Infrastruktur Kampung Pekarangan Rumah Kecil luas lahan 200 m

39 Kampung Naga mempunyai fasilitas umum yang terdapat di dalam areal permukiman. Fasilitas seperti warung, tempat ibadah, gedung serba guna dan lapangan dibangun dalam kawasan kampung ini Gambar 14. Sedangkan rumah makan, perpustakaan dan tempat parkir kendaraan terdapat tak jauh dari area permukiman Kampung Naga. Untuk perpustakaan, Kampung Naga memiliki sebuah lembaga himpunan masyarakat resmi semacam LSM yang bertujuan melestarikan adat Kampung Naga. Himpunan ini memiliki sebuah perpustakaan yang berisi buku, dokumen serta penelitian-penelitian tentang Kampung Naga. Setiap penelitian yang dilakukan di kampung ini wajib memberikan salinannya pada perpustakaan kampung, sehingga pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Beberapa penduduk kampung juga bermata pencaharian berdagang dan menjadikan rumahnya tempat berdagang seperti warung dan toko-toko souvernircinderamata. Di sore hari, di saat waktu senggang, warga terbiasa berkumpul di bagian teras rumah tepas untuk mengerjakan suatu kerajinan, seperti membuat alat musik khas sunda karinding, jaring ikan, kipas dan lainnya. Souvenir ini dijual kepada pengunjung dari luar kampung yang sengaja datang untuk berwisata budaya. Kampung Naga juga memiliki masjid sendiri yang terletak di tengah areal permukiman. Seluruh warga Kampung Naga beragama islam, dan faktor agama memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kampung. Dalam agama Islam disebutkan bahwa jumlah minimal jama‟ah sholat Jum‟at adalah 40 orang, karena itu-lah jumlah rumah di kampung ini pada awal pendiriannya juga 40 unit rumah. Masjid di kampung ini juga unik dan berbeda dari masjid kebanyakan. Letak mimbar dan tempat imam tidak berada persis di tengah bagian depan ruang sholat, melainkan lebih condong bergeser ke kiri bagian depan ruang sholat. Hal ini dikarenakan posisi pengisian jama‟ah ketika sholat berlangsung diutamakan dari sebelah kanan imam, sehingga dengan desain seperti ini, jama‟ah dapat mengisi bagian kanan ruang sholat lebih banyak. Selain itu juga terdapat gedung serba guna kampung yang disebut balé patémon. Di balé patémon ini dilakukan acara ririungan, rapat musyawarah warga, ataupun upacara-upacara adat. Letak balé patémon di sebelah selatan kiri masjid dan salah satu bangunan yang terletak di tepi lapangan terbuka seperti alun-alun. Kampung Naga juga memiliki rumah makan dan sistem parkir khusus yang dibangun warga di kampung bagian atas sekitar 500 m sebelah selatan areal permukiman untuk menampung kendaraan bermotor, karena tidak ada kendaraan apapun yang dapat memasuki kampung ini dengan menuruni anak tangga. Fasilitas umum standar lainnya seperti sekolah, fasilitas kesehatan, apotek, perkantoran, pasar, fasilitas perbankan, taman umum, kantor polisi, kantor pos, kantor pemadam kebakaran dan kantor pemerintahan, terdapat di luar kawasan areal permukiman Kampung Naga, namun tetap dapat dijangkau oleh masyarakat kampung karena berada pada satu Kecamatan Salawu atau Kabupaten Tasikmalaya tabel 7. Namun, menurut pemandu adat, warga jarang memanfaatkan fasilitas tersebut karena mereka terbiasa mendapatkan kebutuhan seperti bahan makanan, obat, menyimpan uang dan keamanan dengan sistem yang mereka bangun. Sistem tersebut berupa pertanian terpadu, kegiatan jaga siskamling dan berkegiatan dengan semangat sehingga terhindar dari serangan penyakit. 40 a b c d Gambar 14 Fasilitas di dalam Kampung Naga; a warung, b masjid, c gedung serba guna dan d lapangan Tabel 7Fasilitas umum pada Kampung Naga berdasarkan GREENSHIP No Jenis Fasilitas Skala Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya 1 Sekolahfasilitas pendidikan √ √ 2 Perpustakaan √ √ 3 Fasilitas kesehatan √ √ 4 Apotek √ √ 5 Perkantoran √ √ 6 Warungtoko kelontong √ √ √ 7 Pasar √ √ 8 Rumah makan √ √ 9 Fasilitas perbankan √ √ 10 Tempat ibadah √ √ √ 11 Taman umum √ 12 Gedung serba guna √ √ √ 13 Lapangansarana olahraga √ √ √ 14 Pos keamanankantor polisi √ √ 15 Kantor pos √ √ 16 Kantor pemadam kebakaran √ 17 Kantor pemerintahan kelurahankecamatan √ √ 18 Parkir Umum √ √

