Struktur Perekonomian GAMBARAN UMUM DKI JAKARTA

oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 20,15 persen oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan 16,02 persen oleh sektor industri pengolahan. Tabel 4.3 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB DKI Jakarta adh Berlaku Tahun 2003-2008 Sektor Perekonomian Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 I. SEKTOR PRIMER 0,43 0,47 0,55 0,58 0,57 0,58 1. Pertanian 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 2. PertambanganPenggalian 0,32 0,36 0,45 048 0,47 0,48 II. SEKTOR SEKUNDER 27,10 27,22 27,58 2817 28,23 28,14 1. Industri Pengolahan 16,29 15,95 15,97 15 94 15,97 15,73 2. Listrik Gas dan Air Bersih 0,99 1,13 1,11 1 06 1,06 1,12 3. Bangunan 9,82 10,15 10,50 11,17 11,20 11,29 III. SEKTOR TERSIER 72,47 72,31 71,87 71,25 71,20 71,28 1. Perdagangan Hotel Restoran 20,08 20,07 20,21 20,04 20,36 20,68 2. Pengangkutan dan Komunikasi 7,24 7,54 8,18 8,81 9,32 9,35 3. Keu. Persewaan Jasa Perusaha 32,45 31,84 30,71 2981 28,65 28,56 4. Jasa-Jasa 12,70 12,86 12,77 12,59 12,87 12.69 Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2008. Keberadaan Bank Indonesia, kantor pusat bank-bank komersil, dan lembaga keuangan lainnya di Jakarta memberikan kontribusi yang besar dalam penciptaan nilai tambah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Selama lima tahun terakhir sektor ini selalu memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan PDRB Provinsi DKI Jakarta, meskipun dengan kecenderungan yang terus menurun. Pada tahun 2003 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini adalah sebesar 32,45 persen kemudian turun menjadi 30,71 persen pada tahun 2005 dan sebesar 28,56 persen pada tahun 2008. Berbeda dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, kontribusi yang diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran selama lima tahun terakhir lebih fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2003 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 20,08 persen, kemudian pada tahun 2005 dan 2008 meningkat menjadi 20,21 persen dan 20,68 persen. Sementara itu, kontribusi yang diberikan oleh sektor industri pengolahan dapat dikatakan lebih stabil diantara dua sektor sebelumnya. Selama 6 enam tahun terakhir kontribusinya berada pada kisaran 16 persen. Sebutan Provinsi DKI Jakarta sebagai Kota Jasa Service City tercermin dari struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta yang diukur dengan PDRB sektoral menurut lapangan usaha. Pada tahun 2008 sekitar 71,28 persen PDRB Jakarta berasal dari sektor tersier perdagangan, keuangan dan jasa. Sebesar 28,14 persen berasal dari sektor sekunder industri pengolahan dan konstruksi dan hanya sebesar 0,58 persen dari sektor primer pertanian dan pertambangan. Demikian juga dari sisi perkembangan ekonomi, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan Provinsi DKI Jakarta bersumber dari sektor tersier utamanya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

