Klasifikasi Sektor Perekonomian HASIL PEMBAHASAN

Keterkaitan ke depan forward linkages mencerminkan derajat kepekaan sensitivity of dispersion suatu sektor tertentu terhadap permintaan akhir semua sektor-sektor lainnya. Artinya, jika terjadi kenaikan permintaan akhir pada semua sektor produksi, maka suatu sektor tertentu akan memberikan respon dengan menaikan output sektor tersebut dengan kelipatan sebesar koefisien keterkaitannya. Dengan kata lain, derajat kepekaan merupakan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan suatu sektor ekonomi yang menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Suatu sektor belum dapat dikatakan sebagai sektor unggulan keysector bila hanya memiliki daya penyebaran atau hanya derajat kepekaannya saja yang diatas rata-rata. Sektor unggulan menurut Tabel I-O adalah sektor yang memiliki indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan diatas rata-rata atau diatas satu. Hasil pemetaan prioritas 23 sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1993, 2000, dan 2006 bisa dilihat pada Gambar 5.2. Berdasarkan angka indeks daya penyebaran power of dispersion dan derajat kepekaan sensitivity of dispersion, sektor-sektor ekonomi Provinsi DKI Jakarta bisa diklasifikasi menjadi 4 empat kelompok, yaitu: a. Kuadran I sebagai prioritas pertama merupakan sektor unggulan keysector dengan FL 1 ; BL 1 atau daya penyebaran dan derajat kepekaan lebih dari satu. Hal ini berarti keberadaan sektor tersebut akan mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulu lainnya daya penyebarannya 1 dan sekaligus akan mampu pula mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya karena derajat kepekaannya 1. b. Kuadran II sebagai prioritas kedua masuk klasifikasi sektor yang berorientasi pada keterkaitan ke belakang backward linkage oriented sector dimana FL 1 ; BL 1 atau derajat kepekaan kurang dari satu dan daya penyebaran lebih dari satu. Hal ini berarti keberadaan sektor tersebut akan merespon investasi sektor- sektor hulu lainnya karena daya penyebarannya lebih dari satu, akan tetapi sektor itu sendiri ternyata tidak mampu mendorong keberadaan sektor-sektor hilirnya ditandai dengan nilai derajat kepekaan yang kurang dari satu. c. Kuadran III sebagai prioritas ketiga termasuk dalam kategori sektor yang memiliki keterkaitan ke depan forward linkage oriented sector dimana FL 1 ; BL 1 atau derajat kepekaan lebih dari satu dan daya penyebaran kurang dari satu. Hal ini berarti keberadaan suatu sektor tersebut tidak mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulunya karena daya penyebarannya kurang dari satu, Sebaliknya, sektor tersebut memiliki kemampuan mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena besarnya derajat kepekaannya lebih dari satu. d. Kuadran IV sebagai prioritas keempat termasuk dalam kelompok sektor yang kurang penting less importance sector dimana FL 1 ; BL 1 atau daya penyebaran dan derajat kepekaan kurang dari satu. Hal ini berarti keberadaan sektor tersebut tidak mampu merespon perubahan investasi oleh sektor-sektor hulu lainnya dan tidak mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya. Hal ini disebabkan baik daya penyebaran maupun derajat kepekaan nilainya kurang dari satu. Sumber: Data diolah Gambar 5.2 Perubahan Sektor Ekonomi DKI Jakarta Gambar 5.2 menunjukkan dinamika prioritas masing-masing sektor selama tahun 1993, 2000, dan 2006. Hasil pemetaan klasifikasi sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta memperlihatkan bahwa sektor pertanian PERT selama tahun 1993, 2000 dan 2006 memiliki daya penyebaran yang rendah, yaitu 0,7810; 0,8093; dan 0,8434. Begitu juga pada aspek derajat kepekaan selama periode tersebut juga kurang dari satu, yaitu 0,7638; 0,7448; dan 0,7771. Hal yang sama, yaitu derajat kepekaan dan daya penyebaran kurang dari satu selama tahun 1993, 2000 dan 2006 terjadi juga pada sektor Perikanan Kehutanan IKHUT dan Pertambangan Penggalian BTGL. Oleh karena itu ketiga sektor tersebut selama periode penelitian berada di kuadran IV. Hal ini menunjukkan ketiga sektor tersebut