Keterkaitan ke Belakang Backward Linkages.
Tabel 5.5 Koefisien Backward Linkages Provinsi DKI Jakarta Tahun 1993, 2000 dan 2006
No. Sektor
1993 2000
2006 Indeks
Rank Indeks
Rank Indeks
Rank 1
PERT 0,7810
22 0,8093
23 0,8434
23 2
PTNK 0,9526
18 0,9863
14 1,0062
10 3
IKHUT 0,8334
21 0,8398
22 0,8679
20 4
BTGL 0,7510
23 0,9867
13 0,8484
22 5
MKMN 0,9201
19 0,9861
15 1,1080
4 6
TPTK 0,9635
17 1,1139
2 0,9520
18 7
KKCT 1,0099
14 0,9292
20 0,9677
16 8
KIMOB 1,1052
4 0,9662
18 1,1018
5 9
KRKK 0,9998
15 1,0213
10 1,0468
7 10
LME 1,1508
2 1,0501
6 1,0619
6 11
KENDAL 1,1181
3 1,0399
8 1,1601
1 12
FMOR 1,0789
6 1,0214
9 0,9956
13 13
LGAB 1,0236
9 1,1141
1 1,1249
3 14
BNGN 1,1038
5 0,9716
17 0,9960
12 15
PDGN 0,8841
20 0,9089
21 0,9108
19 16
REST 0,9903
16 1,0681
5 1,0020
11 17
HOTL 1,0128
13 1,0438
7 0,8545
21 18
ANKRIM 1,0148
12 0,9658
19 0,9671
17 19
JKOM 1,0594
7 0,9913
12 0,9924
14 20
BLKAS 1,0214
10 1,0052
11 0,9777
15 21
REJP 1,0537
8 1,0911
4 1,0293
9 22
JPEM 1,0174
11 1,1109
3 1,1456
2 23
JSLN 1,1544
1 0,9790
16 1,0400
8 Sumber: Data diolah.
Besaran koefisien backward linkages BLj dapat mempunyai nilai sama
dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti daya penyebaran power of dispersion sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh
sektor ekonomi. Bila BLj 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Terakhir, bila BLj 1 hal
tersebut berarti daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
Sebagai contoh, koefisien keterkaitan ke belakang backward linkages tertinggi ranking 1 pada tahun 1993 terlihat pada sektor jasa swasta JSLN dengan
angka indek backward linkages sebesar 1,1544. Angka ini berarti apabila permintaan akhir atas produk sektor jasa swasta meningkat sebesar 1 satu rupiah,
maka output semua sektor akan meningkat sebesar 1,1544 rupiah. Hal ini terjadi karena kenaikan permintaan akhir terhadap output sektor jasa swasta sebesar satu
rupiah, mendorong sektor ini meningkatkan permintaan input dari sektor-sektor lainnya, yang kemudian sektor-sektor lain tersebut meningkatkan output mereka
yang juga memerlukan tambahan input. Akhirnya seluruh sektor ekonomi meningkat sebesar 1,1544 rupiah. Backward linkages menggambarkan keterkaitan kebutuhan
input suatu sektor produksi tertentu dengan sektor-sektor lain sebagai penyedia pemasok input tersebut. Sisi pandangnya adalah sebagai pembeli input atau bisa
juga disebut berorientasi input factor. Munculnya sektor jasa swasta JSLN sebagai sektor yang memiliki daya
dorong terbesar di tahun 1993 sangatlah wajar, kegiatan yang tercakup dalam sektor ini meliputi jasa pendidikan dan kesehatan swasta, jasa kemasyarakatan dan
perorangan swasta, jasa hiburan, rekreasi, kebudayaan dan distribusi film termasuk pusat hiburan seperti pub,diskotek, karaoke dan panti pijat tradisional. Semua yang
tercakup dalam sektor ini ada di Jakarta, bahkan telah menjadi salah satu cirri khas Jakarta sebagai kota jasa, kota budaya bahkan kota wisata.
Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa di tahun 1993 ada 14 empat belas sektor yang memiliki daya penyebaran di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
perekonomian atau BLj 1 dan sisanya, yaitu 9 sembilan sektor lain yang memiliki angka koefisien BLj 1. Angka koefisien BLj 1 ini pada tahun 2000 dan 2006
hanya dialami oleh 11 sebelas sektor perekonomian, dan koefisien BLj 1 terjadi pada 12 duabelas sektor lainnya.
Keseluruhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta secara umum mengalami daya penyebaran yang berbeda-beda selama tahun 1993, 2000,
dan 2006. Beberapa sektor memiliki koefisien BLj yang tetap dan stabil, mengalami peningkatan, penurunan, dan berfluktuasi naik turun atau sebaliknya. Pada tahun
1993 terlihat sektor Jasa swasta JSLN memiliki indeks BLj tertinggi, yaitu 1,1544 dan terendah ada pada sektor Barang tambang dan galian BTGL dengan indeks
BLj = 0,7510. Pada tahun 2000 indeks BLj dengan ranking tertinggi terjadi pada sektor Listrik, gas, air bersih LGAB dan koefisien BLj terendah terjadi pada sektor
Pertanian dan perkebunan PERT. Pada tahun 2006, koefisen BLj sektor Pertanian dan perkebunan PERT ini masih yang terendah, yaitu hanya 0,8434 dan indeks
BLj tertinggi terjadi pada sektor Industri kendaraan bermotor dan Alat angkutan KENDAL dengan koefisien BLj sebesar 1,1601.
Beberapa sektor mengalami stabilitas selama tahun 1993, 2000, dan 2006 walaupun dengan koefisien BLj kurang dari 1. Hal ini terjadi pada sektor Pertanian
dan perkebunan PERT dan Perikanan IKHUT terlihat mengalami daya penyebaran yang relatif tetap atau kurang dari 1 selama tahun 1993, 2000, dan 2006.
Kemudian pada sektor lain, yaitu pada sektor industri Logam, besi dan baja dan Peralatan Listrik dan Elektronik LME dengan koefisien BLj senantiasa stabil lebih
dari 1 selama tahun 1993, 2000, dan 2006. Hal yang sama terjadi juga pada sektor industri kendaraan dan alat angkutan KENDAL, Listrik, gas, air bersih LGAB,
Real Estat dan Jasa perusahaan REJP, Jasa pemerintahan JPEM, dan Jasa swasta JSLN.
Sektor lain selama tahun 1993, 2000, dan 2006 terlihat mengalami fluktuasi terjadi pada sektor barang tambang dan galian BTGL yang semula memiliki
koefisien BL 0,7510, naik menjadi 0,9867, kemudian turun menjadi 0,8484. Hal yang sama terjadi pada sektor TPT textil dan produk tekstil dan Kulit TPTK.
Kemudian sektor industri Kayu, Rotan, Perabotan, Kertas, dan Barang Cetakan KKCT terlihat mengalami penurunan dari 1,0099 tahun 1993 menjadi 0,9292
tahun 2000, dan naik kembali menjadi 0,9677. Hal yang sama terlihat terjadi pada sektor industri Bahan-bahan kimia dan obat obatan KIMOB.
Pada sektor Peternakan PTNK yang semula memiliki angka koefisien 0,9526 ranking 18 pada tahun 2000 dan 2006 semakin meningkat daya
penyebarannya, yaitu menjadi 0,9863 ranking 14 dan 1,0062 ranking 10. Sektor Makanan dan minuman MKMN, Industri Karet, Plastik, Kaca dan Tanah liat dan
produk turunannya KRKK, dan Restoran REST terlihat juga memiliki daya penyebaran yang semakin meningkat dari tahun 1993, 2000, dan 2006.
Beberapa sektor terlihat mengalami penurunan daya penyebaran dengan angka BLj yang semula lebih dari 1 pada tahun 1993, kemudian menjadi kurang dari
1. Hal ini terjadi pada sektor Industri fotografi, alat musik dan olahraga FMOR yang pada awalnya memiliki BLj = 1,0789 mengalami penurunan menjadi 1,0214
tahun 2000 dan turun lagi menjadi 0,9956 pada tahun 2006. Penurunan koefisien Backward linkages juga terjadi pada sektor Bangunan BNGN, Perhotelan HOTL,
Jasa angkutan, gudangbongkar muat, biro perjalanan, dan pengiriman ANKRIM, Jasa Komunikasi dan Penunjang komunikasi JKOM,
serta Jasa
perbankan, lembaga keuangan dan asuransi BLKAS.