Kondisi Kependudukan GAMBARAN UMUM DKI JAKARTA

pekerjaan, perumahan dan prasarana transportasi serta berbagai kebutuhan lainnya secara nyaman kepada penduduk Provinsi DKI Jakarta. Penduduk pada Provinsi DKI Jakarta tersebar secara tidak merata di setiap KabupatenKota, pada Tabel 4.2 menunjukan jumlah penduduk tahun 2010 paling banyak berada di wilayah Jakarta Timur sebanyak 2.693.896 jiwa 28,05, Jakarta Barat berjumlah 2.281.945 jiwa 23,76 dan Jakarta Selatan berjumlah 2.062.232 jiwa 21,47, Terkonsentrasinya penduduk pada tiga wilayah tersebut disebabkan karena wilayah tersebut merupakan basis pemukimanperumahan, pusat kegiatan industri, kegiatan bisnis dan sekaligus juga usaha perkantoran. Tabel 4.2 Penduduk DKI Jakarta Menurut KabupatenKota dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 Kabupaten Kota Administrasi Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Jakarta Selatan 1.043.675 1.018.557 2.062.232 21,47 Jakarta Timur 1.372.300 1.321.596 2.693.896 28,05 Jakarta Pusat 453.591 445.924 899.515 9,37 Jakarta Barat 1.164.446 1.117.499 2.281.945 23,76 Jakarta Utara 824.480 821.179 1.645.659 17,13 Kepulauan Seribu 10.711 10.371 21.082 0,22 DKI Jakarta 4.869.203 4.735.126 9.604.329 100,00 Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010. Pada tahun 1990, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin di Provinsi DKI Jakarta adalah 102 artinya terdapat 102 laki-laki dari setiap 100 perempuan. Pada tahun 2010 rasio jenis kelamin mengalami perubahan yaitu meningkat angkanya menjadi 103 atau jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

4.3. Struktur Perekonomian

Secara struktur dari sisi supply, penciptaan nilai tambah di Provinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir masih didominasi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri pengolahan lihat Tabel 4.3. Ketiga sektor tersebut memberi kontribusi rata-rata sebesar 66,87 persen per tahun dengan perincian: 30,69 persen dihasilkan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 20,15 persen oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan 16,02 persen oleh sektor industri pengolahan. Tabel 4.3 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB DKI Jakarta adh Berlaku Tahun 2003-2008 Sektor Perekonomian Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 I. SEKTOR PRIMER 0,43 0,47 0,55 0,58 0,57 0,58 1. Pertanian 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 2. PertambanganPenggalian 0,32 0,36 0,45 048 0,47 0,48 II. SEKTOR SEKUNDER 27,10 27,22 27,58 2817 28,23 28,14 1. Industri Pengolahan 16,29 15,95 15,97 15 94 15,97 15,73 2. Listrik Gas dan Air Bersih 0,99 1,13 1,11 1 06 1,06 1,12 3. Bangunan 9,82 10,15 10,50 11,17 11,20 11,29 III. SEKTOR TERSIER 72,47 72,31 71,87 71,25 71,20 71,28 1. Perdagangan Hotel Restoran 20,08 20,07 20,21 20,04 20,36 20,68 2. Pengangkutan dan Komunikasi 7,24 7,54 8,18 8,81 9,32 9,35 3. Keu. Persewaan Jasa Perusaha 32,45 31,84 30,71 2981 28,65 28,56 4. Jasa-Jasa 12,70 12,86 12,77 12,59 12,87 12.69 Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2008. Keberadaan Bank Indonesia, kantor pusat bank-bank komersil, dan lembaga keuangan lainnya di Jakarta memberikan kontribusi yang besar dalam penciptaan nilai tambah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Selama lima tahun terakhir sektor ini selalu memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan PDRB Provinsi DKI Jakarta, meskipun dengan kecenderungan yang terus menurun. Pada tahun 2003 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini adalah sebesar 32,45 persen kemudian turun menjadi 30,71 persen pada tahun 2005 dan sebesar 28,56 persen pada tahun 2008. Berbeda dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, kontribusi yang diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran selama lima tahun terakhir lebih fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2003 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 20,08 persen, kemudian pada tahun 2005 dan 2008 meningkat menjadi 20,21 persen dan 20,68 persen. Sementara itu, kontribusi yang diberikan oleh sektor industri pengolahan dapat dikatakan lebih stabil diantara dua sektor sebelumnya. Selama 6 enam tahun terakhir kontribusinya berada pada kisaran 16 persen. Sebutan Provinsi DKI Jakarta sebagai Kota Jasa Service City tercermin dari struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta yang diukur dengan PDRB sektoral menurut lapangan usaha. Pada tahun 2008 sekitar 71,28 persen PDRB Jakarta