selama tahun 1993, 2000 dan 2006 masuk sebagai sektor yang kurang penting less importance sector karena tidak mampu merespon perubahan investasi oleh sektor-sektor hulu lainnya dan ketiga sektor tersebut juga tidak mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya. Berdasarkan hasil pemetaan pada Gambar 5.2 tersebut juga memperlihatkan bahwa sektor Peternakan PTNK di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1993 dan 2000 mempunyai derajat kepekaan sebesar 0,7544 dan 0,7257 atau kurang dari satu dengan nilai daya penyebaran sebesar 0,9526 dan 0,9863 juga kurang dari satu. Oleh karena derajat kepekaan maupun daya penyebarannya kurang dari 1 Kuadran IV, hal ini mengindikasikan bahwa sektor peternakan selama periode tersebut kurang mendapatkan perhatian. Akan tetapi pada tahun 2006 sektor ini memiliki daya sebar sedikit membaik, yaitu 1,006 dengan derajat kepakaan masih kurang dari 1, yaitu 0,7736. Sehingga hasil pengklasifikasian dari sektor peternakan PTNK bergeser ke kuadran II pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan adanya perubahan peran dari sektor peternakan PTNK menjadi sektor yang semakin memiliki kemampuan dalam mendorong peningkatan output sektor-sektor yang lain. Sektor Industri Makanan, Minuman Rokok MKMN pada tahun 1993 dan 2000 memiliki derajat kepekaan 1,0070 dan 1,0346, sementara daya penyebarannya 0,9201 dan 0,9861. Oleh karena itu sektor ini pada tahun 1993 dan 2000 secara terus menerus berada di kuadran III sebagai sektor priporitas ketiga, yaitu sektor yang berorientasi pada keterkaitan ke depan forward linkages. Akan tetapi pada tahun 2006 dengan derajat kepekaan yang tetap tinggi 1,2481, daya penyebaran sektor ini meningkat menjadi 1,1080. Perubahan kondisi ini menyebabkan sektor Industri Makanan, Minuman Rokok MKMN berpindah ke kuadran I sebagai prioritas pertama atau dengan kata lain berubah menjadi sektor unggulan keysector di Provinsi DKI Jakarta. Sektor Industri Tekstil Kulit TPTK selama tahun 1993, 2000, dan 2006 mengalami pergeseran posisi yang tidak stabil. Ini terlihat dari posisinya yang semula tahun 1993 berada di kuadran IV, tahun 2000 semakin berperan sebagai sektor yang berorientasi pada keterkaitan ke belakang backward linkage oriented sector dengan derajat kepekaan kurang dari satu 0,9005 dan daya penyebaran lebih dari satu, yaitu 1,1139. Akan tetapi pada tahun 2006, sektor ini kembali lagi menduduki posisi sebagai sektor yang kurang mendapatkan perhatian. Hal ini ditunjukan dengan perubahan derajat kepekaan kurang dari satu 0,8736 dan daya penyebaran juga kurang dari satu, yaitu sebesar 0,9520. Pada sektor Industri Kayu, Kertas, dan Cetakan KKCT dan Jasa Komunikasi JKOM terlihat pada tahun 1993 sektor ini masih berada di kuadran II, yaitu memiliki derajat kepekaan kurang dari satu 0,9967 dan 0,9281 dan daya penyebaran lebih dari satu, yaitu sebesar 1,0099 dan 1,0594. Akan tetapi sektor ini mengalami penurunan peran, yaitu penurunan daya penyebaran pada tahun 2000 dan 2006. Pada tahun 2000 sektor Industri Kayu, Kertas, dan Cetakan KKCT terlihat memiliki derajat kepekaan 0,8600 dan daya penyebaran 0,9292, kemudian pada tahun 2006 memiliki derajat kepekaan 0,8604 dan daya penyebaran 0,9677. Adapun untuk sektor Jasa Komunikasi JKOM pada tahun 2000 memiliki derajat kepekaan 0,9793 dan daya penyebaran 0,9913, kemudian pada tahun 2006 memiliki derajat kepekaan 0,9573 dan daya penyebaran 0,9924. Hal ini menunjukkan kedua sektor ini telah mengalami penurunan kemampuan untuk merespon perubahan sektor hulu dan mendorong sektor hilir. Hal inilah yang menyebabkan sektor Industri Kayu, Kertas, dan Cetakan KKCT pada tahun 2000 dan 2006 masuk kategori kurang penting less importance. Sektor Industri Kimia, Obat, Kosmetik KIMOB dan Jasa-Jasa Lainnya JSLN terlihat mengalami pola perubahan klasifikasi yang sama, yaitu pada tahun 1993 masuk dalam kelompok kuadran I, tahun 2000 masuk kuadran IV nilai derajat kepekaan dan daya penyebaran kurang dari 1, dan pada tahun 2006 kembali lagi masuk dalam kelompok kuadran I nilai derajat kepekaan dan