Keseimbangan Struktur Permintaan dan Penawaran
Dilihat dari sisi permintaan, jumlah keseluruhan permintaan barang maupun jasa suatu daerah pada masa tertentu akan mencapai jumlah tertentu. Dari sudut
permintaan tersebut seluruh produksi barang dan jasa yang tercipta akan digunakan baik untuk melakukan proses produksi lebih lanjut atau permintaan antara PA
maupun digunakan oleh konsumen akhir permintaan akhir. Permintaan antara merupakan sejumlah pengeluaran barang dan jasa dibutuhkan guna menghasilkan
output dalam proses produksi. Dengan demikian nilai transaksi ini dapat dipandang sebagai sisi input antara ataupun sisi permintaan antara PA. Dengan kata lain, yang
dimaksud dengan permintaan antara adalah produksi barangjasa yang dihasilkan oleh suatu sektor dan dimanfaatkan oleh sektor lain sebagai input dan habis dipakai
dalam proses produksi input antaraatau intermediate input. Selain itu, pengeluaran atas barang dan jasa untuk dikonsumsi langsung
bukan digunakan sebagai input dari proses produksi selanjutnya juga harus dipenuhi. Pengeluaran ini disebut sebagai permintaan akhir domestik final demand.
Permintaan akhir domestik bisa dirinci ke dalam 4 komponen, yakni: Konsumsi rumah tangga konsRT atau C, Pengeluaran konsumsi pemerintah KonsPth atau
G, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto atau Investasi Pmtb atau I, dan sisa produksi barang atau jasa yang belum dikonsumsi, atau disebut juga sebagai
perubahan stok stock atau S. Selain itu terdapat pula variabel ekspor EX yang terdiri dari ekspor luar negeri dan dalam negeri. Dari sisi penawaran barang dan jasa
yang ditawarkan di suatu daerah bisa berasal dari produksi daerah tersebut output domestic maupun dari produk yang berasal luar daerah impor.
Secara keseluruhan angka-angka keseimbangan struktur permintaan dan penawaran bisa dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5. Adapun ringkasan keseimbangan
struktur permintaan dan penawaran di Provinsi DKI Jakarta selama periode 1993, 2000, dan 2006 bisa dilihat pada Tabel 5.2 yang memberikan gambaran bahwa
secara umum permintaan barang dan jasa di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar digunakan untuk memenuhi permintaan akhir domestik. Pada tahun 1993 proporsi
permintaan akhir domestik sebesar 42,25, sementara permintaan antara hanya 26,67 dan sisanya adalah permintaan dari ekspor yang mencapai 31,08.
Tabel 5.2 Struktur Permintaan dan Penawaran Provinsi DKI Jakarta, Tahun 1993, 2000 dan 2006. Milyar Rupiah
Uraian Tahun
1993 2000
2006 Nilai
Nilai Nilai
Permintaan Domestik - Permintaan Antara
24.525.885 26,67
105.997.712 28,93
237.390.040 24,72
- Permintaan Akhir 38.847.731
42,25 151.050.586
41,22 415.954.359
43,32 - Ekspor
28.574.882 31,08
109.372.808 29,85
306.905.040 31,96
Jumlah 91.948.498
100,00 366.421.106
100,00 960.249.439
100,00
Penawaran Domestik - Impor
- - - - - - - Output Domestik
91.948.498 100,00
366.421.106 100,00
960.249.439 100,00
Jumlah 91.948.498
100,00 366.421.106
100,00 960.249.439
100,00
Sumber: Data diolah. Pada tahun 2000 permintaan akhir domestik sedikit menurun, yaitu menjadi
41,22, permintaan antara sebesar 28,93, sementara permintaan dari ekspor turun menjadi 29,85. Pada tahun 2006 terlihat permintaan akhir domestik meningkat
menjadi 43,328, dan permintaan antara turun menjadi 24,72, dan permintaan impor meningkat jadi 31,96.
Pada sisi penawaran yang terdiri dari output domestik dan impor terlihat bahwa di Provinsi DKI Jakarta selama tahun 1993, 2000, dan 2006 proporsi output
domestik menguasai 100 penyediaan barang dan jasa, sementara impor barang dan jasa tidak ada. Hal ini disebabkan karena analisisnya berlandaskan pada transaksi
domestik DKI Jakarta atau ekonomi tertutup.