Biaya Operasional Pendapatan Nelayan

pembiayaan untuk memperoleh pendapatan bersih yang merupakan bagian dari masing-masing nelayan. Pos-pos pembiayaan tersebut antara lain adalah biaya operasional dan pembagian hasil kepada pemilik kapal dengan sistem bagi hasil. Berikut adalah beberapa tahap perhitungan untuk memperoleh pendapatan bersih nelayan:

5.2.3.1 Biaya Operasional

Biaya operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya operasional yang selalu dikeluarkan oleh nelayan untuk setiap kali nelayan melakukan trip karena dalam penelitian ini ingin mengetahui rata-rata pendapatan nelayan untuk satu kali trip dalam setiap musimnya, yaitu musim puncak, paceklik, dan musim sedang, dan kemudian akan terlihat rata-rata pendapatan nelayan dalam satu tahun. Berbedanya ukuran kapal mini purse seine menyebabkan biaya operasional yang dikeluarkan juga berbeda-beda, tetapi pada dasarnya kebutuhan yang diperlukan untuk melaut rata-rata adalah sama. Kebutuhan melaut yang biasanya dipersiapkan oleh masing-masing armada dalam sekali trip adalah bahan bakar, es, air tawar, surat-surat perizinan melaut, pas masuk kapal, konsumsi untuk nelayan, biaya bongkar muat, biaya untuk perawatan kapal, mesin, dan alat tangkap. Rata-rata nelayan mini purse seine tidak menggunakan garam untuk menjaga mutu ikan tetap baik sampai saat ikan hasil tangkapan didaratkan. Pada Tabel 15 akan terlihat seluruh biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh armada perikanan mini purse seine yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan setiap kali melakukan trip. Tabel 15 Biaya operasional armada perikanan mini purse seine dalam satu kali trip Rp Biaya Rp Armada Jati Rahayu Rinjani TM Putri Mas Jaya Lintas Sejati Sri Kembang Rata-Rata Bahan Bakar 2.250.000 2.475.000 4.050.000 4.500.000 5.400.000 3.735.000 Es 1.400.000 840.000 980.000 2.100.000 1.120.000 1.288.000 Air Tawar 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 Konsumsi ABK 7.000.000 2.000.000 8.000.000 5.000.000 2.000.000 4.800.000 SIB 50.000 20.000 75.000 50.000 50.000 49.000 Pas Masuk 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 Bongkar Muat 15.000 17.250 18.000 21.000 23.895 19.029 Perawatan Kapal 243.902 731.707 975.610 1.219.512 1.463.415 926.829 Perawatan Alat Tangkap 731.707 1.219.512 1.219.512 975.610 1.219.512 1.073.171 Perawatan Mesin 195.122 243.902 243.902 219.512 243.902 229.268 Total 11.955.732 7.617.372 15.632.024 14.155.634 11.590.724 12.190.297 Sumber: Hasil wawancara dengan nelayan, 2011 diolah kembali Tabel 16 Panjang kapal armada perikanan mini purse seine Armada GT Panjang Kapal m Jati Rahayu 24 10 Rinjani 26 11,5 TM Putri Mas Jaya 28 12 Lintas Sejati 29 14 Sri Kembang 30 15,93 Sumber: Hasil wawancara dengan nelayan, 2011 diolah kembali Bahan bakar yang digunakan oleh para nelayan mini purse seine adalah solar. Banyaknya solar yang digunakan saat melaut bervariasi sesuai dengan besarnya ukuran kapal yaitu berkisar antara 500-1200 liter untuk satu kali trip. Harga solar untuk tiap liternya adalah sebesar Rp 4.500,00. SIB Surat Izin Berlayar adalah surat yang harus dibawa oleh nelayan saat akan melaut. SIB hanya wajib dimiliki oleh nelayan-nelayan dengan armada penangkapan berukuran di atas 7 GT. Menurut keterangan dari nelayan bahwa untuk mendapatkan SIB tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya rata-rata Rp 49.000,00 untuk setiap kali hendak melaut. Tabel 15 memperlihatkan bahwa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing armada untuk mendapatkan SIB adalah beragam mulai dari Rp 20.000,00 sampai Rp 75.000,00. Menurut pendapat nelayan besarnya biaya tersebut