daya penyebaran lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa sektor Industri Kimia, Obat, Kosmetik KIMOB dan sektor Jasa-Jasa Lainnya JSLN pada tahun 2006 keduanya telah menjadi sektor unggulan karena memiliki kemampuan untuk merespon perubahan sektor hulu dan mendorong sektor hilir. Sektor Industri Karet, Kaca, dan Keramik KRKK dan Jasa Restoran REST terlihat memiliki perubahan klasifikasi yang sama. Pada tahun 1993 kedua sektor ini memiliki derajat kepekaan 0,9057 dan 0,9998 kurang dari 1 dan daya penyebaran 0,8707 dan 0,9903 juga kurang dari 1. Oleh karena itu kedua sektor ini berada pada kuadran IV sebagai sektor yang tidak penting. Akan tetapi ketika masuk pada tahun 2000 berlanjut pada tahun 2006, kedua sektor ini mengalami perubahan kategori, yaitu masuk ke dalam kuadran II FL 1 ; BL 1. Hal ini menunjukkan bahwa sektor Industri Karet, Kaca, dan Kramik KRKK dan Jasa Restoran REST tidak mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya ditandai dengan nilai derajat kepekaan yang kurang dari satu, akan tetapi mampu merespon investasi sektor-sektor hulu lainnya karena daya penyebarannya lebih dari satu. Sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik LME terlihat sebagai sektor unggulan atau berada dikuadran I pada tahun 1993. Pada tahun 2000 terjadi perubahan, dimana sektor ini masuk ke dalam prioritas kedua kuadran II. Akhirnya pada tahun 2006 sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik LME masuk lagi sebagai kelompok sektor yang diunggulkan keysector. Hal ini menunjukkan bahwa Sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik LME merupakan sektor yang mampu merespon perubahan investasi oleh sektor-sektor hulu lainnya karena daya penyebarannya lebih dari satu, yaitu 1,0619 dan sekaligus mampu pula mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya karena derajat kepekaannya juga lebih dari satu, yaitu 1,0575. Sektor Industri Kendaraan dan Alat Angkutan KENDAL masuk dalam kategori sektor unggulan hanya pada tahun 1993, dengan nilai derajat kepekaan dan daya penyebaran 1,0330 dan 1,1181 lebih dari 1. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung terus menerus, hingga pada tahun 2000 dan 2006 sektor ini mengalami penurunan derajat kepekaan, sehingga bergeser ke kuadran II. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini mampu mendorong tumbuhnya sektor-sektor hulu yang menopang keberadaan sektor Industri Kendaraan Alat Angkutan KENDAL. Akan tetapi, sektor Industri Kendaraan Alat Angkutan KENDAL sendiri tidak mampu mendorong keberadaan sektor-sektor hilirnya yang ditandai dengan nilai derajat kepekaan tahun 2000 dan 2006 hanya sebesar 0,8142 dan 0,9452 kurang dari 1. Sektor industri Fotografi, Alat Musik, dan Olahraga FMOR dan Jasa perhotelan HOTL terlihat mengalami pergeseran klasifikasi yang sama, yaitu pada tahun 1993 dan 2000 masuk pada prioritas kedua kuadran II, berlanjut pada tahun 2006 berada di kelompok kuadran IV less importance sector. Nampak kedua sektor ini pada tahun 2006 memiliki derajat kepekaan sebesar 0,7750 pada sektor FMOR dan 0,7806 pada sektor HOTL, kemudian pada sisi daya penyebaran nilainya sebesar 0,9956 pada sektor FMOR dan 0,8545 pada sektor HOTL. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut pada tahun 2006 keberadaannya tidak mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulu lainnya dan juga tidak mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya. Pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih LGAB dan Real Estate dan Jasa Perusahaan REJP nampak memperlihatkan kestabilan yang tinggi dengan menjadi sektor unggulan keysector selama tahun 1993, 2000, dan 2006. Keberadaan sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih LGAB dan Real Estate dan Jasa Perusahaan REJP senantiasa menempati prioritas utama pada tahun 1993, 2000, dan 2006 menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut memiliki derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi lebih besar dari 1. Hal ini berarti keberadaan kedua sektor tersebut mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulu lainnya dan sekaligus mampu pula mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir lainnya. Sektor bangunan BNGN pada tahun 1993 terlihat berada pada prioritas pertama atau sektor unggulan keysector. Akan tetapi sektor ini pada tahun 2000 daya penyebarannya tinggal 0,9716 dan daya penyebaran tahun 2006 sebesar 0,9960 kurang dari 1. Hal ini terlihat pada Gambar 5.2. dimana klasifikasi sektor bangunan BNGN berada pada kuadran III, yaitu derajat kepekaan lebih dari satu dan daya penyebaran kurang dari 1 FL 1 ; BL 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor bangunan BNGN merupakan sektor yang tidak mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulu karena daya penyebarannya kurang dari satu, tetapi memiliki kemampuan mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena besarnya derajat kepekaannya lebih dari satu. Klasifikasi Sektor Perdagangan Besar dan Eceran PDGN selama tahun 1993, 2000, dan 2006 menempati posisi yang stabil di kuadran ketiga. Selama 3 tiga tahun tersebut, derajat kepekaan sektor ini lebih besar dari satu 1,8088; 2,0465, dan 1,7315 dan daya penyebaran kurang dari satu 0,8841; 0,9089, dan 0,9108. Dengan kondisi maka sektor Perdagangan Besar dan Eceran PDGN masuk kategori sektor yang memiliki orientasi keterkaitan ke belakang backward linkage oriented sector. Oleh karena nilai daya penyebaran kurang dari satu, maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran PDGN tidak mampu merespon perubahan investasi oleh sektor-sektor hulu. Sebaliknya, sektor Perdagangan Besar dan Eceran ini justru memiliki kemampuan untuk mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena besarnya derajat kepekaan yang dimiliki oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor Angkutan, Pergudangan, dan Pengiriman ANKRIM selama 3 tiga tahun periode penelitian semakin mengalami penurunan prioritas. Pada tahun 1993 memiliki derajat kepekaan 1,0302 dan daya penyebaran 1,0148 sebagai sektor unggulan atau sektor dengan prioritas utama. Pada tahun 2000 daya penyebarannya turun menjadi 0,9658 dan derajat kepekaan 1,0853 sebagai sektor dengan prioritas ketiga. Akhirnya pada tahun 2006 sektor ini berada pada kategori tidak diunggulkan atau prioritas keempat less importance dengan derajat kepekaan 0,9109 dan daya penyebaran 0,9671. Hal ini menunjukkan bahwa Sektor Angkutan, Pergudangan, dan Pengiriman ANKRIM pada tahun 2006 tidak memiliki pengaruh ke depan maupun ke belakang. Sektor Bank, Lembaga Keuangan, dan Asuransi BLKAS pada tahun 1993 dan 2000 masih memiliki derajat kepekaan dan daya penyebaran lebih dari satu. Sehingga, selama dua tahun tersebut sektor ini masuk kategori sebagai sektor unggulan keysector. Akan tetapi pada tahun 2006 daya penyebarannya turun menjadi 0,9777 dan derajat kepekaan yang dimiliki adalah sebesar 1,2941. Hal ini mengakibatkan sektor Lembaga Keuangan, dan Asuransi BLKAS beralih posisi sebagai prioritas ketiga, yaitu sektor yang berorientasi pada keterkaitan ke belakang Backward Linkage Oriented Sector. Hal ini menunjukkan sektor Lembaga Keuangan, dan Asuransi BLKAS tidak mampu merespon perubahan investasi di sektor-sektor hulu karena daya penyebarannya kurang dari satu. Akan tetapi, sektor ini ternyata memiliki kemampuan mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena besarnya derajat kepekaannya lebih dari satu. Pada sektor Jasa Pemerintahan JPEM selama tahun 1993, 2000, dan 2006 secara konsisten memiliki daya penyebaran lebih dari satu 1,0174; 1,1109; dan 1,1456. Adapun derajat kepekaan sektor ini pada tahun 1993, 2000, dan 2006 berada dibawah satu 0,7819; 0,8341; dan 0,8277. Hal menunjukkan selama tiga tahun tersebut sektor Jasa Pemerintahan JPEM merupakan sektor yang berorientasi pada keterkaitan kebelakang backwarb linkage oriented sector. Dengan kata lain, keberadaan sektor ini akan merespon investasi sektor-sektor hulu lainnya karena daya penyebarannya lebih dari satu, tetapi tidak mampu mendorong keberadaan sektor-sektor hilirnya ditandai dengan nilai derajat kepekaan yang kurang dari satu.

