Pengalokasian Dana Alokasi Khusus DAK

2.10 Dana Alokasi Khusus DAK 2.10.1 Pengertian Dana Alokasi Khusus DAK Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, penerimaan daerah dalam rangka desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah yang dimaksud bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. DAK merupakan salah satu unsur dari dana perimbangan selain DAU Dana Alokasi Umum dan DBH Dana Bagi Hasil. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

2.10.2 Pengalokasian Dana Alokasi Khusus DAK

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka tujuan dari DAK adalah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, disebutkan bahwa program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam rencana kerja pemerintah tahun anggaran bersangkutan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012, prioritas pembangunan nasional sesuai RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014 terdiri dari 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya yaitu: 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Penanggulangan kemiskinan; 5. Ketahanan pangan; 6. Infrastruktur; 7. Iklim investasi dan usaha; 8. Energi; 9. Lingkungan hidup dan bencana; 10. Daerah tertinggal, terdepan, terluas, dan pasca konflik; 11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi; dan 12. Tiga prioritas lainnya yaitu: 1 bidang politik, hukum, dan keamanan; 2 bidang perekonomian; 3 bidang kesejahteraan rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 162 disebutkan bahwa DAK dialokasikan dari APBN ke daerah tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional dan mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. Penyusunan kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah dikoordinasikan dengan Gubernur, sedangkan penyusunan kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu dikoordinasikan oleh daerah yang bersangkutan. Selama ini pemerintah daerah tidak mendapatkan kesempatan untuk mengusulkan kegiatan yang dibiayai DAK kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah hanya bertugas untuk menyediakan data mengenai kondisi sarana dan prasarana bidang-bidang pemerintahan yang menjadi tujuan pengalokasian DAK dari pemerintah pusat. Sebaliknya selama ini pemerintah daerah hanya menunggu alokasi DAK untuk daerahnya. Setelah mengetahui alokasi DAK untuk daerahnya barulah pemerintah daerah membuat perencanaan untuk mendistribusikan dana DAK untuk kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat melalui petunjuk teknis pengalokasian DAK Hadiz, 2008. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan terkait dengan pengalokasian DAK yang cenderung masih bersifat sentralistis dari pemerintah pusat yang juga merupakan kendala pengalokasian Dana Alokasi Khusus DAK berdasarkan kerangka acuan kerja penyusunan evaluasi DAK jangka menengah, padahal dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah jelas disebutkan bahwa Pemerintah Daerah bisa ikut terlibat dalam penyusunan kegiatan khusus yang didanai DAK. Permasalahan-permasalahan yang muncul seputar pengalokasian DAK yaitu: 1. Aspek keuangan: belum optimalnya kinerja DAK di daerah karena ketidaksesuaian antara alokasi dengan kebutuhan daerah; 2. Aspek teknis: masih belum optimalnya kebijakan teknis DAK; 3. Aspek kelembagaan: belum mantap dan optimalnya koordinasi kelembagaan antara pusat dan daerah, belum terbentuknya tim koordinasi di pusat dan provinsi, serta belum optimalnya kinerja tim koordinasi di kabupaten atau kota; dan 4. Tata kelola pemerintahan yang baik: masih rendahnya kinerja penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam pengelolaan DAK. Penetapan jumlah DAK dan alokasinya kepada daerah merupakan hasil keputusan antara departemen-departemen pemerintahan, yaitu Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Departemen Teknis yang bidang tugasnya menerima alokasi DAK. Mekanisme pengalokasian DAK sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dapat dilihat pada Gambar 1. Meskipun penetapan DAK melibatkan banyak pihak, namun keputusan akhir mengenai total jumlah DAK dan alokasinya per bidang maupun per daerah menjadi wewenang Menteri Keuangan setelah berkonsultasi dengan DPR. Peran lembaga lainnya hanya sebagai fasilitator. Departemen Teknis misalnya hanya berperan dalam memberikan data teknis tiap daerah sesuai dengan bidang tugasnya Usman et all, 2008. Gambar 1 Mekanisme pengalokasian DAK berdasarkan PP No 55 Tahun 2005. Departemen Teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Koordinasi Ketetapan Departemen Teknis menyampaikan ketetapan kepada Menteri Keuangan Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK Penentuan daerah yang menerima DAK Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah Kriteria umum, kriteria khusus, kriteria teknis Indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, kriteria teknis Penyusunan petunjuk teknis penggunaan DAK oleh Menteri Teknis dan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri Keterangan: Kriteria Umum: Dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah dihitung berdasarkan indeks fiskal netto yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kriteria Khusus: Dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteri atau pimpinan lembaga terkait. Kriteria Teknis: Disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.

2.10.3 Dana Alokasi Khusus Bidang Kelautan dan Perikanan