tergantung pada kerjasama dengan petugas yang mengurus pembuatan SIB tersebut. Pengurusan SIB tersebut bisa secara pribadi maupun melalui KUD, tetapi menurut informasi dari nelayan bahwa ketika mengurus lewat KUD maka harganya akan lebih mahal jika dibandingkan jika mengurus sendiri. Pas masuk kapal merupakan surat yang harus dimiliki oleh armada perikanan saat akan memasuki suatu pelabuhan. Besarnya biaya untuk pas masuk kapal ditentukan oleh ukuran kapal perikanan. Tabel 17 menjelaskan ketentuan pembayaran pas masuk kapal. Tabel 17 Pas masuk kapal Ukuran Kapal Biaya Kapal Perikanan Ukuran 10GT Rp 10.000,00 sekali masuk maksimal 3 hari Kapal Perikanan Ukuran 11-20GT Rp 15.000,00 sekali masuk maksimal 3 hari Kapal Perikanan Ukuran 21-30GT Rp 20.000,00 sekali masuk maksimal 3 hari Jasa Alur Kapal Perikanan Ukuran 30GT Rp 25.000,00 sekali masuk maksimal 3 hari Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera PPS cabang Pekalongan, 2010 Nelayan yang menjadi responden adalah nelayan dari armada perikanan dengan ukuran antara 21-30 GT, sehingga biaya pas masuk kapal yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 20.000,00. Rata-rata kapal Mini Purse Seine yang mendaratkan ikan di PPN Pekalongan langsung kembali ke daerahnya atau kembali melaut setelah melelangkan ikan di TPI PPN Pekalongan. Biaya bongkar muat adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan saat melakukan kegiatan bongkar hasil tangkapan sebelum melakukan pelelangan ikan dan memuat perbekalan setelah melakukan pelelangan saat akan kembali melaut. Biaya bongkar muat kapal perikanan ditentukan dengan perhitungan: Sumber: Wawancara dengan pihak PPS Pekalongan Biaya yang dikeluarkan oleh nelayan beragam tergantung pada panjangnya kapal perikanan yang mereka gunakan. Biaya bongkar muat berkisar antara Rp Bongkar muat: 24 jam x panjang kapal x tarif Rp 1.500,00 24 jam 15.000,00 sampai Rp 23.895,00 dengan rata-rata Rp 19.029,00. Biaya terkecil untuk bongkar muat adalah biaya dari kapal Jati Rahayu dengan ukuran kapal 24 GT dan panjang kapal 10 m dan biaya terbesar dikeluarkan oleh kapal Sri Kembang dengan ukuran 30 GT dengan panjang kapal 15,93 m, dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa armada TM Putri Mas Jaya mengeluarkan biaya operasional terbesar yaitu Rp 15.632.024,00 dan jika dibandingkan dengan armada perikanan Lintas Sejati dan Sri Kembang, meskipun kedua armada tersebut memiliki ukuran kapal lebih besar dibandingkan dengan TM Putri Mas Jaya, namun biaya operasional yang dikeluarkan oleh kedua armada perikanan tersebut lebih rendah dibandingkan armada perikanan TM Putri Mas. Hal tersebut dikarenakan biaya untuk konsumsi yang dikeluarkan oleh TM Putri Mas Jaya lebih besar dibandingkan kedua armada perikanan tersebut ataupun armada yang lain yaitu sebesar Rp 8.000.000,00. Hal ini juga terjadi pada armada perikanan Jati Rahayu yang walaupun memiliki kapal dengan ukuran lebih kecil dibandingkan dengan armada perikanan Rinjani, namun biaya operasional yang dikeluarkan lebih besar yang disebabkan oleh lebih besarnya pengeluaran untuk konsumsi ABK. Menurut keterangan dari nelayan, perbedaan pengeluaran untuk konsumsi ABK beragam tergantung pada pemilik kapal yang memberikan jatah makanan kepada para nelayannya, ada pemilik kapal yang memenuhi kebutuhan keseluruhan untuk konsumsi nelayan, tetapi ada juga pemilik kapal yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan konsumsi nelayan untuk mengurangi biaya operasional. Bagi nelayan yang dibatasi konsumsinya, biasanya mereka menutup kebutuhan konsumsi dengan menangkap ikan sebagai lauk selama melakukan trip.

5.2.3.2 Pendapatan Kotor