berikut: -
masjid : Ruhang netepan ruang shalat dan ruhang salasar salasar -
balé patémon: Ruhang patémon dan gudang -
rumah pintu 2: Tepas ruang tamu, pangkéng kamar tidur, tengah imah
ruang keluarga, pawon dapur dan goah lumbung padi
- rumah pintu 1: Tepas dan tengah imah tidak disekat, pangkéng kamar
tidur, pawon dapur dan goah lumbung padi
Gambar 4 Jenis bangunan dan letak bangunan yang dilakukan penilaian