5.6. Analisis Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Analisis sumber pertumbuhan ekonomi secara umum membahas tentang analisis sumber pertumbuhan output sektor perekonomian di DKI Jakarta. Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta meliputi 4 empat faktor, yaitu; 1. Perubahan subtitusi impor, 2. Perubahan permintaan antara atau perubahan koefisien input dibagi perubahan teknologi, 3. Perubahan permintaan akhir domestik, dan 4. Perubahan permintaan ekspor. Dalam analisis ini akan dijelaskan mengenai pengaruh dari keempat faktor terhadap setiap sektor perekonomian yang ada. Untuk mengetahui pergeseran dominasi sumber pertumbuhan output dan sektor yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan output, analisis dibagi ke dalam 2 dua sub periode, yaitu periode I tahun 1993-2000 dan periode II tahun 2000-2006.

5.6.1. Garis Besar Kontribusi Sumber Pertumbuhan Output

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, hasil perhitungan model input- output DKI Jakarta tahun 1993, 2000 dan 2006 yang telah diagregasi menjadi 23 sektor. Kontribusi sumber pertumbuhan output di DKI Jakarta pada periode I dan II ditunjukan pada Gambar 5.3. Periode I 1993-2000 Periode II 2000-2006 Subtitusi Impor Perubahan Teknologi Permintaan Domestik Ekpansi Ekspor Sumber: Data diolah Gambar 5.3 Sumber Pertumbuhan Output di DKI Jakarta Pada periode pertama, yaitu tahun 1993-2000 periode I, pertumbuhan output sektoral secara umum didominasi oleh pengaruh ekspansi permintaan ekspor dengan kontribusi sebesar 61,34. Urutan ke-2 sumber pertumbuhan output sektoral terlihat dipengaruhi oleh permintaan domestik yang mencapai 36,37. Sementara itu faktor peran perubahan teknologi dan subtitusi impor terlihat memiliki peran yang sangat kecil terhadap sumber pertumbuhan output, yaitu hanya 1,05 dan 1,24. Pada periode II yaitu tahun 2000-2006, pertumbuhan output sektoral sebagian besar polanya masih didominasi oleh peran sektor ekpansi ekspor yang mencapai 72,41 , padahal sebelumnya pada periode I hanya sebesar minus 6,44 atau naik 11,07. Begitu pula halnya dengan sektor permintaan domestik terlihat masih menduduki peringkat ke-2 dengan kontribusi sebesar 41,36 naik 4,98 dari periode sebelumnya. Adanya peningkatan peran dari kedua sektor ini mengakibatkan peran dari sektor perubahan teknologi dan subtitusi impor menjadi turun hingga minus 5,75 dan minus 7,97. Hal ini merupakan indikasi bahwa secara garis besar pada periode II kedua faktor, yaitu perubahan teknologi dan subtitusi impor tidak memberikan kontribusi positif terhadap sumber pertumbuhan output.

5.6.2. Analisis Kontribusi Sumber Pertumbuhan Output

Analisis kontribusi juga dilakukan dengan cara membagi periode analisis ke dalam 2 dua periode, yaitu periode I tahun 1993-2000 dan periode II tahun 2000-2006. Pada bagian ini akan dijelaskan kontribusi sumber pertumbuhan output terhadap 5 lima sektor perekonomian pada setiap periode.

5.6.2.1. Kontribusi Perubahan Permintaan Domestik

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sektor-sektor perekonomian yang berperan besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat DKI Jakarta dan hal ini merupakan kontribusi terhadap sumber pertumbuhan output. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa permintaan domestik menduduki peringkat kedua terhadap pertumbuhan output sektoral pada periode I maupun periode II. Adapun besarnya peran permintaan domestik pada periode I adalah sebesar 36,37 dan pada periode II sebesar 41,36 lihat Gambar 5.3.