4.2.4 Pengendalian Hama

Sistem pengendalian hama rumah menjadi penting karena gangguan- gangguan hama seperti serangga dapat menyebabkan penyakit atau bahkan menyebabkan pemilik rumah menggunakan obat-obatan pengusir serangga yang berbahaya pula bagi kesehatan. Sistem pengendalian hama yang terbaik ialah dengan memodifikasi bentuk khusus dari desain rumah dan meminimalisir penyebab-penyebab datangnya hama. Dari observasi langsung di lapangan, rumah-rumah adat di Kampung Naga relatif aman dari serangan-serangan hama seperti nyamuk, lalat, tikus dan rayap. 41 a. Upaya desain untuk penanggulangan nyamuk Nyamuk sangat menyukai tempat yang lembab dan basah. Kelembaban Kampung Naga yang tinggi tereduksi oleh angin yang berhembus dari atas bukit sehingga kesejukan tetap stabil dan relatif kering di bagian dalam rumah. Selain itu, ketidakberadaannya kamar mandi di dalam rumah menjadi alasan mengapa bagian dalam rumah tetap kering. Kamar mandi diletakkan di bagian kawasan kotor dekat kolam dengan debit air yang konsisten sehingga tidak ada air yang menggenang. Jentik nyamuk pun tidak berkembang baik karena dimakan oleh ikan atau predator alami lainnya. Dari hasil analisis di lapang, disimpulkan bahwa tidak adanya nyamuk di dalam rumah dikarenakan; 1. pencahayaan pada ruang keluarga dan ruang tidur pangkeng optimal untuk mengurangi kelembaban dan suasana gelap pada siang hari, 2. tidak adanya genangan air atau kamar mandi dalam rumah sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk berkembang biak. Walau pun terdapat kolam ikan balong di luar kandang jaga, namun air kolam tidak tergenang karena adanya inlet air dari pipa-pipa aliran permukaan, selain itu juga jentik nyamuk habis dimakan ikan, 3. lubang ventilasi di atas jendela dihalangi kaca pada rumah pintu 2, dan dihalangi daun jendela pada rumah pintu 1, masjid dan bale patemon, 4. tidak terdapat rerimbunan tanaman di sekeliling rumah, 5. Sistem pembuangan sampah yang baik sehingga tidak ada tumpukan sampah sebagai tempat berkembang biak nyamuk. b. Upaya desain untuk penanggulangan lalat Sistem pembuangan sampah yang baik serta kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik membuat lalat jarang terlihat di dalam rumah. Sampah selalu cepat dibuang ke carangka tempat sampah di luar rumah dan segera dipindah ke TPS kampung. Warga Kampung Naga tidak suka berlebihan, sehingga makanan yang dimasak dan dihidangkan selalu habis untuk sekali santap dan tidak ada sisa makanan. Dari hasil pengamatan di lapang, tidak terdapat upaya desain khusus untuk penanggulangan lalat pada rumah seperti perangkap. Penanggulangan lalat terkait desain dihubungkan dengan pola yang baik dalam menjalankan sistem pembuangan kotoran dan sampah, seperti lantai dapur dengan desain bilah bambu yang renggang sehingga memudahkan menyapu lantai kotor untuk kemudian masuk ke kandang ternak di kolong rumah Gambar 15. a b Gambar 15 a Lantai dapur yang bersela dan b carangka, tempat sampah khas Kampung Naga