V. HASIL PEMBAHASAN

5.1. Agregasi Sektor Perekonomian

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder Tabel Input Output I-O tahun 1993, 2000, dan 2006. Tabel I-O selama 3 periode tersebut memiliki perbedaan jumlah sektor. Tabel I-O tahun 1993 terdiri atas 78 sektor, pada tahun 2000 terdiri atas 89 sektor, dan pada tahun 2006 meliputi 87 sektor. Perbedaan jumlah sektor dari tahun ke tahun tersebut disebabkan oleh berbagai perubahan sektor, antara lain: 1. Sektor industri minuman dan sirup terpecah ke dalam sektor industri minuman beralkohol dan minuman tidak beralkohol pada tahun 2000. 2. Jasa perdagangan mengalami perubahan selama tahun 1993, 2000, dan 2006. Mulai dari perdagangan luar negeri dan dalam negeri, kemudian ditambah perbengkelan pada tahun 2000, dan kemudian menjadi perdagangan besar dan perdagangan kecil pada tahun 2006. 3. Pada tahun 2006 sektor industri ikan laut dan ikan air tawar digabungkan menjadi sektor perikanan pada tahun 2006. Industri kimia dasar dan bahan-bahan kimia terpecah menjadi industri kimia dasar dan industri cat, vernis, lak dan barang-barang kimia lainnya pada tahun 2006. Kemudian muncul bidang industri baru, yaitu industri sabun dan bahan pembersih. Industri bahan bakar minyak dan gas pada tahun 2006 berubah menjadi industri barang-barang hasil kilang. Karet dan plastik yang semula berada dalam satu sektor terpecah menjadi industri karet dan industri plastik. Jasa perbengkelan yang semula ada termasuk sebagai perdagangan, pada tahun 2006 masuk dalam sektor jasa swasta. Selanjutnya, dari tabel I-O di atas dilakukan klasifikasi kembali atau agregasi hingga menjadi matriks klasifikasi 23 x 23 sektor. Adapun ke-23 sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta beserta kode sektornya bisa dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Agregasi Tabel Input Output DKI Jakarta 23 Sektor Sektor-Sektor Sebelum Agregasi No. Sektor Kode 1993 2000 2006 Sektor ∑ Sektor ∑ Sektor ∑ 1 Pertanian PERT 1 - 5 5 1 - 5 5 1 - 5 5 2 Peternakan PTNK 6 - 8 3 6 - 8 3 6 - 8 3 3 Perikanan Kehutanan IKHUT 9 - 11 3 9 - 11 3 9 - 10 2 4 Pertambangan Penggalian BTGL 12 1 12 1 11 1 5 Industri Makanan Rokok MKMN 13 - 20 8 13 - 21 9 12 - 20 9 6 Industri Tekstil Kulit TPTK 21 - 24 4 22 - 25 4 21 - 25 5 7 Industri Kayu, Kertas, Cetakan KKCT 25 - 28 4 26 - 29 4 26 - 29 4 8 Industri Kimia, Obat, Kosmetik KIMOB 29 - 33 5 30 - 34 5 30 - 35 6 9 Industri Karet,Kaca, dan Keramik KRKK 34 - 36 3 35 - 37 3 36 - 39 4 10 Industri Logam, Mesin, Elektronik LME 37 - 42 6 38 - 43 6 40 - 46 7 11 Industri Kendaraan Alat Angkutan KENDAL 43 - 45 3 44 - 46 3 47 - 49 3 12 Industri Fotografi, Alat Musik, Olahraga FMOR 46 - 47 2 47 - 48 2 50 - 51 2 13 Listrik,Gas, Air Bersih LGAB 48 - 49 2 49 - 50 2 52 - 54 3 14 Bangunan BNGN 50 - 51 2 51 - 52 2 55 - 56 2 15 Perdagangan Besar dan Eceran PDGN 52 - 53 2 53 - 55 3 57 - 58 2 16 Restoran REST 54 1 56 1 59 1 17 Perhotelan HOTL 55 1 57 - 58 2 60 1 18 Angkutan,Pergudangan,Pengiriman ANKRIM 56 - 61 6 59 - 68 10 61 - 69 9 19 Komunikasi JKOM 62 1 69 - 72 4 70 - 71 2 20 Bank,Lembaga Keuangan,Asuransi BLKAS 63 - 65 3 73 - 75 3 72 - 74 3 21 Real Estate,Jasa Perusahaan REJP 66 - 68 3 76 - 78 3 75 - 76 2 22 Jasa Pemerintahan JPEM 69 - 70 2 79 - 82 4 77 - 80 4 23 Jasa-Jasa Lainnya JSLN 71 - 78 8 83 - 89 7 81 - 87 7 Sumber: Data diolah. Tabel di atas menunjukkan hasil agregasi sektor-sektor tabel input-output 78 sektor tahun 1996, 89 sektor tahun 2000, dan 87 sektor tahun 2006 yang mengalami reklasifikasi menjadi 23 sektor. Kolom ∑ menunjukkan jumlah sektor yang ada di dalam Tabel I-O sebelum diagregasi. Adapun data tabel I-O dari 23 sektor secara lengkap bisa dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.

5.2. Keseimbangan Struktur Permintaan dan Penawaran

Salah satu keunggulan tabel input output sebagai alat analisis ekonomi adalah kemampuannya untuk dapat melihat sistem perekonomian secara komprehensif, yaitu dari sisi permintaan dan penawaran penyediaan. Tabel I-O mengakomodasi kedua sisi ekonomi tersebut yang disajikan dalam kolom 700 Total Penawaran dan kolom 310 Total Permintaan. Kedua kolom tersebut masing- masing terbentuk dari akumulasi beberapa jenis kegiatan ekonomi yang berbeda, namun kolom 700 harus memiliki besaran yang sama dengan kolom 310 sebab hal ini sesuai dengan prinsip keseimbangan.