Aksesibilitas Kampung Pekarangan Rumah Kecil luas lahan 200 m

41 a. Upaya desain untuk penanggulangan nyamuk Nyamuk sangat menyukai tempat yang lembab dan basah. Kelembaban Kampung Naga yang tinggi tereduksi oleh angin yang berhembus dari atas bukit sehingga kesejukan tetap stabil dan relatif kering di bagian dalam rumah. Selain itu, ketidakberadaannya kamar mandi di dalam rumah menjadi alasan mengapa bagian dalam rumah tetap kering. Kamar mandi diletakkan di bagian kawasan kotor dekat kolam dengan debit air yang konsisten sehingga tidak ada air yang menggenang. Jentik nyamuk pun tidak berkembang baik karena dimakan oleh ikan atau predator alami lainnya. Dari hasil analisis di lapang, disimpulkan bahwa tidak adanya nyamuk di dalam rumah dikarenakan; 1. pencahayaan pada ruang keluarga dan ruang tidur pangkeng optimal untuk mengurangi kelembaban dan suasana gelap pada siang hari, 2. tidak adanya genangan air atau kamar mandi dalam rumah sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk berkembang biak. Walau pun terdapat kolam ikan balong di luar kandang jaga, namun air kolam tidak tergenang karena adanya inlet air dari pipa-pipa aliran permukaan, selain itu juga jentik nyamuk habis dimakan ikan, 3. lubang ventilasi di atas jendela dihalangi kaca pada rumah pintu 2, dan dihalangi daun jendela pada rumah pintu 1, masjid dan bale patemon, 4. tidak terdapat rerimbunan tanaman di sekeliling rumah, 5. Sistem pembuangan sampah yang baik sehingga tidak ada tumpukan sampah sebagai tempat berkembang biak nyamuk. b. Upaya desain untuk penanggulangan lalat Sistem pembuangan sampah yang baik serta kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik membuat lalat jarang terlihat di dalam rumah. Sampah selalu cepat dibuang ke carangka tempat sampah di luar rumah dan segera dipindah ke TPS kampung. Warga Kampung Naga tidak suka berlebihan, sehingga makanan yang dimasak dan dihidangkan selalu habis untuk sekali santap dan tidak ada sisa makanan. Dari hasil pengamatan di lapang, tidak terdapat upaya desain khusus untuk penanggulangan lalat pada rumah seperti perangkap. Penanggulangan lalat terkait desain dihubungkan dengan pola yang baik dalam menjalankan sistem pembuangan kotoran dan sampah, seperti lantai dapur dengan desain bilah bambu yang renggang sehingga memudahkan menyapu lantai kotor untuk kemudian masuk ke kandang ternak di kolong rumah Gambar 15. a b Gambar 15 a Lantai dapur yang bersela dan b carangka, tempat sampah khas Kampung Naga 42 c. Upaya desain untuk penanggulangan tikus Pada pengamatan di lapang, tikus merupakan hama rumah yang sulit dikendalikan, terbukti dengan adanya kotoran tikus di beberapa sudut bangunan di Kampung Naga. Namun, masyarakat mengaku tidak merasa terganggu dengan keberadaan tikus karena mereka berpendapat tikus tereduksi oleh musuh alaminya, yaitu kucing. Pada desain rumah pun langit-langit ditutup sedemikian rupa dimaksudkan agar tikus tidak masuk ke dalam rumah. Namun, pada ruang dapur, langit-langit para tidak tertutup agar asap dari proses memasak dapat keluar dari atap rumah. Kondisi hangat dalam ruang dapur menyebabkan penghuni lebih sering berkumpul di dapur sehingga tikus jarang memasuki ruangan ini. Pada pintu dapur, penghuni rumah menggantungkan benda penolak bala yang disebut sawén Gambar 16. Sawén merupakan benda semacam jimat yang terbuat dari daun jukut palias dan darangdan serta dipercaya menjauhkan rumah dari segala jenis hewan pengganggu dan bahaya. a b c Gambar 16 a Kotoran tikus pada sudut masjid, b langit-langit rumah yang tertutup, dan c sawen pada pintu dapur d. Upaya manajemen penanggulangan rayap Desain rumah adat Kampung Naga adalah rumah panggung, di mana pondasinya terbuat dari batu kali papas yang keras. Dengan pondasi seperti ini, rayap akan kesulitan untuk naik dan mencapai bagian dalam rumah. Bagian kolong rumah juga dimanfaatkan warga untuk beternak unggas seperti ayam dan itik. Rayap yang masih ada di permukaan tanah dapat tereduksi oleh musuh alami seperti ayam. Selain itu, material yang digunakan merupakan material yang telah melewati proses pengawetan. Seperti material kayu yang digunakan, yakni kayu albasia yang telah direndam dalam lumpur selama 40 hari, dibersihkan dan dijemur Gambar 17. Cara pengawetan seperti ini terbukti menambah kuat serat kayu sehingga tidak mudah lapuk oleh serangga atau rayap. a b c Gambar 17 a Pondasi batu kali papas, b kandang ternak di kolong rumah, dan c penjemuran kayu material bangunan 43 Upaya penanggulangan hama melalui rancangan bangunan pada bangunan rumah disajikan pada Gambar 18 dan Gambar 19 berikut. Secara umum, rancangan pengendalian hama dari 4 jenis bangunan di Kampung Naga hampir sama. Perbedaan terletak pada bagian kolong bangunan. Pada rumah pintu 2 dan pintu 1, kolong bangunan digunakan sebagai kandang ternak. Sedangkan pada masjid dan bale patemon, kolong bangunan dibiarkan kosong. Hal ini dimaksudkan untuk ke-khusyuk-an ibadah. Namun warga tidak mengusir ternak ayam yang memasuki kolong masjid atau bale patemon, untuk Gambar 18 Pengendalian hama melalui rancangan rumah pintu 2 Gambar 19 Pengendalian hama melalui rancangan rumah pintu 1